Chapter 3

246 49 2
                                    

Malam hari yang harusnya tenang berubah menjadi kekacauan di tenda milik Jenderal Sasuke. Kegemparan yang terlalu berlebihan menurut mereka semua termasuk Sai.

Selama ini mereka semua tau, Sasuke sangat anti dengan perempuan kecuali Ibunya.Bahkan Izumi kakak iparnya pun Sasuke tampak terkesan cuek. Dan sekarang Sasuke membawa seorang gadis! Yang menurut Naruto ini adalah keajaiban!

"Jenderal membawa seorang gadis!" Teriak Naruto heboh.

"Apa aku harus memukulmu, Naruto?" Ucap Sai kalem. "Bisa jadi gadis itu musuh."

"Maaf kawan, aku kelewat heboh." Naruto memamerkan cengirannya.

Sai mendengus mendengar jawaban bodoh Naruto. Ia mengangkat kedua bahunya. Tak mau ikut campur.
.

.

Malam hari yang sepi, lampu-lampu tiap rumah yang telah padam. Sunyi dan sepi. Jendela yang terbuka, membiarkan angin malam masuk, menusuk kulit meski pun telah dilapisi kain.

Diantara deretan buku-buku yang tersusun rapi, seorang gadis bersurai panjang baru saja membunuh pria paruh baya yang mungkin saja adalah tuan dari rumah yang dimasukinya. Tak ia hiraukan mayat dengan sayatan di leher yang cukup dalam. Darah terus mengalir, membasahi lantai kayu yang menjadi pijakannya.

Tak terlihat bagaimana paras gadis itu, suasana gelap ditambah cadar yang menutupi wajahnya. Buku-buku yang entah apa itu jatuh tanpa ia pedulikan suara yang menggema. Ia tak takut ketawan, karena ia telah menyebarkan asap bius disetiap ruangan.

Matanya terhenti pada sebuah catatan "Laporan rahasia keuangan Paviliun Hatake" ia mengambilnya lalu menyimpan dalam tas yang selalu ia bawa.

Ia berjalan mendekati pria tua yang telah menjadi mayat itu, lalu mengukir sesuatu dengan belati sebagai tanda, lalu meninggalakan bunga tepat di atas tanda yang ia ukir.

"Pekerjaan yang mengasyikan." Ucap gadis bersurai pirang itu, lalu pergi lewat jendela yang terbuka.

Esok nanti, akan terjadi kegemparan lagi, di ibukota Uchiha.

***
Pagi telah datang, meski pun matahari masih malu-malu menunjukan diri. Api unggun yang telah padam. Tulang-tulang yang tersisa disekitarnya. Semua basah karena hujan malam tadi.

Dipagi hari yang masih sunyi itu, terlihat seorang lelaki berambut kuning jabrik yang sedang sibuk meracik daun-daun dan membuat ramuan. Kepulan asap yang berasal dari sebuah teko tanah liat yang dibakar membuat beberapa prajurit bangun.

Namikaze Naruto. Punya tugas khusus dipagi hari. Membuat teh dengan bahan khusus untuk para anggota agar mereka terhindar dari gatal-gatal, kebal racun dan tentu saja yang paling penting agar fisik mereka selalu siap bertarung.

"Siapkan kuda!" Perintah Sasuke tiba-tiba.

Naruto segera menoleh ke arah sumber suara, ia melihat seorang gadis dalam gendongan Sasuke diikuti Sai yang merapikan tenda milik Sasuke.

Para prajurit elit Sasuke segera bergegas bersiap diri, Naruto yang heran mendekati Jenderalnya. Mereka bahkan belum sampai ke kota tujuan.

"Itachi mengirim surat, Naruto! Cepat berbenah! Sebelum matahari tenggelam, kita harus sampai di ibukota!"

Sasuke menaiki kudu besarnya dengan Sakura dalam pelukkannya. Tubuh Sakura hilang dibalik jubah besar Sasuke yang menutupinya.

"Wangi cherry." Gumam Sasuke pelan.

****
"Bukakan gerbang! Jenderal Sasuke akan segera tiba!" Intruksi prajurit pengawas dari atas.

Mendengar intruksi pengawas disana, dengan segera para penjaga,
membuka pintu batas gerbang ibukota. Para penduduk ramai berlarian ke arah gerbang, mereka berbaris rapi, menyambut sang pahlawan. Kepulangan Sasuke selalu menjadi tontonan menarik bagi para penduduk ibukota.

Starlight In The MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang