"Kenapa kamu harus menyalahkanku?! Aku juga tidak tau kalau kamu berharap sama Keith-"
"Semenjak melihatmu, aku sudah tau bahwa kamu yang akan merusak hidupku! Aku sudah mencintai Keith semenjak kami sama-sama berkuliah di universitas yang sama! Aku memendamnya dengan sangat lama dan mau ku beritahu saat Keith menyatakannya lebih dulu! Saat aku pikir dia mencintaiku karena bersikap sangat baik dan mengutamakan diriku, tapi kamu datang dan mengacaukan semuanya!! Kamu bisa merasakan bagaimana sakit dan kehilangan di hatiku?! Kamu penyebab semua kekacauan yang ada di hidupku!"
Kiara memundurkan langkahnya saat melihat amarah Jane nampak membeludak dilampiaskan padanya.
"La-lalu kamu mau apa?" cicit Kiara pelan pada Jane karena sungguh dia ketakutan andai Jane mau melukainya.
"Aku tidak mungkin menyuruhmu bercerai dengan Keith, aku tau pria itu tidak mau lepas darimu! Yang aku mau, kamu harus merasakan kehancuran dalam hidupmu! Aku berdoa agar kamu mengerti bagaimana sakitnya!" ucap Jane sinis sebelum gadis itu beranjak pergi meninggalkan Kiara yang tubuhnya perlahan merosot dengan kedua mata berkaca-kaca.
Kata-kata dalam ucapan Jane sangat melukainya, mengapa ada wanita yang mendoakan buruk untuk wanita lainnya? Dan kenapa harus Kiara yang mengalaminya?
Mengapa ada orang yang sangat membencinya sampai mendoakan hal buruk untuknya? Bagaimana jika doa itu terwujud? Tidak, Kiara tidak mau!
Dengan napas memburu dan kedua kakinya yang kehilangan penopang, Kiara berjalan menuju cermin dan melihat pada wajahnya yang pucat pasi.
Air matanya perlahan kembali menetes , apa yang Jane katakan nampak berpengaruh untuknya. Kiara bahkan terus memikirkannya sampai ia kembali ke aula hotel dan mencari Keith dengan kedua matanya.
Namun melihat sosok Keith yang masih berbincang dengan para rekan bisnisnya membuat Kiara urung mendekatinya. Bukan, bukan karena mau mengganggu Keith namun karena kehadiran Jane di sisi Keith yang ikut berbicara di sana.
Hati Kiara nampak sakit melihat keduanya. Akhirnya ia memilih menjauh dan berdiri di dekat stand makanan untuk memakan kue-kue mangkok serta apapun yang bisa dijangkaunya.
"Kiara?!"
Kiara menoleh dan kedua matanya membulat sempurna melihat siapa yang memanggilnya itu. Aura dalam balutan dress brokat berwarna mocca itu berlari menghampirinya dengan raut kaget dan tak percayanya.
"Lo dateng?! Eh ini bener Kiara kan?" tanya Aura yang kembali memastikan apakah gadis yang pipinya menggembung karena makanan yang berada di dalam mulutnya serta riasannya yang membuat wajah Kiara terlihat dewasa itu membuatnya sedikit ragu namun terasa yakin bahwa dia adalah sahabatnya.
"Aura?" dan mendengar Kiara menyebut namanya sontak Aura senang. "Tuh kan benar Kiara! Lo dateng sama Papah lo? Tumben lo ikut, biasanya gue kalo ketemu Om Dewa gak pernah liat lo ikut!"
Kiara tersenyum paksa dan mengambil air untuk membantunya menelan semua makan di mulutnya.
"Yaampun gue seneng banget lo ada, gue selalu bosan kalo ikut bokap ke pesta begini. Gak ada teman buat ngobrol!" Aura memeluk lengan Kiara dan membawanya ke sofa untuk duduk dan berbincang di sana.
"Permisi maaf, boleh minta wine nya dua gelas?" Aura memanggil seorang waitress yang membawa minuman beralkohol itu untuk para tamu. Dan apa yang Aura minta itu disanggupi sang waitress karena memang mereka berdua adalah tamu tak terkecuali jika usia mereka masih terlalu dini untuk mencecap alkohol.
"Aura ini gak boleh!" Kiara mau melarang Aura namun gadis itu mendesis pelan dan menenangkan Kiara.
"Kiara, semua orang di sini memang harus meminum ini! Lo sih gak pernah keluar mencari hiburan malam. Tenang aja satu gelas gak akan buat lo mabuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Husband
Romance(Sudah tersedia versi Ebook di google playbook!) Kiara tidak pernah berpikir bahwa ia akan menjadi seorang istri dari Keith Wilson, gurunya sendiri di usianya yang masih 17 tahun. Ia dan Keith menikah bukan karena saling cinta, melainkan perjodohan...