Gua Kesel
· · ·
"Coba, ibu pengen tahu dong, ada yang bisa jelasin apa itu Vested Interest?"
Samuel mengangkat tangan, terus menjawab pertanyaan yang dikasih Bu Hani dengan selengkap mungkin dan dengan mudah dapat dimengerti teman-teman sekelas.
Gua yang lagi-lagi kalah cepat, cuma bisa diem terus pasang muka cemberut sambil coret-coret buku tulis di halaman belakang. Udah nggak jarang kaya gini. Like, lo udah tau jawabannya, tapi masih ragu untuk angkat tangan buat jawab pertanyaan atau quiz dari guru. Eh, malah diselip sama temen dan jawabannya ternyata benar. Asem banget.
"Kenapa Jer?"
"Ngga La, lagi kesel aja."
"Lhoo, kenapa? Nggak suka sama pelajaran Bu Hani ya? Haha, sama kok."
"Bukan masalah itu," jawab gua terus ngelihat ke arah Olla—teman sebangku gua. "Tapi lagi-lagi gua kalah cepet sama Sam, sama si Monic juga tadi." Jawab gua terus cemberut lagi. Nggak tau deh, langsung bad mood abis.
Olla membentuk mulut cantiknya menjadi huruf O, lalu mengangguk paham.
"Nggak apa-apa Jer, yang penting kan lo ngerti materi yang dijelasin. Untuk tanya jawab begitu mah, bonus. Lo juga nggak telat kan kalau ngumpulin tugas. Jadi, ya santai aja. Kaya gue nih," kata Olla sambil ngehibur gua, terus senyum dengan alisnya yang dinaik-turunin.
Gua senyum tipis. "Iya juga sih, tapi-"
"Suttt, udah ah. Elo mah, ngeluh mulu. Kalaupun pengen ngejawab gitu, usahain lo jangan mikir lama-lama. Langsung aja angkat tangan, jawab, nggak usah ragu. Jangan takut salah Jer, disini kan kita belajar bukan adu pinter. Nih ya, lo tau kan kata-kata terkenal yang 'jadi laki-laki harus pemberani' itu? Nah, lo harus berani, Jer."
Buset Olla, lo ngomong panjang banget. Gua jadi sadar nih. Tapi nggak apa-apa, kata-kata lo jadi bikin gua semangat dan nggak sabar untuk sesi tanya jawab nanti.
"Hehe, oke deh. Thanks banget ya, udah ngasih gua motivasi sama solusi. Emang temen sebangku ter-the best deh hahahaha."
"Yoi, siapa dulu, Olla Ramdani gitu loh," jawab Olla bangga sambil ketawa-ketawa.
"Oke deh, sebagai hadiah," gua hentiin omongan gua sambil mikiri sebentar. "Kenapa Jer?" Tanya Olla cepat.
Tiba-tiba ada aja 'tring!' terus lampu yang nyala di otak gua. "Gimana kalo kita belajar bareng, lo mau nggak?" Tawar gua ke Olla. Ya itung-itung jadi hadiah deh.
"Belajar bareng? Boleh banget tuh! Gue mau." Jawab Olla antusias. "Eh tapi Jer, gue ajak temen gue ya. Gimana?" Dia balik nawar ke gua.
"Ajak siapa La?"
"Ada deh temen gue, nanti pas hari H gue bawa ya. Sabi nggak?"
"Boleh deh, lusa ya?"
Olla senyum sambil ngacungin jempolnya, menjadi tanda setuju dari dia. Beres itu, lonceng istirahat berbunyi. Gua langsung ajak Sam ke kantin buat makan bareng.
"Sam, kayak biasa!" Teriak gua manggil Samuel yang lagi asyik otak-atik handphone.
"Okay, bro!"
Gua janji, nggak bakal rusak pertemanan gua sama Samuel hanya karena gara-gara urusan pendidikan dan percintaan.
——— 🥑 ———
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambition
FanfictionSemuanya tentang Jerico Sahid di masa putih abunya, tertarik untuk membaca? 𐇵┊urramoonie, 2022.