Assalamu'alaikum!
Gimana kabar malam minggu ini? Semoga tetap senang ya!
Btw Maaf minggu lalu belum bisa update, tapi malam ini update kok! Hahaha
Selamat membaca!
Makasih banyak buat temen-temen yang selalu komentar ya, aku selalu baca dan selalu terhibur.Have a nice day dan jangan lupa jaga kesehatan!
***
"How's your time, honey?" Samuel menyambut Haba ketika wanita itu masuk ke mobil. Sesuai janjinya, ia segera menghampiri Haba ketika urusannya selesai. (Bagaimana waktumu, sayang?)
"It's really good!" jawab Haba bersemangat setelah mencium punggung tangan Sam. "Kamu gimana? Sudah selesai semua?" (Menyenangkan!)
"Ngapain aja tadi?" tanya Sam memulai perjalanan. "And yes, it's finally done. Tapi aku jadi harus ngurusin beberapa hal di kantor papi, sesuai surat wasiatnya." (Iya, semua akhirnya selesai.)
"Are you okay with that?" tanya Haba memastikan, ia tahu ini sangat bukan Sam. (Apa kamu baik-baik saja dengan itu?)
Samuel menghela nafas pelan. "Papi sangat percaya aku, seenggaknya itu yang aku yakini."
Haba mengusap bahu Sam, menguatkan suaminya itu.
"Don't worry! I'll do my best and i'll try to enjoy. Kayanya selama aku hidup, aku cuma menyusahkan papi, sekarang boleh lah aku gantian disusahin," ucap Sam lalu tertawa. Ia selalu begitu, berusaha tetap santai dan tidak ambil pusing. (Ngga usah khawatir! Aku akan melakukan yang terbaik dan aku akan berusaha menikmati)
Haba mengangguk sembari tersenyum. "Im here." (Aku di sini)
"I know you are." (Aku tau kamu begitu.)
"Hm, kita kok ke arah sini?" tanya Haba menyadari jalanan yang mereka lalui berbeda.
"Ah, iya. Kita jemput Chris dulu ya. Kebetulan tadi kita lagi chat dan dia bilang mamah ngga bisa jemput, jadi sekalian aja. Ngga apa apa kan?" tanya Sam menoleh singkat.
"Ngga apa apa dong. Tapi, berarti mamah ngga datang tadi?"
Samuel menggeleng.
"Kamu udah coba hubungi, Sam? Mamah baik baik aja kan?"
"Belum sih. Nanti coba aku hubungi ya."
Haba mengangguk.
"Lanjutin dong. Tadi kamu ngapain? Kok keliatan senang gitu?"
"Oh iya," Haba menjeda. "Aku ketemu dosen favorit ku. Kami ngobrol banyak banget loh!"
"Oh ya?"
Haba mengangguk semangat, raut wajahnya semakin cerah untuk memulai pembicaraan itu. "Aku cerita banyak banget, beliau pendengar yang baik Sam."
Samuel mengangguk mendengarnya. "Terus?"
"Terus, beliau menawarkan untuk melakukan couple konseling. What do you think?" (Gimana menurut kamu?)
"Is it okay?" tanya Sam spontan. "I mean, hm, aku ngga bermaksud meragukan ini. Tapi you know Ba, i don't know anything about this." (Apakah itu ngga apa apa? Menurutku, kamu tahu kan Ba, aku tidak tahu apapun tentang ini)
"Ini sangat ngga apa apa. Malah aku rasa, kita berdua butuh ini. Setelah apa yang terjadi, aku yakin ada trauma dan luka yang ngga bisa saling kita obati," Haba menjelaskan. "Tapi aku ngga mau ini berkepanjangan, aku ngga mau kamu selalu ngga tenang. Aku juga ngga mau selamanya dihantui rasa takut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebening Syahadat 2 : Untaian Rasa
EspiritualBagi Haba, pernikahan adalah bagaimana berbagi kehidupan dengan lelaki pilihannya dalam ikatan agama. Ada yang bilang, "satu untuk selamanya". Namun Haba lupa, kehidupan bukan hanya tentang bahagia. Ada banyak rasa yang bahkan tidak pernah Haba duga...