Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara
Bandung selalu punya cerita untuk Sam dan Haba. Salah satu bagian terpenting dalam hidup, karena menjadi saksi bisu dari berbagai hal yang terjadi atas keduanya.
Kota untuk kembali, sekaligus rumah untuk pulang sejauh apapun keduanya pergi.
Seperti hari ini, hari yang paling ditunggu-tunggu seorang Haba. Menanti kepulangan Sam dari negeri yang terkenal dengan berbagai bangunan nan indah, sekaligus merupakan negara yang mewariskan sejarah mengenai peradaban islam di dunia. Semenjak pernikahan keduanya hampir tiga tahun lalu, hingga hari ini Sam dan Haba masih harus menjalani hubungan jarak jauh.
Terasa berat memang. Tetapi atas dasar komitmen dan realita kehidupan pernikahan. Keduanya sama-sama berjanji untuk sama-sama berjuang. Walaupun itu berarti, ada rindu yang lebih besar dari biasanya, ada khawatir yang menghantui setiap harinya, ada kehilangan yang tak berujung setiap keduanya harus berpisah kembali.
Namun, Sam dan Haba tidak mau menyerah pada keadaan. Mereka percaya, selagi mereka masih menatap langit yang sama, selagi cinta yang mereka rasakan masih ada, selagi tanggung jawab atas keputusan pernikahan sudah mereka ambil, semuanya bisa dihadapi. Bersama.
...
...
Wa'alaikumussalam abi
...
Iya, Haba masih di Bandara. Seharusnya sih sebentar lagi bi. Acad ngga rewel kan bi?
...
Alhamdulillah. Maaf ya bi, Haba ngerepotin terus
...
Haba tersenyum. Abi, abis jemput Sam, Haba langsung pulang kok
...
Makasih banyak ya abi, Assalamu'alaikum.
Haba mengakhiri sambungan telepon. Abi selalu menjadi orang yang paling mengerti dirinya, terutama saat Sam baru tiba di Indonesia. Membiarkan Haba dan Sam untuk berdua walau hanya beberapa jam saja.
Di dalam hatinya, Haba selalu berdoa, semoga abi senantiasa bahagia dalam lindungan Allah SWT, terutama untuk segala kebaikan yang sudah ia berikan pada Haba dan kakaknya. Kebaikan dan kasih sayang yang tidak akan Haba dapatkan dari siapapun.
"Sammy!" mata Haba teralih pada seorang lelaki yang dari jauh sudah bisa ia kenali. Saat itu langkah kaki Haba semakin cepat, lalu ketika keduanya sudah dekat Sam langsung meraih tubuh Haba ke dalam dekapannya, melepaskan jarak diantara keduanya untuk saling melepas rindu setelah lama tidak bertemu.
"Assalamu'alaikum istriku," sapa Sam semakin mengeratkan pelukannya, tidak lupa ia mengecup kepala Haba lama sekali.
"Wa'alaikumussalam," jawab Haba mencium punggung tangan Sam, sekaligus mengakhiri pelukannya. Rasa malunya kembali hadir karena bandara sudah mulai ramai.
"Masih aja malu meluk suami sendiri," goda Sam.
Haba tersenyum, ia menunduk tersipu.
"Assalamu'alaikum anak abi yang masih di perut," Sam merendahkan tubuhnya, menempelkan telinganya pada perut Haba yang mulai membesar. "Kapan kamu keluar? Daddy sudah ngga sabar tau!"
"Sammy, umurnya masih lima bulan," jawab Haba.
"Saya kan nanya ke anak di perut, kenapa kamu yang jawab sih?"
Bibir Haba cemberut, membuat Sam tertawa pelan. Tepatnya ia gemas sekali melihat sikap Haba.
"Kita pulang sekarang?" tanya Sammy menggandeng tangan Haba menuju tempat parkir. "Atau mau makan ice cream dulu?"
![](https://img.wattpad.com/cover/60705190-288-k230052.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebening Syahadat 2 : Untaian Rasa
SpiritualBagi Haba, pernikahan adalah bagaimana berbagi kehidupan dengan lelaki pilihannya dalam ikatan agama. Ada yang bilang, "satu untuk selamanya". Namun Haba lupa, kehidupan bukan hanya tentang bahagia. Ada banyak rasa yang bahkan tidak pernah Haba duga...