"Ga abis abis ngeliatinnya." Sam membuat Haba menoleh. Sejak mobilnya berjalan, wanita itu tidak henti-hentinya memandang kursi belakang, sesekali Haba tersenyum melihat Elora yang tertidur pulas.
"I like her," kata Haba kembali memandangi gadis kecil itu. (Aku suka dia)
"Oh, jadi sekarang suka dia?"
Haba mengangguk. "Aku tetep suka kamu, lebih banyak kamu," jawabnya, kali ini memerhatikan Sam.
"Aku suka kamu loh!" Haba mempertegas, tidak puas dengan ekspresi Sam yang terlihat biasa saja. Padahal kan jarang sekali Haba mau mengatakan hal ini.
"Suka doang."
"Sayang? Cinta?"
Samuel lalu tersenyum jail, berhasil membuat Haba gemas sendiri.
"Ish! Jail!"
"Kamu udah hubungi Sandy, Ba?"
"Ya Allah, aku lupa!" Haba buru-buru mengambil handphone-nya di tas. "Sebentar ya."
Belum selesai mengetik beberapa kata, tiba-tiba terdengar suara dari kursi belakang. Gadis kecil itu mengerjapkan mata beberapa kali, tubuhnya yang kecil menggeliat.
"Sam, dia bangun!" bisik Haba tidak sabar, sedangkan Sam sesekali mengintip dari kaca.
"Hai," sapa Haba pelan ketika mata gadis itu sudah benar-benar terbuka. Wajahnya nampak kebingungan.
"Hai, a-" belum sempat Haba menyelesaikan kalimatnya, Elora malah memanggil mama. Matanya mulai berair dan mulutnya sudah cemberut.
"Hm, sebentar, ja-"
"Ma-ma,"
Lalu detik selanjutnya gadis itu benar-benar merengek. Ia menangis kencang sambil memanggil mama berkali-kali, membuat Haba panik.
"Sam, nangis! Gimana ini?"
"Ma-ma!"
"Mau mama!"
"Mama!"
"Sabar ya sayang ya, Elora. Mau ice cream? Atau susu?"
"Mama!"
Haba segera membuka tas Elora, mencari sesuatu yang bisa ia berikan pada anak itu untuk menenangkannya.
"Kenapa?" tanya Sam menyadari Haba yang terlihat kecewa.
"Ngga ada apa-apa, cuma baju."
"Sial!"
"Sam, it's okay," Haba memegang lengan Sam lembut. (Sam, ngga apa-apa)
"Sebentar lagi kita sampai ya." Haba mengalihkan pandangannya ke belakang, kembali mengurus Elora. Gadis kecil itu sudah memukul-mukul jendela mobil, meminta keluar.
Lebih dari lima belas menit Elora menangis, bahkan saat mobil itu berhenti di halaman rumah.
Hal yang mengejutkan lainnya terjadi ketika kunci mobil terbuka. Gadis itu lari dengan cepat ke gerbang.
"Elora!" Haba memekik, khawatir gadis itu terluka.
"I'll catch her!" (Akan aku tangkap dia)
Langkah kaki Sam begitu cepat, hanya hitungan menit Elora sudah tertangkap. Dengan segera ia menggendongnya di pundak, membuat gadis kecil itu semakin berontak, menendang, memukul, dan semakin terisak.
"Kamu di sini!" bentak Sam menurunkan Elora, membuat gadis kecil itu menatapnya tajam dengan wajah cemberut. Seperti tidak ada takutnya. "Ngga boleh lari, ngerti!"
"Sam," Haba menenangkan Sam, mengusap lengannya pelan.
"Yora mau mama!"
"Mama ngga ada!" balas Sam tidak mau kalah. "Sekarang diem, masuk ke rumah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebening Syahadat 2 : Untaian Rasa
EspiritualBagi Haba, pernikahan adalah bagaimana berbagi kehidupan dengan lelaki pilihannya dalam ikatan agama. Ada yang bilang, "satu untuk selamanya". Namun Haba lupa, kehidupan bukan hanya tentang bahagia. Ada banyak rasa yang bahkan tidak pernah Haba duga...