Illusion

157 25 12
                                    













#####


Aku sudah menaiki pagar pembatas jembatan ini saat deringan ponselku terus saja berbunyi.

Memang pada awalnya aku ingin mengabaikannya, namun getaran ini sedari tadi tidak mau berhenti sehingga membuatku terganggu. Ku rogoh sakuku berniat ingin membuang ponsel ini. Namun saat mengetahui siapa yang menghubungiku membuatku mengurungkan niatanku lebih dulu. Kwon Yuri.

Aku sangat tidak ingin mendengar suaranya disaat seperti ini, namun karena hati dan pikiranku selalu berjalan tidak selaras membuatku turun dari pagar ini terlebih dahulu untuk menjawab panggilannya. Setidaknya aku harus mendengar suaranya untuk yang terakhir kali. Aku pasti sangat merindukannya nantinya.

"Yeoboseyo Sica-yaa"

Dengan mendengar suaranya saja dapat mengembalikan kewarasanku, aku sadar apa yang akan aku lakukan tadinya namun rasa frustasi ini tidak mau hilang sehingga membuatku tidak bisa berpikir sehat lagi.

"Sica-yaa kau disana? Jawab aku eoh?"

"Eo.. Eoh" jawabku dengan suara bergetar karena menahan tangis. Kuharap Yuri tidak menyadarinya.

"Apa kau baik-baik saja? Aku bermimpi buruk tentangmu karena itu aku ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja"

"Gwaenchana" jawabku berusaha terdengar biasa saja.

"Ada apa dengan suaramu?"

Dan, ia tetap menyadari meski aku telah berusaha keras. "Yul.."

"Eoh. Ada apa? Jangan seperti ini eoh! Kau membuatku takut"

Jelas sekali jika Yuri disana terdengar panik, apa ia tahu bahwa aku ingin membunuh diriku sendiri?

"Sica-yaa??"

Aku terduduk karena kakiku sudah terasa lemas, aku menangis sejadi-jadinya padahal Yuri masih bisa mendengarku dengan jelas diseberang sana. Aku tidak bermaksud untuk membuatnya khawatir, hanya saja semua ini terasa kalut. Aku tidak bisa menahan diri lebih banyak lagi.

"Sica-yaa oddieya?"

"Tell me! Where are you?!"

Yuri membentakku keras karena aku tidak menyahutinya sedari tadi sedangkan ia pasti sangat bingung karena aku menangis disini.

Suara ambulan dan diiringi mobil polisi mendekat kearahku, aku tahu ini akan terjadi, mungkin ini atas laporan beberapa orang yang melintasi jembatan ini atau aku telah tertangkap oleh kamera cctv. Entahlah aku tidak tahu pasti. Namun niatanku beberapa saat tadi gagal. Entah aku patut mensyukurinya atau malah sebaliknya.

Karena para petugas mulai mendekat, ku matikan ponselku terlebih dahulu karena tidak ingin membuat Yuri di seberang sana mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padaku.

Aku dibawa oleh para petugas ke rumah sakit terdekat padahal aku sudah mengatakan jika aku baik-baik saja. Daripada berdebat lebih banyak lagi lebih baik aku menuruti keinginan para petugas dan disinilah aku pada akhirnya, terbaring sambil ditanyai beberapa pertanyaan oleh seorang konselor.

Cukup lama ini bertahan sampai kedatangan seseorang menyelamatkanku dari beberapa pertanyaan yang terus saja membuat kepalaku pusing.

"What's wrong?"

STUPID ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang