#####
Setelah banyak mendengar kata-kata dari Tiffany membuat Yuri tidak bisa fokus dengan pekerjaannya seharian ini. Juga jangan lupakan kata-kata pria yang ia temui tadi pagi. Apakah ia kesal?
Entahlah, ia hanya merasa sangat kesulitan saat menanyakan pada dirinya sendiri. Menanyakan mengapa sikapnya seperti ini? Atau mengapa ia merasa sangat ingin tahu?
Ini bukanlah hal yang benar menurutnya. Bukan masalah ikatan kontrak atau semacamnya. Lebih dari itu, banyak hal-hal rumit yang telah terjadi dan itu diluar kendalinya.
Keputusannya dan segala hal yang ia ambil selama empat tahun terakhir, ia selalu bertanya-tanya mengapa tuhan memberikannya jalan yang tidak pernah ia pikirkan.
Jika ada pilihan yang benar. Menurutnya pilihan itu adalah membenci Jessica. Tapi setelah apa yang terjadi, bahkan saat ia telah mengetahui segalanya. Ia telah mencoba banyak hal. Terutama mencoba menyakiti gadis itu.
Namun makin kesini rasanya semuanya semakin terlihat abu-abu. Ia bahkan tidak bisa memprediksi sikapnya sendiri.
Dan seperti dua orang dalam satu tubuh. Saat dirinya ingin pulang ke rumahnya sendiri namun dirinya yang lain malah menuntunnya kemari. Apartemen.
Ia ingin memastikan bahwa Jessica telah pulang dengan selamat. Atau tidak! Ia hanya ingin melihatnya atau hanya sekedar menghirup aroma tubuh itu.
Dan benar saja, gadis yang tengah menjadi beban pikirannya seharian ini telah berada dirumah. Lebih tepatnya sibuk berkutat dengan alat-alat dapur.
Saat menyadari kehadiran Yuri, Jessica menyambutnya dengan senyum manis. Seperti tidak ada hal yang telah terjadi diantara keduanya.
"Kau pulang?" gadis dingin itu menghampiri Yuri yang masih berdiri mematung selanjutnya ia mengecup bibir Yuri sembari kedua tangannya berada di pinggang gadis tan itu. "Aku sudah menyiapkan keperluan mandimu, setelah itu kita bisa makan malam bersama"
Yuri hanya menuruti lalu bergegas mandi, setelahnya sesuai dengan yang dikatakan Jessica tadi. Keduanya sama-sama sibuk dengan makanan masing-masing.
"Mianhae" Jessica membuka suara sambil melihat Yuri dengan wajah menyesalnya. "Tentang sikapku pada pamanmu juga aku yang pulang larut kemarin malam"
Yuri masih saja tertunduk melihat makanannya tanpa mau menatap wanita dihadapannya ini. Bukannya ia masih marah, namun ia sedikit merasa malu. Malu akan sikapnya, juga pada Jessica yang mau meminta maaf lebih dulu padahal kesalahan ini tidak sepenuhnya dilakukan oleh gadis itu.
"Apa kau masih marah?" Jessica mangajukan pertanyaan lain karena Yuri tidak kunjung membuka suara. "Aku berjanji tidak akan mengulanginya. Aku tidak akan lancang lagi menemuimu tanpa memberitahumu terlebih dulu. Maafkan aku"
"Kenapa selalu seperti ini?"
"Huhh?"
"Bukankah seharusnya aku yang mengatakan hal ini padamu?" Yuri mengangkat kepalanya lalu menatap Jessica dengan wajah muramnya. "Aku bahkan tidak bisa mengatakan apapun saat samchon-ku menghinamu. Aku tidak membelamu juga tidak berusaha melindungimu. Bukankah seharusnya aku yang minta maaf?"
"Yuri-ahh aniyo! Itu tidak benar! Seandainya aku tidak datang maka samchon-mu juga tidak akan bertemu atau mengatakan kecurigaannya padaku. Kau pasti berada diposisi yang sulit karenaku"
"Tapi--"
"Sudah jangan bicarakan hal ini lagi" Jessica menginterupsi lalu menyentuh tangan gadis tan itu. "Aku tidak ingin merusak suasana"
KAMU SEDANG MEMBACA
STUPID ME!
FanfictionPada akhirnya aku tidak tahu kemana ini akan berakhir? Ataukah aku memang perlu mengepakkan sayapku dan pergi? Ini adalah sesuatu hal yang tidak pernah bisa ku jawab. Selama ini aku terus dipermainkan oleh takdir, jadi harapanku hanya sebatas 'menga...