Perihal Bohong

7.2K 626 34
                                    

Apa sih yang paling nyaman di dunia ini? Menurutku hal yang paling nyaman nan menyenangkan adalah rebahan setelah melakukan berbagai aktifitas.

Asli nyamaaan banget.

Apalagi sambil scroll instagram. Lihat postingan kuliner yang selalu bikin ngiler, atau postingan-postingan lucu yang bikin ngakak malam-malam.

Namun, kenyamananku di interupsi oleh panggilan masuk dari Mbak Retno. Ish! Ini orang gak bisa lihat aku seneng sedikit, pasti ada aja gangguinnya. Apalagi coba kalau bukan masalah cuan? Dasar mata duitan!

"Yayaaaanngggg..." teriak Mbak Retno yang membuatku menjauhkan hape dari telinga.

"Apa sih Mbak teriak malam-malam," jawabku ketus. Asli, pengang banget telingaku.

"Kamu... Ya Tuhan... Astaghfirullahal 'adziim..."

"Kenapa Mbak? Dirimu gak apa-apa kan?" tumben-tumbenan ini orang nyebut begitu, bikin khawatir.

"Kenapa? Kamu tanya kenapa?" semprotnya.

"Ya kenapa sih malam-malam marah-marah? Gak bosen marahi aku terus?"

"GAAAK! Kamu emang pantes diomeli! Gak kira-kira kamu kasih nomor Mbak! GILA kamu ya!" teriaknya.

"Ngasih nomor ap— Mbak..."

"APA! NYADAR KAMU?" teriaknya lagi. "Sumpaaah Yaaaaang... Kamu kok ngisin-isini (malu-maluin) aku sih Yang? Belajar dari mana kamu bohong kayak gitu? Yang diminta dia itu nomor kamu, kok kamu kasih nomor Mbak? Gemblung kowe! Tak aduin Mamamu biar tahu rasa kamu!" ujarnya berapi-api. Kalau udah ngancam pake ngadu begitu, udah pasti marah besar. Duh...

"Mbak... mmm... anu... aku kan udah bilang kalau—"

"KALAU OPO? Sadar gak sih yang kamu bodohi itu siapa? BOS OKE.COM, Yaaang! Kamu ini gali kuburanmu sendiri tahu gaaak!" Mbak Retno gak hentinya teriak-teriak di ujung sana.

"Gali kuburan apa sih Mbak? Aku cuma kasih nomor Mbak sama si Tian-Tian itu kan? Emang kenapa? Aku kan udah bilang, gak mau berhubungan apapun lagi sama dia. Aku takut Mbak!" Akhirnya aku kepancing emosi juga.

"Tapi gak kasih nomorku juga! Kalau mau bohong, kenapa gak kamu kasih nomor orang lain aja sekalian? Kenapa kamu malah kasih nomor Mbak? Tetap aja kamu ninggalin jejak sama dia! Paham gak kamu!" Emosinya begitu menggebu.

Iya juga. Ya ampun, kok aku gak mikir sampe kesana?

"Terus gimana Mbak?" cicitku lemah.

"Gimana apanya? Tadi dia kayak yang kecewa banget tahu gak!"

"Terus? Mbak No... kasih nomor aku?" tanyaku was-was.

"MENURUTMU?" buset, dia gak sakit tenggorokan apa teriak-teriak melulu?

"Mbak... Serius. Mbak No kasih nomorku?"

"YA! Biar malu kamu! Biar dia aduin sama Mas Andi sekalian!"

"Mbaaak—"

"Bocah bandel! Kalau mau bertindak mikir dulu, Yang!"

"Itu juga aku mikir dulu, Mbak!"

"Mikir pakai dengkulmu! Sumpah. Mukaku kayak di teploki tai sama kamu! Ngisini wae!"

"Mbaak... " rengekku.

"Biarin. Kalau dia ngadu Mas Andi, terus Mas Andi batalin kontrak kamu, tahu rasa kamu! Sukurin! Aku gak mau ikut campur!"

"Mbak Noooo... Maaf. Aku. Aku tadi bingung Mbak."

Kalau Sudah Jodoh, Mau Bagaimana Lagi? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang