𝑺hineloier || #11

473 398 270
                                    

KEDATANGAN seseorang saat ini tengah ditunggu-tunggu. Hingga mengingat detik waktu terus berjalan tiba menunjukkan pukul 18.45 WIB sebelum tepat pukul 19.00 WIB.

“ Apakah kau yakin anakmu akan datang, Aroeen? ” tanya rekannya sesama seorang agen rahasia di sampingnya.

Mengangguk mantap seraya berucap, “ Sangat yakin! ”

“ Papa yakin kau tidak akan melewatkan kesempatan ini, Aether .... ” Tatapan dan posisi Aroeen tidak bergeser sedikit pun. Ia sangat menaruh yakin jika putranya datang.

Jam terus menunjukkan penambahan waktu dan di saat itu juga belum ada tanda-tanda kemunculan Aether.

Hingga tepat pukul 18.50 WIB baru tampak dari arah garbarata, seorang pemuda tengah berlari ke arah mereka.

“ Maaf. ” Satu kata yang sempat terucap dari mulut Aether.

Salah satu agen menganggukan kepala mantap, seraya berucap memberikan saran. “ Sebaiknya kita segera masuk ke dalam pesawat .... ”

“ Jaga dirimu baik-baik di sana .... ”

Menyadari papanya tidak bergerak dari tempatnya sekarang berpijak, Aether berucap, “ Pa— ” Belum sempat berucap, Aroeen sontak saja menyelanya.

Tangan Aroeen menindih bahu Aether, sementara tangan yang lain berada pada saku celananya. “ Papa tidak ikut. Papa harus tetap berjaga di sini, ” ucap Aroeen.

“ AYO, AETHER! ” teriak anggota agen rahasia yang sudah duluan sampai di ambang pintu pesawat. Saat Aether hendak melangkahkan kakinya sebuah suara menahannya. “ Ae, ” panggil Aroeen dan refleks dirinya membalikkan badan.

“ Semoga kau bisa bertemu dan membawanya kembali, ” ucap Aroeen, menaruh harapan besar pada putranya.

“ Pasti, Pa. Do'akan yang terbaik, ” ucap Aether setelah itu dirinya berjalan menjauh dari papanya dan lama-kelamaan berlari menyusul ketertinggalannya.

Keadaan di dalam pesawat dengan sebuah headphone yang mengalung di leher, Aether memposisikan diri senyaman mungkin. Waktu itu dirinya duduk sendiri sampai tiba Margeven datang.

“ Baru kali pertama lo ambil keputusan yang sangat tepat, ” ucap Marge yang baru saja datang lalu memilih duduk diri di sebelah Aether.

Dirinya mengenakan kembali headphone-nya yang sempat mengalung di leher dan tampak sekilas seringai terbit di raut wajahnya, berubah menjadi kebencian. “ Gue nggak akan tinggal diam, jika semua ini ada sangkut pautnya dengan orang itu, ” ucap Aether di mana enggan menyebut nama orang yang dimaksud.

“ Kita punya tujuan yang sama dalam hal ini, ” ucap Marge secara tiba-tiba.

Sama-sama mencari tahu keberadaan orang yang berarti dalam hidup kita masing-masing. Batin Aether.

Sesekali dirinya menatap langit awan dari balik jendela kaca pesawat. Di situlah ia teringat akan sesuatu.

. flashback on ....

“ NDAA MAU ITHUT ... LEPASIN! LEPASIN! ATHU NDA MAU ITHUT KALEAN .... ”

“ ADEK ... ADEK AE ... TOLONGIN KAKAK! ”

. flashback off.

۰𝑺𝑯𝑰𝑵𝑬𝑳𝑶𝑰𝑬𝑹۰ [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang