𝑺hineloier || #34

231 123 114
                                    

KEESOKAN hari tampak cerah berawan. Namun, tidak untuk suasana hati Shine bak berselimut mendung yang tertawan.

“ Apa yang harus diriku lakukan sekarang? ” gumam Shine termenung sendiri di dalam kamar.

Terpaut menit berlalu, pintu kamar Shine terbuka lalu masuklah Belinda dengan diikuti beberapa bodyguard yang membawakan sejumlah makanan ringan untuknya.

Shine beranjak dari tempat tidurnya untuk menghampiri mereka. “ Makanan sebanyak ini? ” tanya Shine.

“ Persediaan untuk ke depannya, ” sahut Sergan muncul dari belakang mereka.

“ Diriku tidaklah membutuhkan makanan sebanyak ini, ” ucap Shine.

Sergan tidak acuh. Pemuda keras kepala berhati dingin seperti dirinya itu, segera menyuruh bodyguard-nya menaruh semua makanan di almari khusus makanan yang sudah ada di kamar adik perempuannya.

Aura dingin menyelimuti dirinya. “ Sekali lagi saya ingatkan untuk ke depannya. Lakukan penjagaan ketat di area kamar Nona kalian ini. Jangan biarkan seorang pun bisa masuk, tanpa sepengetahuan bahkan tanpa seizin Papa atau pun saya! ”

Setelah bertitah mengultimatum seperti yang terucap barusan, hati Shine berkecamuk tangannya seketika mengepal erat. Lantas Sergan memberi isyarat pada bodyguard dan Belinda agar meninggalkan kamar Shine.

Sudah keluar semua barulah Sergan berbalik badan, berjalan paling akhir lalu menutup pintu kamar Shine.

Mengetahui hal itu berlarilah Shine ke arah pintu dan berteriak, “ Kalian tidak bisa mengurungku seperti ini! Jangan samakan diriku dengan seorang tahanan rumah! ”

“ Kak Sergan! Buka pintunya! Buka pintu kamarku, Kak! ” Sekuat apa pun Shine menggedor pintu dan berteriak, tetap saja Sergan tidak peduli.

BRAKKK— “ Percuma .... ”
Sekali gebrakan itu pun terdengar kencang sampai tangannya ikut memerah. Shine menyandarkan kepalanya ke pintu kamar sambil satu tangannya masih dalam posisi menempel di pintunya.

Tidak disangka ini merupakan kali kedua diriku menjadi layaknya seorang rapunzel. Batin Shine meratapi semuanya.

Waktu berlalu begitu cepat dan tidak dirasa hari sudah berganti malam, tetapi bagi Shine melupakan semua yang sudah terjadi memanglah tidak mudah. Adakalanya ia harus menerima dan melanjutkan jalan kehidupan yang dirasa masih penuh misteri.

Seusai melakukan ritual berendam air hangat, Shine memilih untuk duduk santai di sofa empuknya sambil mengaplikasikan laptop yang berada di pangkuannya. Terdengar suara gemercik kunci mencoba membuka pintu. Benar saja, pintu kamarnya terbuka.

“ Shine ... Shine ... Shine ... kau harus segera bergegas, siapkan dirimu se-perfect mungkin! ” Serafine tiba-tiba masuk kamar Shine dengan heboh, membuat pemilik kamar seketika menghentikan aktivitasnya.

Serafine berjalan ke arah Shine, mengambil alih laptop yang tadinya berada di pangkuan gadis itu lalu menaruhnya di atas meja seraya berucap, “ Paman Drach mengundang kita untuk jamuan makan malam di mansion-nya. ”

“ Dalam rangka karena berhasil memenangkan sejumlah tander besar sekaligus, benar begitu? ” tanya Shine sambil menyedekapkan tangannya.

“ Otak cerdas! Bagaimana kau bisa mengetahuinya? ” tanya Serafine heran, “ pasti karena Kakak sepupu yang sudah memberitahumu terlebih dulu? ”

Dikarenakan Serafine melempar tatapan menyelidik pada Shine, spontan ia menjitak dahi saudarinya. Alhasil, sang empunya sedikit merintih. “ Aduh! Sakit tahu, Shine! ”

۰𝑺𝑯𝑰𝑵𝑬𝑳𝑶𝑰𝑬𝑹۰ [THE END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang