"Ini yang terakhir." Bisik Seulgi, menggenggam wajah Jimin di kedua tangannya, "ini yang terakhir." Ulangnya, kembali mencium bibir Jimin.
Jimin diam saja, hanya membalas ciuman Seulgi dengan sama lembutnya. Jika ini yang terakhir, maka ia tidak akan memprotes apa apa. Hanya berusaha meresapi untuk terakhir kalinya. Bahwa gadis ini, gadis menyebalkan yang ia benci pada awalnya, kini menjadi satu satunya gadis yang mungkin bisa menembus pertahanannya. Melebihi gadis gadis lain. Jauh melebihi Yeri.
Tangan Jimin masuk ke helaian rambut Seulgi, menariknya makin mendekat. Mungkin. Jimin bilang mungkin. Karena ia sendiri tidak yakin dengan dirinya. Bahwa ia akan mengizinkan Seulgi masuk ke dalam hatinya. Mengizinkan wanita lain berdiam disana. Mengizinkannya mencintainya. Mengizinkannya melukainya. Karena ia tidak siap kembali menjadi Pluto bagi orang lain.
Dia mengkhianati pacarnya. Berciuman denganmu. Apa suatu saat nanti dia tidak akan mengkhianatimu demi orang lain?
Jimin mengerang. Meraih pinggang Seulgi dan menaikkannya ke meja. Menciumnya lebih dalam lagi.
Pacarnya bahkan ada disini sekarang. Tapi dia membiarkan lelaki lain memasukkan lidahnya ke mulutnya. Jika dia bisa meninggalkan pacarnya demi kau, apa dia tidak akan meninggalkanmu demi lelaki lain juga?
"Jimin ... " Bisik Seulgi, kesulitan mengimbangi Jimin.
"Aku tidak akan kemana mana. Aku mencintai Oppa."
Pembohong!
"Maaf, Oppa. Kupikir ini bukan apa apa. Tapi ternyata ... aku tidak bisa. Maafkan aku. Aku benar benar tidak bisa. Kita berpisah saja."
"Pembohong!" Geram Jimin, menggigit bibir Seulgi.
Jangan membuat janji ketika kau sedang bahagia. Kau akan dengan mudah mengingkarinya. Atau melupakannya.
Dan jangan percaya pada ucapan seorang wanita yang sedang jatuh cinta. Semua yang keluar dari bibirnya manis, tapi ketika keadaan itu berubah semudah membalikkan telapak tangan, semua kata katanya hanyalah omong kosong belaka.
Lalu kau akan dicampakkan.
Jimin mengrenyit ketika ia merasakan rambutnya belakangnya di tarik dan ciumannya pada Seulgi terlepas. Ia membuka mata, terengah engah menatap Seulgi yang juga terengah engah. Mata sipit gadis itu membelalak menatapnya dan bibirnya yang bengkak terbuka.
Dan Jimin langsung merasa menyesal. Dia hampir lepas kendali lagi.
Melepaskan remasannya pada pinggang Seulgi, Jimin menunduk. Tidak berani melihat mata Seulgi.
"Aku bukan dia, Jimin." Bisik Seulgi.
Jimin ingin meminta maaf, tapi lidahnya kelu dan tenggorokannya tercekat. Tangannya yang bertumpu di meja bergetar pelan.
"Siapa dia?"
Jimin menegakkan tubuhnya, "hanya masa lalu yang ingin kulupakan." Gumamnya, masih menghindari mata Seulgi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOUBLE TROUBLE
ФанфикKang Seulgi, Direktur dari 'Miracle Planner' sebuah perusahaan Event Organizer. Ceria, spontan dan cepat naik darah. Park Jimin, fotografer mitra kerja Seulgi. Santai, cerdas dan keras kepala. Dua kepala yang pendapatnya sering bertentangan, berada...