CHAPTER 2 : HANDS ARE TIED

875 150 74
                                    



Jimin masuk ke dalam toilet lelaki dan mendapati ia sendirian disana. Jadi ia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Suho.

"Kau sudah disana?" Tanya Suho, melewatkan basa basi.

"Belum. Aku masih di cafe." Jawab Jimin, "Hyung, setelah mempelajari proposal mereka, kurasa kita tidak bisa hanya menjadi pengamat. Harus terjun langsung menangani Operasionalnya. Mereka tidak becus berbisnis."

Terdengar suara helaan nafas Suho, "makannya aku menyuruhmu untuk melihatnya, Jimin."

"Apa yang harus kulakukan dengan perusahaan ini?"

"Terserah kau." Jawab Suho, "kau bisa membelinya. Beri harga yang pas, tapi diskusikan denganku dulu. Kalau aku tidak bisa dihubungi, bicara pada Seokjin. Pastikan mereka dapat harga yang pantas untuk memulai kembali apapun."

"Membeli apanya? Hutang? Tidak ada yang bisa dibeli!" Seru Jimin.

Suho tertawa, "ya, maksudku selesaikan piutang mereka. Seulgi pasti punya jaminan untuk hutangnya. Bantu untuk mendapat harga yang pantas untuk jaminan itu dan selesaikan semuanya."

Jimin menggerutu.

"Atau, ambil alih Miracle. Benahi pelan pelan. Rombak total."

"Sebenarnya itu yang sedang kupikirkan." Ucap Jimin. Dia bahkan sudah memikirkan siapa siapa yang akan ia jadikan partner. Kim Seokjin, adik dari Suho. Dan Kim Yeri. Orang orang kompeten yang bisa membantunya membangun bisnis. Bukan seperti orang ini. Kang Seulgi.

"Satu pesanku, Jimin."

Jimin mendengarkan.

"Jika kau memutuskan untuk membangkitkan lagi Miracle, pertahankan semua pegawainya."

Jimin mendengus, "sebegitu sayangnya kau pada junior junior kesayanganmu itu?"

Suho tertawa pelan, "mereka punya potensi, Jimin."

"Kalau itu benar, aku tidak akan ada disini Hyung."

"Potensi itu harus diasah, agar berkembang. Kau sendiri sudah paham itu kan, Jimin?"

Jimin mendengus lagi, lebih pelan.

"Kabari aku selalu perkembangan proyek ini. Aku memberimu wewenang penuh, tapi ingat, kau juga tidak bisa semena mena."

"Baiklah, Kututup dulu."



"Dibilang begitu aku jadi ingin menyingkirkan semua orang orang itu." Gumam Jimin, mencuci tangannya di wastafel, "apasih hebatnya mereka sampai kau begitu memperhatikan mereka?"


Jimin menarik tissue dan mengeringkan tangannya, "kalau aku tidak boleh mengeluarkan mereka, maka biar saja mereka yang keluar sendiri." Dia tersenyum sinis, belum belum sudah kesal dengan orang orang yang akan ditemuinya nanti. Kebebasannya mungkin di kekang, tapi ia akan mencari cara untuk memenuhi keinginannya.



Jimin keluar dari toilet dan mendapati seorang gadis berdiri di depan toilet wanita dengan ponsel di telinganya, memunggunginya.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DOUBLE TROUBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang