Gaun Pengantin

54 6 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Pagi ini Kanaya bersiap-siap untuk memilih gaun pengantin yang akan dia kenakan besok pagi. Kanaya ditemani oleh sahabatnya, Ara.

"Apa mungkin, Bisma itu jodohku?" tanya Kanaya seakan-akan masih belum yakin.

"Pasti, Kanaya. Kenapa kamu masih ragu?"

"Aku belum siap, Ara."

"Siap tidak siap, kamu harus siap. Bagaimanapun, dia sudah melamar kamu dengan baik-baik."

Ara terus berusaha untuk memberikan Kanaya semangat. Ara ingin sahabatnya itu selalu berbahagia. Kanaya pun memilih gaun pengantin yang bagus. Gaun pengantin berwarna putih untuk dia kenakan saat akad nikah. Akad nikah yang akan berlangsung pukul 08.00. Kanaya tinggal di kota Malang, kota dingin dan banyak tempat pariwisata. Setelah semua kebutuhan sudah selesai. Kanaya dan Ara pulang.

"Cuma kamu pengantin yang beli gaun secara mendadak seperti ini. Padahal, akad nikah kamu akan dilaksanakan besok pagi," ujar Ara sembari menggelengkan kepala.

"Namanya juga dadakan, Ara. Semuanya serba mendadak. Aku juga sebenarnya masih dilema dan tidak percaya dengan apa yang telah aku alami," kata Kanaya menjelaskan.

"Kamu cinta sama Bisma?" tanya Ara meyakinkan.

"Aku juga tidak tahu dengan perasaanku sendiri. Secara ini adalah sebuah perjodohan. Kamu tahu sendiri 'kan, laki-laki yang aku sukai," jawab Kanaya.

"Maksud kamu, Hamdan?"

"Iya, siapa lagi. Perbedaan antara mereka berdua itu sangat jauh. Hamdan itu lebih seperti seorang ustadz. Sedangkan Bisma, dia gaul," jelas Kanaya.

"Sudahlah, Kanaya. Kamu jangan terlalu berharap banyak kepada Hamdan. Kamu sudah lama menyimpan dan berhalusinasi tentang dia. Dia hanya menganggap kamu teman ngajar, tidak lebih dari itu," ujar Ara.

Kanaya masih membela dirinya, dia yakin satu hal, kalau Hamdan sebenarnya memiliki perasaan yang sama.

"Terserah kamu," kata Ara.

Hamdan dan Kanaya satu tempat mengajar di sebuah TPQ. Mereka berdua guru ngaji. Sering Kanaya dan Hamdan jalan bersama, itupun karena ada tugas yang harus dikerjakan bersama-sama.
Kedatangan Kanaya dan Ara disambut oleh Sinta, ibu Kanaya.

"Bagaimana gaunnya? Sudah ada?" tanya Sinta.

"Sudah dong, Tante."

"Bagus, terimakasih Ara."

"Sama-sama."

Sinta mempersilahkan Ara duduk, sedangkan Sinta membuat minuman jus untuk Ara dan juga Kanaya.

"Kamu harus banyak-banyak bersyukur loh, Kanaya. Kamu bisa memiliki ibu yang baik dan pengertian. Sebentar lagi juga kamu akan menikah," ucap Ara.

"Iya, aku bersyukur kok. Tapi, apa kamu kira kehidupan setelah menikah itu enak?" tanya Kanaya.

"Pastinya enaklah. Ada yang manjain, ada yang memberikan kasih sayang. Ada yang...,"

Belum sempat Ara meneruskan pembicaraannya, Sinta datang membawa nampan yang berisi dua gelas jus dan makanan ringan.

"Lagi bahas apa sih! Kayaknya seru banget!" ledek Sinta.

"Maklumlah, Tante. Namanya juga anak muda," ujar wanita yang bernama lengkap Tamara itu.

"Iya, deh! Tante gak ikut-ikutan," kata Sinta.

Ara dan Kanaya pun melanjutkan pembicaraan mereka. Kanaya menjelaskan, kalau pernikahan itu tidak seindah di film-film. Pasti ada yang namanya asam, manis dan pahit. Ara pun mengerti dengan maksud Kanaya, Ara pun pamit pulang. Kanaya harus beristirahat siang ini, agar dirinya bisa mendapatkan tenaga yang lebih baik. Meskipun pernikahan ini bukan keinginannya, dia harus berusaha untuk menetralisir perasaannya. Kanaya sudah bertekad untuk belajar mencintai Bisma, calon suaminya.

'Aku kira kehidupan yang aku jalani akan seperti di film ftv, aku akan menikah dengan orang yang aku cintai. Ternyata aku salah kaprah, ini dunia nyata,' batin Kanaya. Tidak terasa dia terlelap dalam tidurnya. Hari-hari yang dijalani Kanaya seperti biasanya, dia memang terbiasa tidur siang sebelum dia pergi mengajar ngaji di sore hari. Pukul 17.00 dia pulang ke rumahnya. Malamnya dia isi dengan mengajarkan les kepada anak-anak tetangga. Kanaya yang merupakan lulusan SMA, dia selalu mengamalkan ilmu yang dimilikinya. Kanaya sebenarnya ingin melanjutkan pendidikannya hingga sarjana. Namun, hal itu terkendala oleh biaya. Jadi, hanya itu yang dapat dia lakukan agar ilmu yang diterima ketika SMA masih terus bermanfaat dan dia ingat.

"Kanaya, kamu sebaiknya menghentikan dulu rutinitas harian mu. Kamu besok 'kan, akad," ucap Sinta.

"Nanggung, Bu. Lagian besok hanya akad yang sederhana 'kan?" tanya Kanaya.

"Iya. Tapi, tetap saja kamu harus menjaga kesehatan," jawab Sinta.

"Iya, Ibuku sayang. Kanaya akan selalu menjaga kesehatan Kanaya. Tapi, Kanaya juga tidak bisa meninggalkan kewajiban yang biasanya aku kerjakan," ujar Kanaya sembari memeluk Sinta.

"Ya sudah kalau begitu, setelah selesai kamu harus berjanji. Kamu harus tidur," ucap Sinta.

"Iya."

Terimakasih Readers....
Sudah mampir dan Vote novel ini!

Kira-kira bagaimana ya? Kanaya menghadapi rumah tangganya dengan Bisma ya!

Jangan lupa tinggalkan komentar, ya! 🥰

Salam Penulis

Degk_Nur

KEHIDUPAN SETELAH MENIKAH [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang