Janji Suci

25 4 1
                                    

Kanaya memang sudah berumur 25 tahun. Namum, pikirannya masih takut memulai pernikahan ini. Wanita itu mulai berpikiran aneh-aneh.

'Apa yang akan aku lakukan nanti? Hanya tinggal setengah jam lagi aku akan menjadi seorang istri. Secepat itukah?' pikir Kanaya.

Kanaya melihat wajahnya di depan cermin sembari berputar-putar dengan gaun pengantin, kepalanya ditutupi jilbab berwarna putih.

"Wah... Sahabatku cantik sekali," puji Ara yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Kanaya.

"Akhirnya kamu datang, Ara. Aku sekarang gelisah dan grogi," kata Kanaya.

Ara memegang tangan Kanaya, tangannya dingin. Kanaya memang benar-benar gugup. Ara pun membantu Kanaya untuk menenangkan diri Kanaya. Meskipun Ara belum pernah merasakan menikah. Tetap saja, Kanaya masih grogi dan juga kepikiran dengan apa yang akan terjadi nanti setelah dia menjadi istri.

"Kalau sudah punya suami, aku harus menurutinya. Benar begitu, 'kan?" tanya Kanaya.

"Iya."

"Sepertinya, hidup ku akan berbanding terbalik. Semoga saja Bisma tidak akan melarangku untuk mengajar. Semoga dia mengerti," ucap Kanaya penuh harap.

"Kanaya!? Sudah waktunya akad dimulai!" panggil Sinta.

"Iya, Bu."

Kanaya keluar dari kamarnya, dan bergegas ke ruang tamu. Dekorasi yang indah dan sederhana sudah menghiasi ruangan itu. Bunga-bunga juga sudah menghiasi setiap sudut ruangan. Para tamu undangan juga sudah duduk di karpet merah yang sudah tergelar di lantai. Pak penghulu juga sudah menunggu. Mempelai pria juga sudah duduk berhadapan dengan ayah Kanaya. Pria itu gagah dan kekar, benar kata Kanaya, Bisma memang gaul. Tidak ada wajah yang menandakan kalau Bisma seperti ustadz. Kanaya duduk di sebelah Bisma dengan tangan yang masih bergetar.

"Kamu tidak usah gugup, Kanaya. Aku yakin, kamu pasti akan bahagia bersama Bisma," bisik Ara yang mengantarkan Kanaya duduk.

Proses akad pun dimulai.

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Kanaya Aulia Rahman  binti Abdul Rahman dengan maskawin seperangkat alat sholat dan emas sepuluh gram dibayar tunai.” Bisma mengucapkan janji suci ini dengan satu tarikan nafas.

"Bagaimana para saksi, sah?" tanya pak penghulu yang bernama Pardi.

"Sah...." Para tamu undangan serentak menjawab.

Doa kebaikan pun banyak diucapkan untuk Kanaya dan Bisma. Kini Kanaya sudah tidak sendirian lagi, dia memiliki imam untuk dunia dan akhiratnya. Kanaya memegang tangan Bisma dan menciumnya. Bisma mengecup kening Kanaya. Kebahagiaan itu tidak hanya dirasakan oleh Kanaya dan juga Bisma. Tapi, seluruh para tamu undangan. Lain halnya dengan Hamdan yang diam-diam datang dan melihat dari kejauhan. Pria itu tidak tahu, apa yang sebenarnya kali ini dia rasakan.

Sepertinya dadanya mulai sesak melihat wanita yang dicintainya tidak bisa dia miliki. Bagaimanapun dia harus belajar mengiklaskan semuanya, dia harus kuat dan tidak boleh menampakkan kesedihan atas kebahagiaan yang terpancar dari raut wajah Kanaya.

Wow....
Pasti nyesek deh, hati Abang Hamdan. Suruh siapa, Bang! Tidak jujur dari awal. Kalau begini bau tahu rasa, kan!

Kalian tim mana nih! Menyimpan perasaan hingga orang yang kita cintai dimiliki orang, atau tim yang suka blak-blakkan?

KEHIDUPAN SETELAH MENIKAH [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang