Nostalgia

13 3 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Hari pun berganti, waktunya Kanaya pulang ke rumah orang tuanya. Kanaya ingin sekali hidup berdua dengan suaminya, setelah dia tahu kebenarannya. Wanita itu sebenarnya ingin mengakhiri pernikahan yang masih berumur jagung itu. Wanita itu sudah tidak kuasa dengan apa yang terjadi dalam hidupnya ini.

"Kalau memang kamu tidak mau menikah denganku, kenapa kamu mengiyakan perjodohan itu? Toh, ayahku juga tidak akan menuntut kamu dengan apa yang sudah terjadi," ucap Kanaya.

"Kamu kira, kamu saja yang tertekan? Aku juga! Aku harus berpura-pura baik di depan orang tua kamu. Bukan ini pernikahan yang aku inginkan. Apalagi, kamu dan Vilia lebih cantik Vilia!" hardik Bisma.

Bisma meninggikan suaranya, karena dia tahu di rumah sedang tidak ada orang. Hanya mereka berdua yang tetap tinggal. Semua keluarga Kanaya pergi berbelanja.

Kanaya tidak tahu, siapa itu Vilia. Wanita itu juga tidak mau tahu, dia hanya ingin mengakhiri saja pernikahan ini. Mungkin, hidupnya akan bahagia kalau dirinya bisa menikah dengan Hamdan.

"Vilia itu pacarku, aku bodoh meninggalkan Vilia hanya karena wanita seperti dirimu," imbuh Bisma saat melihat ekspresi wajah Kanaya yang kebingungan.

"Aku juga tidak mau dinikahkan dengan kamu," ucap Vilia.

Belum juga seminggu Kanaya dan Bisma mengatakan ingin mengenal lebih jauh, justru mereka malah bertengkar. Lengkap sudah penyesalan dan rasa kecewa yang bersemayam di dalam hati Kanaya. Wanita itu tidak menyangka, kalau hidupnya akan seperti ini. Kalau saja waktu itu dia tidak mengiyakan permintaan ke dua orang tuanya, mungkin ini semua tidak akan pernah terjadi. Kalau saja wanita itu tidak memikirkan umurnya dan menganggap kalau dirinya sudah dewasa dan harus menikah, mungkin dia tidak akan mengalami apa yang saat ini dia alami.
Kanaya memilih untuk pergi meninggalkan Bisma sendiri di rumahnya. Wanita itu memilih untuk jalan-jalan di taman. Dia ingin menikmati suasana di luar dan melupakan semua yang sedang dia rasakan.
Kanaya pergi ke taman tempat biasanya dia kunjungi bersama dengan Hamdan, pikirannya mulai bernostalgia.

"Tumben sendirian, Neng. Biasanya sama masnya," sapa Bu Yuyun penjual makanan langganan Hamdan dan Kanaya.

Wanita itu hanya memberikan senyuman kepada Yuyun. Betapa perihnya hati saat ada yang memberikan pertanyaan seperti itu. Hampir para penjual di taman mengira bahwa Kanaya dan Hamdan adalah suami istri.

"Di tempat ini, aku terbiasa bersama dengan Hamdan," pikir Kanaya.
Hamdan dan Kanaya ke taman untuk mendiskusikan tentang kegiatan di TPQ, tidak lebih dari itu. Selain taman adalah tempat yang sejuk, di taman juga banyak orang. Apalagi, di taman bisa melihat bunga-bunga yang sedang bermekaran.

"Kriteria laki-laki idaman kamu seperti apa, Kanaya?" tanya Hamdan waktu itu.

Salam Penulis

Degk_Nur

KEHIDUPAN SETELAH MENIKAH [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang