Prolog[✓]

591 60 5
                                    

•Dear H
•Fluffy Fanfiction

Di senja hari ini, di bawah pohon rindang dimana semua daun yang bertengger apik di setiap batang nya bersiap mengugurkan daun-daun nya, terbawa angin halus yang senantiasa berbisik lembut pada pendengaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di senja hari ini, di bawah pohon rindang dimana semua daun yang bertengger apik di setiap batang nya bersiap mengugurkan daun-daun nya, terbawa angin halus yang senantiasa berbisik lembut pada pendengaran.

Senja kali ini sayup dan indah, menciptakan lukisan oranye terang yang siap memanjakan mata setiap insan, suara gemerisik daun-daun kering yang berguguran dimana setiap jatuh nya menciptakan sebuah benang transparan indah yang membuat nya terjatuh tenang di atas bumi.

Di sana, di bawah pohon maple duduk seorang pria baya, berbalut kemeja hitam yang membungkus tubuhnya ia duduk sendiri di pohon berjuluk pohon musim gugur itu.

Bayu sore hari menerpa lembut kulit nya yang kini telah keriput, menampakkan garis-garis halus alami yang terbentuk akibat usia.

Mata cokelat nya menelisik satu persatu para pejalan kaki yang berlalu di depan nya, seolah-olah hanya itu pemandangan yang bisa ia tangkap di inderanya.

Menghela nafas pelan, hembusan nya terdengar seolah beban yang selama ini ia pikul di pundak nya akan hilang pergi bersamaan dengan helaan yang baru saja ia lakukan.

Satu daun pohon maple terjatuh dari tempat tinggal nya, melayang bebas di bawah udara, siap terbaring di atas bumi yang dingin, namun sepertinya helai daun maple itu bernasib baik hari ini.

Maple itu terjatuh di telapak tangan hangat pria yang duduk di atas singgasana nya sebelumnya, mengambil maple itu, ia pandangi lamat-lamat daun menjari berwarna merah itu, seulas senyum terlukis di bibir nya, wajah berhias garis keriput itu kini nampak berseri dengan senyuman tipis nya.

Tak lama kemudian, daun maple itu kembali terjatuh di dinginnya bumi setelah iris pria itu mengalihkan pandangannya pada sang mentari yang kembali pada peraduannya.

Sayup-sayup ia mendengar suara yang memanggilnya dari jauh, suara yang selama ini membuatnya kembali menjadi dirinya sendiri, suara yang selalu masuk ke gendang telinga nya kala ia memojokkan dirinya sendiri.

'Ayah apa yang ayah lakukan di situ?, ini sudah akan malam, ayo aku antar kan pulang'

Senyum nya terbit, menepuk tubuh belakang nya saat ia bangkit, berjalan pelan ke arah sosok yang berdiri tak jauh dari nya.

'Kakak sudah besar kan?, kakak sudah punya keluarga sendiri, tetapi kenapa kakak masih mengkhawatirkan pria tua ini?.'

Sosok yang di panggil kakak ini tersenyum, menggandeng erat tangan rapuh sang ayah, menuntunnya berjalan dengan amat sangat hati-hati, seolah-olah ayah nya adalah berlian yang rapuh saat ia tak berhati-hati.

'Aku masihlah aku ayah, anak ayah, tidak berubah, aku akan tetap disini, di samping ayah, selalu.'

Senyuman 'ayah' terbit, menciptakan garis lengkung yang kini bertengger manis di bibir nya yang kering, 'si anak' yang kini menuntunnya pun ikut tersenyum.

'Kau sudah besar kan nak, sekarang akan ayah ceritakan bagaimana besarnya dosa ayah di masa lalu, bagaimana kupu-kupu kita yang indah itu bisa pergi dari kita'

Suasana kini kembali tenang, hanya terdengar gemerisik angin yang mengalun pelan melewati garis wajah, serta jingga nya langit yang terlukis jelas menemani sepasang ayah dan anak ini yang seperti enggan membuka suara satu sama lain.

Tangan yang dulu kokoh itu menepuk pelan pundak 'sang anak' menciptakan debaran lembut di dada kiri sang anak, namun matanya menggenang siap menganak sungai bila diizinkan.

Tak lama, desiran lembut tadi menjadi detakan cepat yang membuat ulu hati nya nyeri, 'si kupu-kupu' itu bagaikan nampak nyata di mata mereka, tak jauh beda dari 'sang anak' yang kini menunduk dalam, 'sang ayah' juga ikut menunduk juga menengadahkan kepalanya.

Senja, di mana ia merasakan kehilangan 'si kupu-kupu' matanya kini terkunci satu objek, ia menyapu pandangan nya ketika indera nya menelisik satu titik di sana.

'Bahkan saat ia pergi pun, ia tidak berpamitan pada ayah, ayah adalah ayah yang buruk kan?.'

Tidak ada jawaban, ia tidak bisa menjawab apa yang menjadi pertanyaan di mulut 'sang ayah', kilasan balik itu menyeramkan, ia tidak ingin mengingat nya, sungguh ia ingin menenggelamkan kilasan hitam itu, namun sepertinya Tuhan belum mengizinkan nya.

Kilasan kelabu yang selalu berlari di atas kepalanya membuat nya menjadi sosok yang begitu berbeda dari asli nya, ia merasakan bagaimana rasanya kehilangan yang sejati nya, ia tahu takdir Tuhan, dimana semua yang ada di dunia ini akan kembali, di mana semua yang ada di dunia ini hanya fantasi belaka, namun jika 'kupu-kupu' itu adalah fantasi, maka akan ia serukan bahwa itu adalah fantasi yang indah namun menyakitkan.

Tangan kokoh nya menuntun 'sang ayah' untuk berjalan kembali, kembali pada tempat nya, di rumah, ia ingin menghilangkan sejenak pemikiran 'sang ayah', ia tidak tahu jawaban atas pertanyaan yang di kemukakan 'sang ayah'.

Ia hanya sebagai seorang anak dan juga kini ia sudah menjadi seorang ayah, ia juga masih banyak belajar dari 'sang ayah' bagaimana merawat anak, ia akan mengambil banyak pelajaran baik atas 'sang ayah'.

Dan atas pertanyaan 'sang ayah', ia tidak tahu.

'Kita doakan saja ayah, agar dia tenang.'

'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


























Aksara Langit

Tbc...

Terimakasih dan saya harap anda menyukai cerita baru saya.

Sebelum anda melanjutkan ke bab selanjutnya, saya ingin bertanya.

Pernahkah Anda merasakan perasaan kehilangan namun anda tidak bisa menemukan apa membuat Anda merasakan hal itu?.

Saya mengatakan bahwa cerita ini tidak akan berakhir dengan indah, dan apa anda siap jika anda membaca cerita ini?.

Sebelum anda menemukan tombol langganan pada akun saya dan meninggalkan jejak di sini, sekali lagi saya mengingatkan pada anda bahwa cerita ini tidak memiliki akhir yang bahagia dan apa anda siap?.

Saya akan hidup di cerita hidup anda, dan saya berharap anda mengizinkan saya untuk ikut menjadi bagian dari  cerita hidup anda.

Dhiva

Aksara Langit [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang