1

709 52 0
                                    

Di suatu sungai yang dipenuhi rerumputan, terdapat seorang dewi cantik yang sedang lewat dengan mendayung sampan rakitnya.

Melewati sungai, sang dewi tanpa henti terus tersenyum manis sambil menggerakkan tangannya yang memegang dayung.

Setibanya dia di tepi sungai, sang dewi meloncat loncat dan tertawa bahagia. Kaki jenjangnya berlari ke arah sebuah padang pasir layaknya seorang anak kecil yang habis dibelikan balon oleh sang ibu.

"Ah, jadi ini yang namanya dunia manusia ya? Indah sekali"

Sang dewi melanjutkan perjalanannya dengan menunggangi seekor keledai yang dia jumpai tadi di padang pasir.

Sampai akhirnya, tibalah sang dewi di sebuah pemukiman kecil yang jaraknya masih berada di padang pasir tadi.

Tak ada orang sama sekali di pemukiman itu. Sang dewi lantas dibuat bingung.

Beberapa saat kemudian, muncul seorang kakek tua yang keluar dari dalam sebuah restoran bubur kecil.

Di mata sang dewi, kakek tua itu tampak sedang berjongkok di depan kayu bakar untuk membuat api dari kedua batu yang dia bawa.

Tek! Tek! Tek!

Begitu apinya menyala, kakek tua tadi mulai membakar sebuah kertas kemudian membawa kertas yang sudah dibakar itu ke dalam restoran.

Sang dewi lantas menghampiri restoran itu dan memperhatikan lagi apa yang dilakukan oleh sang kakek di dalam sana.

Beberapa saat kemudian, sang kakek tadi kembali keluar dan melakukan kegiatan tadi yaitu, membuat api.

Dewi turun dari keledainya dengan masih memperhatikan gerak gerik sang kakek.

"Maaf, semuanya. Buburnya akan segera selesai" Kata sang kakek tua begitu dia masuk lagi ke dalam restoran kecilnya.

Sang dewi jalan ke arah ambang pintu restoran dan masih saja memperhatikan kakek tua itu yang sedang berusaha menyalakan api di atas tungku rebusan buburnya.

"Maaf ya, tuan tuan"

"Kakek, kau tidak akan bisa menyalakan tungkunya. Kau baru mendapatkan minyaknya. Tapi kau tak punya sumbu apinya" Kata sang dewi.

"Aku tau, nona. Aku sudah kehilangan sumbunya. Jadi aku tak bisa apa apa lagi"

"Kenapa kau tak membelinya?"

"Ah, kau benar juga nona. Tapi, maafkan aku. Kalau saja tungku ini adalah lampion Buddha, lantas aku harus membeli sumbunya dimana?"

Deg!

Kaget begitu mendengar penuturan sang kakek, dewi cantik itu mulai mengarahkan pedang magisnya ke arah si kakek.

"TUNJUKKAN WUJUD ASLIMU, KAKEK TUA!"

Boom!

Seketika, kakek tua tadi beserta para pelanggan bubur berubah menjadi para dewa langit.

Dewi Lisa seketika semakin kaget melihat itu. Bagaimana bisa mereka mengejarnya sampai disini? Tapi, dia tak boleh menunjukkan kepanikkannya. Dia harus bersikap santai.

"Oh...ternyata 4 raja gerbang langit dan dewa Erlangshen toh"

"Lisa! Kau dan kakakmu, Lili merupakan dewi sumbu lampu Buddha. Berani beraninya kau meninggalkan kerajaan Buddha secara diam diam! Bahkan kau juga mengumumkan pada semua orang yang ada di dunia manusia kalau saja jika ada orang yang berhasil menarik pedang magismu maka dialah yang akan menjadi kekasih hatimu!" Bentak dewa Erlang.

Love A Million YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang