•penjelasan

1.5K 267 7
                                    

"aw! pelan-pelan! sakit banget!!" Haruto menahan tangan Doyoung yang sedang mengobati lukanya.

Doyoung, dengan wajah datarnya yang sangat langka, "ini udah pelan kok." Membuat Haruto sedih.

Namun kesedihannya itu kalah dengan sadar betapa Doyoung masih mempercayainya. Padahal dia belum menjelaskan apa-apa.

Sementara Jeongwoo pulang dengan alasan akan hujan. Yang sebenarnya adalah agar Haruto memiliki waktu dengan Doyoung untuk menjelaskan semuanya.

"ini berdarah," Doyoung menunjuk satu luka melebar di dekat mata Haruto, pasti terasa sangat perih. Karena wajahnya paling parah hanya lebam, tidak sampai berdarah banyak.

Haruto diam, menatap lamat wajah si lucu yang sejak kemarin malam tidak bertemu dan berbicara dengannya. Membatin betapa bersyukurnya orang yang akan jadi jodoh Kim Doyoung nanti. Dan berharap itu adalah dirinya.

Sadar jika hubungan mereka masih tergolong hubungan cinta monyet anak sekolah. Haruto bersikeras, perang pada batinnya jika dia akan menjadi orang yang nanti bisa bersanding dengan Doyoung.

"boleh aku sambil ngomong?" Tanya Haruto hati-hati.

Doyoung menghentikan aktivitasnya, mengambil napas panjang lalu mengangguk singkat.

"hp aku hilang. yang chat Jinni itu bukan aku, aku udah jelasin ke dia. Jeongwoo juga. makanya dari kemarin ga bisa chat kamu, maaf ya..."

Haruto menunduk, menyesal dan sangat merasa bersalah. Bersalah karena membuat Doyoung-nya sedih. Walau dia merasa sakit hati Doyoung bersikap dingin, tapi hatinya lebih sakit melihat tatapan Doyoung padanya.

"atas bukti apa aku harus percaya?" Seperti deja vu apa yang Jinni ucapkan tadi, Haruto menghela napas berat.

"aku dimarahin sama Bunda. nanti tanya deh ke Bunda. serius," jawab Haruto meyakinkan.

Terlihat mata Doyoung mulai berair. Dengan panik, Haruto memeluk kesayangannya itu khawatir. "maaf, maaf, maaf. aku bego ya? astaga maaf, sayang. nanti aku nonjok diri sendiri deh! jangan nangis, maaf..."

"... demi apa kamu gak bohong?" Tanya Doyoung dengan suara bergetar.

"demi aku cinta mati sama kamu, asli. jangan nangis dong, maaf!!"

Haruto tidak mendengar suara tangisan, tapi bajunya basah. Kebiasaan Doyoung adalah menangis diam. Padahal itu rasanya sangat menyakitkan.

Namun sekarang Doyoung tahu kebenarannya. Dapat dipastikan dia menangis karena sesak memendamnya sejak di sekolah tadi.

"maaf ya," ucap Haruto (lagi), entah kata maaf yang ke berapa.

Dia menciumi kepala Doyoung sebelum melepas pelukannya. Berniat menghapus air mata pacarnya itu. Baru mengusap pipi kanannya, Haruto sudah tidak kuat.

Dia menunduk, sangat merasa bersalah.

"wajah kamu luka-luka, jelek kalo ikut nangis," ucap Doyoung pelan.

"maaf ya, habis ini aku mau bakar diri sendiri aja..."

"Haru..."

"maaf."

-

cerita kita • harubby ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang