•akhir dari cerita kita

1.3K 177 25
                                    

Jeongwoo menangis. Bunda Jennie menangis. Semua orang merasa kehilangan dan menangis.

Doyoung tidak.

Doyoung masih berharap ini adalah mimpi.

Doyoung ingin bangun dari mimpi ini.

Hatinya sakit, dadanya sesak, tapi tidak bisa menangis. Selalu diam saat diajak berbicara, matanya hanya memandang pada tubuh biru kekasihnya, Haruto-nya.

Dia berpikir, apakah Tuhan terlalu sayang pada Haruto, atau jahat pada hidupnya?

Ketika semua orang pulang, Doyoung masih di sana. Menatap datar figura foto dan abunya, sedetik kemudian tersenyum. Sepertinya Tuhan terlalu sayang pada Haruto.

"kenapa harus kamu...? diantara miliaran orang, kenapa harus kamu?" Suara Doyoung berbisik nyaris tidak terdengar. "jadi ini ya... awal lembar hidup aku itu, hidup tanpa kamu."



🌻



hal yang paling bahagia selama aku hidup itu, dilahirin bunda. kalo nggak ada bunda, aku nggak ada dong. yang kedua, ketemu sama anak namanya doyoung. orangnya suka dipanggil dobby. anak lucu anak gemes padahal lebih tua.

inget awal pertemuan kita kan? aku ikut nenek, lihat kamu lemah. tiba-tiba ada perasaan pengen ngelindungin kamu. aku lupa kenapa kamu mau sama aku. aku lupa gimana kita bisa pacaran. maaf, aku jadi banyak lupa semenjak masuk rs.

aku masih pengen peluk kamu, masih pengen lihat kamu jadi dokter. aku juga masih pengen kuliah kedokteran biar bisa samaan kayak kamu. aku masih pengen ajak kamu jalan-jalan ke taman lagi sambil nyobain semua wahana.

mungkin sekarang kamu ngerasa hidup kamu lagi becanda ya:( gapapa, ini permen cuma kebetulan permennya pahit. kamu inget dong, aku disini lihat kamu. aku bakal bareng terus sama kamu, sampai tua nanti. sampai kamu punya keluarga, nikah sama siapa aja gapapa kan itu hidup kamu asal jangan sama jeongwoo soalnya dia beban.

aku bakal lebih suka kalo kamu baca ini sambil senyum, sambil ketawa. tapi maaf ya aku jadi kasih kenangan buruk buat surat, padahal momen kamu sama papamu itu bahagia banget gara-gara surat.

suka, lihat kamu senyum lebar, nangis bahagia. aku masih mau lihat itu semua.

ga boleh sedih lama-lama. aku bakal tetep lihat kamu jadi dokter, tapi maaf lagi aku ga bisa nemenin belajar kamu. masa depan kamu masih panjang, hidup yang sehat, jangan jadi kayak aku.

aku bakal marah kalo kamu ga jaga kesehatan. kamu tau kan aku sayangg banget sama kamu, aku bakal pelukin kamu setiap malem, dengerin keluh kesah kamu, jaga kamu lewat bayangan. boleh kan?

aku bahagia, bisa ngejalanin akhir hidup aku bareng kamu. makasih banyak, kak.

aku sayang banget sama kamu.

"aku juga... sayang banget sama kamu."

Doyoung tersenyum, sesuai permintaan Haruto jika dia membaca surat itu dengan senyuman. Ini dua bulan sejak kepergian Haruto. Dan Doyoung baru berani membaca surat itu.

Kepergian Haruto, bukan akhir dari hidupnya. Pasti Haruto akan sedih jika melihatnya berduka terlalu lama. Karena itu, Doyoung mencoba berdiri walau pasti sulit.

"Papa udah dateng, eh kamu malah pergi," Doyoung tertawa kecil, mengusap nisan baru di depannya.

Dia berdoa, setiap hari. Saat ini dia bisa setiap hari kemari, tapi tidak tahu besok. Jika Doyoung akan mulai sibuk dengan kehidupannya. Mungkin menemukan orang baru untuk hidupnya.

Dia berdiri, setelah selesai berdoa. Memakai lagi tasnya dan menuju ke parkiran. Sedikit kesusahan karena lupa jika menaruh kunci mobilnya di tas.

Karena tidak melihat jalan akibat mencari kunci—

BRAK

—tidak sengaja Doyoung menabrak orang. Mereka sama-sama saling membungkuk meminta maaf.

"ah maaf!" ucap Doyoung panik, lalu kembali berjalan.

Samar-samar dia mendengar orang berteriak. Bukan kepadanya, melainkan kepada orang yang baru saja ditabraknya.

"woy, Travis!! makamnya yang di sebelah sana!"

end.

cerita kita • harubby ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang