Chapter 6

926 123 37
                                    

Alden berlari-larian di lorong rumah sakit. Dia gemetaran, dengan peluh yang membanjiri sekujur tubuhnya. Hatinya berdegup sangat kencang, dengan rasa panik belum juga mereda. Bibirnya pun tidak berhenti merapal doa, berharap semoga Victor baik-baik saja. Setelah dia mendapatkan informasi dari resepsionis rumah sakit mengenai dimana Victor di rawat, tanpa berlama-lama lagi, Alden pun langsung menuju ke sana.

Sesampainya dia di ruang rawat Victor, Alden melihat Arsyan dan Shaeren, tengan duduk disana, dengan kepala tertunduk. Wajah kedua orang itu, terlihat sangat sedih. Seketika itu juga, Alden punya firasat buruk. Sesuatu yang tidak baik, pasti telah terjadi pada Victor. Dengan langkah yang sedikit terseok, dan juga dengan mata yang berkaca-kaca, Alden pun menghampiri keduanya.

"S-Syan... Shaer..." Panggilnya, lirih.

Kedua orang itu kompak mengangkat kepala mereka dan memandang Alden. "Den... lo udah sampe?" Tanya Arsyan.

"Dimana Victor? Gimana keadaannya?" Alden langsung to the point.

Arsyan dan Shaeren sama-sama terdiam. Keduanya saling pandang, seakan bingung bagaimana harus menjelaskannya pada Alden, mengenai kondisi Victor.

"JAWAB SYAN!!!" Alden membentak, ketika dia tidak mendapatkan jawaban apapun dari sang sepupu.

"V-Victor... V-Victor..." Arsyan berusaha berbicara, dengan nada suara yang terbata-bata. "Den... lo harus sabar ya." Kata Arsyan lagi.

Kalimat Arsyan padanya siang itu, seketika meruntuhkannya. Hatinya seakan hancur berkeping-keping. Tubuhnya langsung lemas, seakan kedua kakinya tidak mampu menopang berat tubuhnya lagi. Kepalanya berputar-putar, dan pandangannya memburam karena air mata yang tertampung di kelopak matanya.

"Nggak..." Kata Alden. "Nggak mungkin..."

"Lo harus ikhlas, Den." Kata Arsyan lagi, sambil berusaha untuk menopang tubuh sepupunya itu.

"Gue mau liat Victor. Gue mau liat dia!"

Alden kemudian berjalan perlahan menuju pintu kamar rawat Victor. Dia berdiri mematung di sana. Tangannya sudah berada di gagang pintu, tapi dia masih tidak berani untuk masuk ke dalam sana. Dia masih sangat takut menghadapi apa yang terjadi di dalam sana. Dia merasa, dia tidak akan pernah sanggup jika dia harus menerima kenyataan, bahwa Victor benar-benar sudah pergi meninggalkannya lebih dulu, tanpa tau bagaimana perasaannya yang sebenarnya.

Air mata mengalir pelan di pipi Alden. Bersamaan dengan itu, tangannya bergerak untuk membuka pintu.

Dan disana, dia melihat seseorang tengah terbaring, namun tubuhnya telah di tutupi kain putih.

Tangis Alden pecah seketika. Dia berjalan lunglai, menghampiri Victor yang tidak bergerak. Tangannya yang gemetaran, terulur perlahan, untuk membuka sedikit kain yang menutupi wajahnya. Hatinya begitu hancur, ketika Alden melihat wajah pucat Victor itu penuh dengan luka, dengan perban putih yang terbalut di kepalanya.

"Victor!!!" Alden histeris. "Nggak nggak nggak!!! Lo nggak boleh lakuin ini ke gue!!! Lo nggak boleh tinggalin gue kaya gini, Tor!!! Bangun!!!" Teriak Alden, sambil menggoyang-goyangkan tubuh Victor, berharap pria itu bangun dan berbicara padanya. "Tor... bangun... gue mohon... kalo lo kaya gini, gimana gue bisa minta maaf ke lo?? Please... gue nggak mau lo mati, Tor! Lo bahkan belom tau gimana perasaan gue yang sebenernya ke lo, Tor! Lo bahkan belom denger gue bilang, kalo gue juga cinta banget sama lo!!! GUE CINTA BANGET SAMA LO, TOR! LO DENGER ITU??? Gimana bisa lo ninggalin gue kaya giniiii??? Bangun Toorr!! Banguunn!!! Please..." Alden masih terus menghiba, sambil memeluk tubuh Victor erat-erat.

"Den?"

Alden begitu terkejut, ketika tiba-tiba sebuah suara familiar menyapa gendang telinganya. Alden pun langsung mengangkat kepalanya dan memandang Victor yang ternyata sudah membuka matanya dan tersenyum padanya.

MINE (VictorXAlden Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang