#Flashback on
"Anak haraam... anak haraamm..."
Victor, yang saat itu berhenti di kawasan Gereja Theresia karena mesin mobilnya yang tiba-tiba tidak mau menyala, tidak sengaja melihat sebuah kejadian. Dia melihat ada seorang anak SD berbadan tambun dan berkacamata bulat, sedang di bully oleh 4 temannya. Anak itu terduduk di tanah, dengan wajah babak belur dan ketakutan, sedangkan keempat temannya yang membullynya, berjalan berputar mengelilinginya, bertepuk tangan, bersorak sambil mengatakan 'anak haram' berulang kali, untuk meledek si anak berbadan tambun. Mereka juga bahkan sesekali menendang dan mendorong badan anak itu dengan cukup keras, membuat baju seragam putih sang anak, penuh dengan jejak sepatu.
Menyaksikan semua kejadian itu, membuat Victor tiba-tiba merasa sangat ketakutan. Dia meremat kemudinya keras, dengan tubuhnya yang gemetaran hebat. Keringat dingin pun mulai mengalir deras di sekujur tubuhnya. Bayangan akan dirinya yang dulu juga sering di bully oleh teman-teman satu sekolahnya, kembali muncul di otaknya dan memberikan sensasi yang nyata. Walaupun sudah lewat bertahun-tahun, namun ternyata kenangan buruk dan trauma itu masih sangat membekas di kepala Victor, sampai-sampai dia bisa merasa ketakutan sendiri ketika dia melihat tindak kekerasan fisik seperti ini.
Victor menundukkan kepalanya, sembari menjambak rambutnya kencang. Bibirnya menggumam berkali-kali, "Jangan! Jangan! Pergi kalian! Pergi! Pergi!!"
"Pergi!!! Pergi kalian!!! Jangan ganggu dia lagi!!!"
Victor tiba-tiba mendengar sebuah suara yang sangat lantang. Victor terdiam sebentar, dan kepalanya sedikit terangkat. Victor melihat, ada seorang pria berkacamata, yang tengah menolong anak SD berbadan tambun yang sedang di bully itu.
"Alden?" Victor terkejut, ketika ternyata, sosok pria yang menolong anak itu adalah Alden, yang dia tau sebagai sepupu dari sahabatnya, Arsyan, yang baru di kenalnya minggu lalu.
Setelah kedatangan Alden, 4 anak yang membully si anak berbadan tambun tadi, langsung lari tunggang langgang ketakutan. Sedangkan Alden, langsung memeluk anak itu dengan sangat erat.
"Kamu nggak papa?" Alden bertanya, dengan wajah paniknya.
Si anak berbadan tambun tadi menyelingkan senyum, tanpa menangis sedikit pun. "Nggak papa kak. Makasih ya," Ucapnya, masih terlihat ceria.
"Nama kamu siapa?"
"Obi, kak." Jawab si anak.
"Obi ya? Obi... kelas berapa?"
"Kelas.. 4, kak."
"Oohh kelas 4. Kenalin, nama kakak, kak Alden." Kata Alden memperkenalkan diri.
Obi mengangguk pelan, "Makasih ya kak Alden, udah nolongin aku." Ucapnya, sambil kembali memeluk pinggang Alden erat.
"Obi beneran nggak papa? Ada yang sakit nggak? Apa perlu kak Alden bawa Obi ke rumah sakit, biar di periksa sama dokter?" Tawar Alden.
Obi menggeleng, "Nggak usah kak. Obi nggak papa." Ujar Obi meyakinkan.
"Kenapa teman-teman Obi tadi gituin Obi? Emangnya Obi punya salah apa sama mereka?" Tanya Alden lagi.
Obi menghela nafas sebentar, sebelum menengadahkan kepalanya memandang Alden, "Aku nggak punya salah kok kak. Mereka gituin aku, karena mereka nggak suka sama aku."
"Nggak suka sama kamu?"
"Iya kak. Karena aku nggak punya ayah. Makanya, aku di ledekin anak haram." Ucapnya lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE (VictorXAlden Fanfiction)
Fiksi PenggemarAlden tidak pernah percaya cinta. baginya, cinta itu semu, tidak nyata. Namun semua berubah, ketika seorang pria bernama Victor Agustino, membuatnya mengerti, akan definisi dari cinta itu sendiri. main cast : Victor Agustino (MCI9) Jonathan Alden (...