Alden membalikkan badannya. Dia menepuk-nepukkan kedua tangannya, dengan senyum yang merekah. Matanya berkeliling, mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar Apartemennya yang sudah tertata rapi itu.
"Akhirnya... beres jugaaaaa...." Alden bersorak riang, sembari meloncat ke atas kasur empuknya.
Di luar dugaannya, ternyata kamar Apartemen yang di berikan oleh ibunya ini cukup nyaman. Dan letaknya juga strategis, tidak terlalu jauh dari Kampus. Sepertinya, Alden akan nyaman tinggal disini, walau pun dia harus tinggal sendirian. Setidaknya sekarang, dia bisa melakukan apapun yang dia mau, tanpa omelan-omelan dari sang sepupu, Arsyan. Dia juga jadi punya dapur pribadi untuk melakukan eksperimen eksperimen memasaknya. Karena dulu, ketika dia tinggal di kost-kostan Arsyan, dia selalu kena omel ibu kost karena membuat dapur berantakan. Sekarang, dia punya kamar Apartemen sendiri, dengan dapur sendiri, jadi dia bisa bebas memasak apapun yang dia mau.
"Tau gini, kenapa nggak dari dulu aja gue pindah. Hahahah..." Gelak Alden.
Ting tong... ting tong...
Tidak lama kemudian, Alden mendengar bel kamarnya berbunyi. Dia mengernyit, bertanya-tanya, siapa kira-kira yang datang ke kamar Apartemennya. Karena selain dia, ibunya dan Arsyan, tidak ada yang tau kalau dia sudah pindah ke Apartemen ini.
"Apa Arsyan ya? Dia bawain makanan kali," Gumam Alden, dengan mata berbinar. Dia kemudian langsung bergegas dan membuka pintu kamarnya.
"Hoeeeyy!!!" Alden sangat terkejut, ketika dia melihat siapa yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya itu. "Victor?"
Victor hanya mengulas senyum kecil, "Hay Pacar,"
"Lo.. ngapain disini? Lo tau darimana lagi Apartemen baru gue?"
"Nanya-nanyanya nanti ajalah. Kamu belom makan kan Den?" Tanya Victor kemudian.
"B-Belom sih."
"Oke," Victor lalu segera menerobos masuk ke dalam Apartemen Alden. Alden hanya bisa mengerutkan keningnya karena kebingungan dengan tingkah laku Victor saat itu. "Aku pinjem dapurmu ya Den."
Setelah masuk ke dalam kamar Apartemen Alden, Victor lalu segera menuju ke dapur. Dengan cekatan, dia menyiapkan semua alat-alat memasaknya dan juga mengeluarkan bahan-bahan makanan yang tadi dibawanya. Alden semakin dibuat kebingungan. Pemuda bermata sipit itu hanya bisa memandang Victor dengan heran.
"Lo mau masakin gue?" Tanya Alden kemudian.
Victor melirik sebentar, sambil tersenyum kecil. "Iya, kenapa?"
"Emm.. enggak sih, nggak kenapa-napa. Mau masak apa?"
"Spaghetti. Kamu suka toh?"
Alden mengernyit bingung, "Loh, lo tau juga, makanan kesukaan gue?"
Victor tersenyum, "I know you too well, huh?"
Alden ikut tersenyum sembari berjalan menuju dapur dan menghampiri Victor yang masih sibuk merebus spaghetti. "Tapi... lo yakin bisa dimakan kan nih makanannya?"
"Ya ampuuunn... Tenang aja Den. Aku nggak akan ngeracunin kamu kok."
"Hahaha.. iya deh iyaa. Gue percaya." Kata Alden menepuk pundak Victor. "You know, gue tuh... belom pernah loh Tor, di masakin ama orang lain kaya gini. Ya selain ama nyokap gue sih. Itu pun juga jarang banget. Nyokap gue malah lebih sering nyuruh gue yang masak waktu di Surabaya dulu."
Victor tertawa, "Well, kalo kamu mesen makanan di restaurant, itu kan yang masak orang lain, Den."
"Ya beda cerita dong Tor. Maksud gue... nggak pernah ada orang yang masakin spesial buat gue kaya gini."
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE (VictorXAlden Fanfiction)
FanfictionAlden tidak pernah percaya cinta. baginya, cinta itu semu, tidak nyata. Namun semua berubah, ketika seorang pria bernama Victor Agustino, membuatnya mengerti, akan definisi dari cinta itu sendiri. main cast : Victor Agustino (MCI9) Jonathan Alden (...