Chapter 13

453 58 21
                                    

"Thanks ya Ray, buat hari ini. It's really fun."

Malam itu, Ray mengantarkan Alden pulang ke Apartemennya, setelah seharian mereka bermain-main di Sea World, serta berkeliling kota tanpa tujuan yang jelas. Sejujurnya, Alden bersyukur, bahwa dia bertemu dengan Ray hari ini. Bertemu dengan Ray, membuat harinya yang buruk, berubah menjadi sedikit lebih baik. Tetapi Alden pun juga sedikit merasa bersalah, mengingat bahwa sebenarnya, Victor telah melarangnya untuk terlalu dekat dengan Ray, setelah insiden di kantin rumah sakit waktu itu.

"Sama-sama." Ray yang sedang berdiri bersandar di mobil hitamnya itu, hanya melipat tangannya di dada, sambil tersenyum tulus. "By the way, lo ama Victor tinggal di tempat yang bagus." Ucapnya lagi, sambil mengelilingkan pandangannya ke sekitar.

"Yeah, kind of. Sejujurnya, sampe sekarang juga gue ngerasa heran, kenapa bisa kebetulan banget, nyokap gue ngasih gue tempat tinggal di Apartemen yang ternyata juga ditinggali ama Victor. Aneh kan?" Kata Alden, sambil menyelingkan tawa pelan.

Ray tertegun, ketika akhirnya, hari itu dia mendengar tawa Alden. Walau pun Alden mengatakan bahwa hari ini dia bersenang-senang, namun jauh di lubuk hatinya Ray tau, bahwa Alden tidak benar-benar merasa senang. Dan kali ini, akhirnya dia bisa mendengar tawa Alden, walau pun tawa itu tercipta karena Victor.

Ya, selalu Victor.

"Lo... udah okay?" Ray bertanya lagi.

Alden mengangguk kecil, "Thanks to you."

"Gue lega dengernya. So, soal Victor, apa planning lo sekarang?"

Alden terdiam sejenak, lalu menggedikkan bahunya. "Nothing. Just act like normal."

Ray terdiam sebentar, sambil menghela nafas. "Den, jangan paksain diri lo ya. Lo harus inget, yang berhak menentukan kebahagiaan lo itu, ya diri lo sendiri. Bukan orang lain."

Alden tersenyum kecil, dan menanggapi perkataan Ray dengan anggukan kepala. "Gue tau Ray. Makasih ya. Ya udah, kalo gitu, gue masuk ke dalem dulu ya. Udah malem juga. Eh, atau lo mau mampir dulu Ray? Gue punya teh enak loh."

"Thank you, but maybe next time aja ya Den. Gue langsung pulang aja. Takutnya ntar kalo gue mampir, si Victor ngamuk lagi."

Alden tergelak, "Hm, ada benernya juga lo. Hahaha... ya udah, sekali lagi makasih ya Ray, buat hari ini."

"Sama-sama. Ya udah, masuk gih! See you tomorrow ya Den."

"Okay, See you."

Pemuda berkacamata itu tersenyum tulus, serta melambaikan tangannya pada Ray, sebelum akhirnya dia berlari masuk ke dalam gedung Apartemennya. Sedangkan Ray, nampaknya masih enggan untuk beranjak dari sana. Dia masih sibuk memandangi Alden yang lebih dulu pergi dari sana, hingga akhirnya Ray melihat punggung Alden menghilang di balik pintu lift.

"Seenggaknya gue bisa denger lo ketawa hari ini, Den." Ucap Ray pelan.

Ray kemudian mengeluarkan ponselnya. Dia membuka galeri foto di ponselnya, dan melihat hasil foto-foto yang dia ambil bersama Alden tadi. Senyum Ray merekah lebar.

Sementara itu, Alden sendiri tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Victor di Apartemen mereka. Victor tidak ada di kamarnya, mau pun juga di kamar Alden. Alden pun mengambil kesimpulan, bahwa Victor memang belum pulang dari rumah sakit. Dan lagi-lagi, fakta itu sedikit membuat hatinya tercubit sakit.

"It's okay, Den. Mungkin emang keadaan Billy lagi nggak baik, kan. Hm, It's okay." Alden berusaha menyemangati dirinya sendiri, walau pun itu tidak mengubah apapun.

MINE (VictorXAlden Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang