4. Maaf

8.2K 1.4K 94
                                    

Suasana di ruang makan terasa sangat sunyi. Hanya terdengar dentingan sendok dan piring yang beradu.

Baik Kevlan dan Madeline tidak ada yang berbicara sama sekali.

Madeline tahu, bahwa Kevlan sepertinya masih salah paham tentang ucapannya beberapa waktu lalu. Salahnya memang selama ini selalu menolak dan berusaha untuk kabur dari sisinya. Akibatnya sekarang, rasa kepercayaan Kevlan kepadanya sudah memudar atau mungkin ... hilang.

Tapi Madeline, tidak ingin seperti ini. Dia tidak bisa membiarkan Kevlan terus salah paham. Ini membuatnya menjadi tidak tahan.

Madeline memperhatikan Kevlan yang memakan semua makanan yang dia masak dengan tenang. Tapi sekilas, Madeline bisa melihat sudut bibir Kevlan yang melengkungkan senyuman. Lengkungan senyum itu sangat tipis, sehingga membuat orang berpikir bahwa itu adalah ilusi.

Lihat saja, apakah sebentar lagi Kevlan akan terus diam seperti ini dan mengabaikannya begitu saja? Tidak akan ia biarkan.

"Ashh, sakit." Madeline memegang perut bagian bawahnya. Dia merasa kesakitan secara tiba-tiba. "Ah, perutku sangat sakit sekali," rintihnya kesakitan.

"Madeline ada apa? Apa yang sakit beri tahu aku cepat!" Kevlan terlihat sangat panik, dia bahkan bangkit dari duduknya dan buru-buru menghampiri Madeline.

Pemuda itu berjongkok, dan ikut memegang perut Madeline. "Madeline apakah kamu sangat kesakitan? Beritahu aku, kamu sakit di bagian mana? Apakah kamu tidak cocok dengan makanannya? Ah, apakah kamu perlu obat? Tidak, apakah kita harus ke rumah sakit sekarang? Ayo, kita pergi sekarang kau pasti sangat kesakitan." Kevlan berbicara dalam satu tarikan nafas karena terlalu panik.

Dia bahkan berniat bangkit dari posisinya untuk membawa Madeline pergi ke rumah sakit. Tapi tiba-tiba saja Madeline dengan cepat menahan tangan Kevlan sehingga membuat dia berbalik dan menghadap Madeline kembali.

"Ada apa? Apakah sekarang kamu merasakan sakit di tempat lain?" tanya Kevlan yang masih panik. Nada suaranya terdengar sangat khawatir begitupun dengan ekspresi wajahnya.

Madeline menggelengkan kepalanya. "Ya, aku merasa sakit juga dibagian lain Kevlan." Madeline membawa  tangan Kevlan ke bawah dadanya di bagian kanan, tepat di mana posisi hati berada. "Di sini, rasanya ikut sakit saat kau bahkan tidak mempercayai perkataanku," ungkap Madeline sedih.

Kevlan mematung, dia tidak mengerti mengapa tiba-tiba saja Madeline bersikap begini.

"Maddy ..." panggilnya sangat lembut.

"Kevlan kau tahu? Aku sangat sedih ketika kau salah paham dengan perkataanku beberapa saat lalu. Aku mengakui bahwa selama ini aku terlalu kasar dalam menolakmu sehingga kini kau bahkan tidak mempercayai aku. Maka dari itu, tolong maafkan aku. Jangan menghukum aku dengan asumsimu terus-menerus. Kevlan, maksud perkataanku tentang pertunangan kita. Aku setuju, aku berjanji tidak akan kabur lagi. Aku akan dengan senang hati menjadi tunanganmu. Aku tidak akan menolakmu lagi.  Karena aku sudah berjanji, bahwa aku akan menjadi satu-satunya milikmu." Madeline berbicara panjang lebar dengan posisi tangan Kevlan yang masih sama.

Tatapan matanya begitu tulus dan penuh kesungguhan. Sehingga membuat Kevlan sulit untuk menemukan kebohongan di dalam sana.

Melihat Madeline yang terlihat begitu bersungguh - sungguh seperti ini. Membuat Kevlan merasa goyah. Ini adalah wanita yang dia cintai selama bertahun-tahun. Melihat wanitanya mengatakan hal seperti ini, sangat membuat Kevlan sangat senang bukan main.

Jadi ... haruskah dia mempercayai Madeline sekarang?

Apakah Madeline tidak akan pernah mengkhianatinya dan kembali bersama dengan pria brengsek bernama Javis itu?

Sementara Madeline yang melihat keraguan Kevlan tersenyum tipis. Dia mengangkat tangannya lalu membelai lembut wajah tampan Kevlan sehingga membuat pria itu merasa nyaman.

Mereka bertatapan dengan sangat dalam. Seolah mereka tengah berkomunikasi hanya lewat tatapan mata.

Perlahan tapi pasti, Madeline mendekatkan wajahnya dengan wajah Kevlan. Dia mulai menutup matanya sampai akhirnya bibir keduanya bertemu.

Gadis itu mencium Kevlan dengan begitu lembut, seolah ia tengah menyalurkan setiap rasa penyesalannya dalam ciuman tersebut.

Kevlan tidak mau kalah, dia ikut membalas ciuman Madeline. Awalnya dia merasa kaget. Namun, lama kelamaan dia mulai merasa tenang dan ikut membalas ciuman Madeline.

Ciuman yang awalnya lembut perlahan berubah menjadi ciuman yang menuntut. Bahkan kini tangan Kevlan yang berada di bawah dada Madeline sudah menjalar kemana-mana.

Mereka berdua seperti orang yang sudah kehilangan akal. Sampai mereka berdua lupa bahwa kini mereka masih berada di ruang makan.

Baru sampai Madeline mengeluarkan suara desahan, Kevlan menghentikan aksinya. Dia harus menahan nafsunya, karena dia tidak ingin merusak Madeline terlalu jauh sampai mereka menikah.

"Dasar gadis nakal, apakah kau tahu apa yang baru saja kau lakukan? Aku bisa saja kehilangan kendali. Kau tahu bukan aku selalu hampir kehilangan kendali tiap kali bersamamu? Jadi kenapa kau menyerangku duluan?" tanya Kevlan yang masih terengah-engah karena ciuman barusan.

"Aku tidak punya cara lain untuk membuktikan bahwa aku benar-benar ingin bersamamu, kamu tidak mempercayai setiap perkataanku. Kamu meragukan aku. Jadi ... aku pikir hal ini bisa membuatmu percaya, maaf." Madeline menundukkan kepalanya seakan telah berbuat kesalahan. Matanya menatap Kevlan penuh rasa penyesalan.

Kevlan yang melihat Madeline menyedihkan seperti ini hanya bisa mendesah nafas berat. Dia mengelus puncak kepala Madeline secara lembut. "Baiklah, aku percaya padamu, aku akan memberikanmu kesempatan. Asal jangan merusak kepercayaanku. Apa kau mengerti?"

Madeline mengangguk senang. Tentu saja hanya ini yang ia inginkan. Mendapatkan kembali cinta dan kepercayaan Kevlan sepenuhnya.

Madeline bangun dari duduknya lalu memeluk Kevlan erat. "Aku berjanji Kevlan tidak akan merusak kepercayaanmu," bisiknya tepat di telinga Kevlan.

Pria itu hanya mengangguk. Dia mengelus pundak Madeline. "Ya, aku tahu, kau tidak akan pernah mengkhianati kepercayaanku."

"Aku sangat senang Kevlan. Sangat, sangat, sangat senang."

Kevlan membeku sejenak, dia tersenyum lebar saat ini. Baru pertama kali dalam ia hidup, dia merasakan kebahagiaan yang begitu membuncah dalam hatinya. Dia tidak tahu, bahwa bersama Madeline tanpa pemaksaan efeknya akan seluar biasa seperti ini.

Terkesan aneh memang, tapi bukankah orang yang cintanya terbalas setelah bertahun-tahun akan merasakan hal yang sama? Begitulah yang Kevlan rasakan. Dia merasa tidak percaya bahwa Madeline akan berkata seperti itu dan berpikir bahwa semuanya adalah mimpi.

Apakah kini penantiannya sudah berakhir? Apakah Madeline benar-benar membalas perasaannya saat ini? Entahlah, Kevlan sendiri tidak tahu, tapi melihat Madeline yang seperti ini. Kemungkinan besar iya.

Baik Kevlan dan Madeline saling memeluk erat, seolah takut hari esok akan memisahkan mereka berdua, selamanya.



________

Hello guys,apa kabar? Gimana part ini?

Minal aidzin walfaidzin yaa, Mohon maaf lahir dan batin. Maafkan saya apabila selama ini saya melakukan kesalahan ya. Baik itu sengaja ataupun tidak disengaja.

Bye-bye, see you next chapter guys ♥️♥️♥️

Rebirth, spoiled by the CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang