3.

9.5K 1.6K 113
                                        

Saat ini, Madeline masih berada di rumah milik Kevlan. Selama seharian ini, dia hanya menunggu Kevlan untuk pulang dan tidak melakukan apapun. Dia seperti istri kecil yang patuh dan menunggu suaminya kembali.

Ia menunggu di kamar Kevlan yang ukurannya begitu besar. Kamar Kevlan bernuansa Hitam-Putih, cocok sekali dengan kepribadian Kevlan yang sangat serius. Lalu kasur ini menghadap langsung ke arah jendela, sehingga kita bisa melihat secara langsung pemandangan perkotaan. Dan di sudut kamar, terdapat piano berwarna putih.

Madeline melangkahkan kakinya ke arah piano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Madeline melangkahkan kakinya ke arah piano. Dia tersenyum lembut ketika mengingat kenangan masa lalu. Piano ini adalah piano yang sering ia dan Kevlan mainkan saat kecil.

Ia masih ingat, ketika itu Kevlan mengajarkan ia dengan penuh kesabaran sampai akhirnya ia bisa memainkan piano ini.

Lalu setelah mereka dewasa, Madeline hanya mau bermain piano untuk Javis, menyenangkan pria itu dan melupakan siapa orang yang telah mengajarinya sampai di titik ini.

"Ah ... tidak aku sangka, kau masih menyimpan piano ini dengan baik, Kevlan," ucap Madeline lirih, sambil duduk di kursi piano. "Maaf karena aku melupakan orang yang mengajariku bermain, tapi aku hanya ingin memainkan piano untuk orang lain," lanjutnya sekali lagi seraya membelai lembut tuts-tuts piano tersebut. Sorot matanya penuh kesedihan dan suaranya bergetar menahan tangis.

Madeline mengangkat tangannya, dan mulai menekan tuts demi tuts piano. Dia bermain piano dengan penuh emosional, bayangan masa lalu tentang kehidupan sebelumnya seakan menamparnya bagai kaset rusak yang terus berulang.

Gerakan tangan Madeline begitu ahli, dia menumpahkan segala emosinya pada tiap tuts piano yang ia tekan. Perasaan sakit dikhianati dan kehilangan begitu membuatnya terluka. Terutama ketika ia mengingat bayi yang pernah tinggal di rahimnya.

Tanpa sadar, air mata Madeline menetes. Alunan nada yang Madeline hasilkan terdengar begitu pilu membuat siapapun yang mendengarnya akan ikut bersedih.

Kevlan berdiri di ujung kamar, pria itu hanya terdiam melihat Madeline yang menangis sambil memainkan alunan nada yang begitu menyedihkan.

Entah apa yang terjadi padanya, Kevlan tidak tahu. Tapi, melihat Madeline yang seperti ini, itu juga membuat Kevlan ikut merasakan sakit.

Mungkinkah Madeline sedih karena ia mengurungnya di sini?  Apakah Madeline tidak akan pernah bahagia bersamanya? Ia tidak pernah melihat Madeline yang nampak begitu sedih seperti ini. Dia terlihat seperti sangat menderita.

Apakah bersamanya terlalu menyakitkan bagi gadis itu? Melihat hal ini, Kevlan hanya bisa tersenyum miris.

Ia telah menunggu lama sekali Madeline agar berpaling ke arahnya. Dia telah melakukan banyak cara agar Madeline tetap di sisinya. Tapi ... dia tidak pernah berhasil, sekuat apapun usaha Kevlan untuk Madeline. Wanita itu ... tetap tidak akan pernah memberikan hatinya.

Jadi ... dibandingkan melihat wanita yang ia cintai terluka karenanya. Haruskah ia melepaskan Madeline sekarang.

Haruskah ia membiarkan Madeline bahagia dengan pilihannya?

Kevlan menggelengkan kepalanya dengan kuat. Dia tidak akan pernah melepaskan Madeline sampai kapan pun juga. Apalagi membiarkan dia memilih pria bajingan seperti Javis. Ia tahu betul sebusuk apa Javis itu. Tapi setiap kali ia mengatakan fakta tentang Javis. Madeline tidak pernah percaya dan malah semakin membencinya.

Pria itu berjalan mendekati gadis yang masih terhanyut dalam permainan pianonya.

"Maddy," panggilnya lembut.

Madeline tersentak ketika mendengar suara yang begitu ia kenali. Dia langsung menghentikan aktivitasnya, dan bangkit dari posisinya. Madeline tersenyum manis sambil menatap Kevlan yang kini berdiri tegap di hadapannya.

Ukuran badan yang hanya sedada Kevlan, membuat Madeline nampak terlihat begitu imut dan juga mungil.

"Kau sudah pulang?" tanyanya seraya menghapus sisi air mata di pipi.

Kevlan hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu dia berjalan menuju walk in closet untuk berganti pakaian. Pria itu hanya melewati Madeline tanpa bertanya lebih jauh.

"Mau kubuatkan air hangat untukmu mandi? Ah iya, aku juga sudah menyiapkanmu makan malam."

Perkataan dari Madeline tersebut membuat Kevlan menghentikan langkahnya. Ia sedikit terkejut karena Madeline tidak pernah melakukan ini sebelumnya.

Ia mulai bertanya-tanya, apakah ini salah satu cara Madeline untuk kabur darinya?

Kevlan berbalik dengan tubuh yang sedikit kaku.  "Kau menyiapkan aku makan malam?" tanyanya seakan tak percaya.

Madeline mengangguk. "Tentu, sebelumnya aku sudah menyiapkan makan malam kesukaanmu." Ia tersenyum lebar ketika mengatakan kalimat itu. Madeline hanya berharap, setelah ini hubungannya dengan Kevlan akan membaik.

Madeline tahu, bahwa sebelumnya dia yang menyebabkan keretakan bahkan kehancuran diantara mereka. Maka dari itu, Madeline ingin memperbaikinya sekarang.

"Aku akan makan malam, setelah mengganti pakaian." putus Kevlan merasa sangat senang di dalam hatinya. Memangnya siapa yang tidak senang jika wanita yang kau cintai selama bertahun-tahun akhirnya menyiapkan makan malam untukmu?

Dalam pikiran Kevlan saat ini adalah cepat-cepat berganti pakaian dan makan malam bersama Madeline. Dia bahkan melupakan fakta bahwa beberapa menit lalu, dia pernah berpikir untuk melepaskan Madeline. Tapi begitu Madeline menyiapkan makan untuknya, dia sudah sangat bahagia seperti mendapatkan hadiah Lotre.

"Ah iya Kevlan, soal pertunangan kita—" ucapan Madeline terhenti saat Kevlan tiba-tiba saja memotongnya. "Apakah kau berlaku baik saat ini hanya untuk membujukku agar aku membatalkan pertunangan kita?" Kevlan bertanya dengan suara dingin.  Rasa senang dihatinya lenyap seketika. Ah iya terlalu terbuai sikap manis Madeline sampai ia lupa betapa liciknya wanita itu kepadanya.

Mendengar apa yang Kevlan katakan, sontak membuat Madeline menggelengkan kepalanya cepat. "Aku tid—"

"Dengar Nona Ostaf, sampai kapan pun, aku tidak akan pernah membatalkan pertunangan kita. Jadi ... bermimpilah untuk pergi dariku. Karena aku tidak akan pernah melepaskanmu," Kevlan berkata tegas. Dia memandang Madeline tajam dan penuh keseriusan.

Setelah mengatakan itu, Kevlan pergi ke kamar mandi dan menutup pintunya keras-keras sehingga menimbulkan bunyi yang cukup kuat.

Sementara Madeline hanya tersenyum geli sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Kevlan yang seperti anak kecil. "Ah ... bayi besarku sedang marah ternyata. Baiklah bayi besar, sampai kapan kau bisa mengabaikan aku."

Ia hanya tersenyum miring, ketika mengetahui ide apa yang bisa ia gunakan untuk membuat Kevlan tidak lagi marah kepadanya.



















Rebirth, spoiled by the CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang