Hendery tidak menyangka bahwa ia yang akan terpilih menjadi tangan kanan Park Sehun. Ia mengira nasibnya sebagai karyawan magang hanya perlu menghitung hari hingga nanti ditendang. Tuhan mengabulkan doanya. Ia dipertahankan di perusahaan itu, bahkan sekarang mendapat kepercayaan untuk mengurus calon penerus.
Kesempatan itu digunakan Hendery dengan baik untuk membuktikan bahwa ia tidak hanya beruntung. Ia kerap lembur hingga malam untuk menyelesaikan tugasnya. Belum lagi menjadi tutor dadakan selayaknya dosen pengajar bagi Sehun. Sepulang kerja, ia masih berkutat dengan buku-bukunya semasa kuliah. Menulis ulang semua catatan pentingnya mengenai hukum bisnis agar Sehun bisa membacanya lebih mudah.
Berkat kerja keras itu, Hendery tidak lagi mengenakan ID Card pemagang, melainkan ID Card pegawai tetap. Ia melewati masa magangnya tiga bulan lebih cepat. Tidak perlu terjebak status pegawai kontrak yang bisa dibuang kapan saja apabila kinerjanya sudah tidak dibutuhkan. Dengan memiliki identitas itu, ia bisa makan gratis di kafetaria kantor kapan pun. Pun dengan tugasnya sebagai sekretaris pribadi Park Sehun memberinya satu mobil kantor yang bisa ia gunakan untuk bepergian.
Hyundai biru tua itu baru saja tiba di area parkir kediaman Keluarga Park. Hendery segera turun disambut beberapa petugas keamanan yang langsung mengarahkannya ke hunian utama. Aroma manis khas susu dan buah-buahan menyapa penciumannya ketika ia diundang ke ruang makan.
"Selamat pagi, Tuan," sapa Hendery pada sosok pria yang tengah memasukkan mangkuk ke dalam oven.
"Oh, kau sudah datang," sambut David, melepas sarung tangannya lalu menepuk bahu Hendery. "Duduklah. Sehun masih bersiap, mungkin sebentar lagi akan bergabung."
"Tidak apa-apa?" tanya Hendery, sungkan. Sebab, ia merasa belum pantas untuk ikut bergabung di meja makan keluarga besar yang sangat ia hormati. Menyadari tatapan bingung di wajah David, ia buru-buru melanjutkan. "Maksud saya, saya bukan siapa-siapa dan-"
"Kau teman Sehunnie," sela David. Senyumnya mengembang manis, membuat suasana di dapur mewah itu tampak lebih hangat. "Santai saja. Biasanya aku juga memasak untuk Jongin, tapi sayang dia sedang di Jepang." Ia menuju pantri untuk mengambil teko berisi susu hangat.
"Biar saya bantu, Tuan." Hendery menggulung lengan kemejanya lalu menerima teko dari tangan David. Ia benar-benar merasa terhormat bisa melihat langsung sosok ayah penyayang yang menghabiskan paginya untuk memasak di dapur.
"Sehun tiba-tiba ingin makan sereal, jadi aku tidak memasak menu Korea. Tapi jika kau ingin kimbab atau semacamnya, aku bisa membuatnya sebentar," kata David, mengamati Hendery yang begitu hati-hati menuangkan susu ke gelas panjang.
"Terima kasih, Tuan. Tapi sungguh, Anda tidak perlu repot."
"Pantas saja Sehun betah denganmu. Kau anak yang baik," puji David. Ia mengeluarkan tiga mangkuk dari oven satu-persatu dan membawanya ke meja makan. "Pasti sulit, kan, bersama Sehunnie sepanjang waktu?"
"Tidak, Tuan. Sehunnie sangat ... oh, mohon maaf. Maksud saya, Tuan Muda sangat baik. Dia seperti adik saya sendiri."
"Hendery, aku memberimu wewenang untuk bersikap tegas pada Sehun. Kau tahu sendiri kalau Sehun adalah anak tunggal. Meskipun dia mandiri, kadang-kadang dia bisa menjadi sangat manja. Kau pasti sering mendengar rengekannya, bukan?"
Hendery tertawa pelan, membenarkan ucapan pria berapron merah hati itu. "Terima kasih banyak atas kepercayaan Anda kepada saya, Tuan. Saya akan menjaga Tuan Muda lebih baik lagi," ujarnya sembari membungkukkan badan.
"Tidak, tidak. Seharusnya aku yang berterima kasih karena sudah mewakiliku menjadi teman Sehunnie." David tersenyum ramah, mengangkat dagunya ke arah kursi agar Hendery berhenti bersikap rendah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I am so Lucky to Have You [OSH] Complete | Sudah Terbit
FanfictionPark Sehun mengidap afasia broca akibat kecelakaan besar yang dialami keluarganya. Ia menjadi pendiam dan jarang berinteraksi dengan siapa pun karena malu pada kondisinya. Terlebih ketika ia adalah putra seorang pengusaha ternama di Korea Selatan, P...