1 | Upacara Pemakaman

1.5K 139 46
                                    

Di depan cermin besar yang terpasang di dinding, Park Sehun berdiri tegak menatap pantulan dirinya. Tubuh tingginya terbalut kemeja putih halus dengan setelan celana kain hitam gelap. Rambutnya disisir rapi tanpa poni, menunjukkan perban putih di kening kanannya, serta bekas luka gores di kening kiri.

Sehun hanya diam seolah mengajak dirinya sendiri untuk berkomunikasi. Beberapa pengawal dan pelayan berdiri menunduk di sisi kanan-kirinya. Tidak ada suara apa pun di ruangan itu kecuali deru mesin pendingin ruangan. Aroma parfum yang biasanya tercium wangi di wardrobe room kamarnya tergantikan dengan semerbak krisan putih di luar ruangan.

Beberapa bulan lalu, ia pernah membayangkan akan melihat penampilan rapinya yang seperti itu di hari pernikahannya kelak. Sekarang ia berdiri di depan penata rias kepercayaan keluarga mewujudkan imajinasinya. Namun, penampilan indahnya itu bukan untuk upacara pernikahan, melainkan upacara pemakaman.

Lima menit tanpa bergerak, Sehun membiarkan air matanya luruh saat ingatan tentang kecelakaan itu kembali terulas jelas di depan matanya. Ia berusaha kuat tetap membuka mata, tetapi yang ia lihat adalah bayangan sang ibu yang berusaha mendorongnya keluar dari mobil. Suara AC perlahan tergantikan dengan suara teriakan dari luar mobil yang bercampur dengan raungan kesakitan dari mulutnya sendiri.

"Dorong pintunya, Sehun! Dorong!"

"Se ... sebentar. A-ayah akan mengeluarkanmu."

"Appa ... sa-sakit. Kakiku terjepit."

Suara ketukan sepatu di lantai kayu berhasil mengenyahkan ingatan itu. Sehun buru-buru mengusap wajahnya sebelum seorang pria berusia empat puluh lima tahun terlihat di layar cermin. Sang ayah tersenyum lebar menatapnya, tetapi Sehun bisa melihat jelas bekas air mata di wajah sembab pria bersurai legam itu.

"Kenapa belum memakai jasnya, hmm?" David menerima sebuah tuksedo hitam dari salah seorang pelayan lalu memakaikannya ke badan sang anak.

Sehun diam membiarkan David memutari tubuhnya hingga mereka saling berhadapan. Dilihat dari jarak dekat, ia bisa menebak seberapa lama ayahnya itu menangis. Kedua tangannya ingin bergerak memeluk David, tetapi tidak ada satu pun bagian dari ototnya uang mau diperintah.

"Apa jasnya sesak?" tanya David dengan tatapan lembut.

Si anak berusia dua puluh tahun itu menggeleng. Ia ingin bersuara, tetapi lagi-lagi bibirnya tidak mau terbuka.

David menghela napas sepelan mungkin. Tangannya mengusap-usap bahu lebar berbalut jas halus keluaran Burton Menswear London yang ia hadiahkan pada Sehun untuk melamar kekasihnya. Ia sangat ingin melihat putra tunggalnya mengenakan pakaian itu di hari spesial. Namun, Tuhan berkata lain. Hari ini ia terpaksa mengeluarkan produk mahal itu dari lemari untuk menghormati kepergian mendiang sang istri.

Satu minggu berlalu dengan cepat. Rasanya baru kemarin mereka pergi berlibur. Rombongan mobil melaju tenang di jalan tol ketika sebuah truk menabrak mobil utama di sebuah persimpangan. BMW hitam mewah itu terdorong beberapa meter hingga menyebabkan sang nyonya tewas di lokasi kejadian.

Pemakanan tidak bisa ditunda lagi. Semua keluarga sepakat memakamkan Lee Haneul ketika Sehun merasa sudah siap melepas ibunya. Semalam, putra semata wayang pasangan David dan Haneul itu mengetuk pintu kamar sang ayah. Ia berdiri tegak di depan pintu sambil berkata, "Makamkan. Umma. Besok."

Saat itu juga, David memerintahkan para pengawal dan pelayan untuk menyiapkan segala kebutuhan. Pukul sebelas, mereka dijadwalkan menghadiri upacara di sebuah krematorium bersama rombongan Keluarga Besar Park. Sebelum berangkat, David harus memastikan bahwa Sehun benar-benar sudah siap.

"Sehunnie tidak harus datang," kata David. Menggenggam dasi hitam yang belum siap ia kalungkan ke kerah kemeja si muda. "Kita bisa menundanya lagi. Bagaimana?"

I am so Lucky to Have You [OSH] Complete | Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang