06

195 34 50
                                    

⚠️mengandung bacaan yang tidak mendidik, kata-kata kasar, please be aware ⚠️





LIGHT





"Mark,"

"Eumm,"

"Aku mau jual semua tas yang aku punya. Mau jual sepatu sama kacamata juga. Uangnya bisa aku pakai buat bayar kuliah ku."

Mark menggeleng, ia tentu tidak mau Tzuyu mengorbankan barang-barang berharga miliknya.

"Aku masih kuat cari uang kok. Kamu gak perlu lakuin itu."

Tzuyu tersenyum tipis, ia merangkul lengan Mark dan kepalanya ia sandarkan di bahu laki-laki itu.

"Ini keluarga kita Mark. Kalau ada yang harus berkorban, itu tentu bukan kamu aja. Aku juga. Kamu fokus cari uang buat biaya pernikahan kita, biaya makan kita, buat bayar kontrakan, bayar air, bayar listrik, buat biaya lahiran. Urusan kuliah ku, aku akan bayar sendiri dan janji aku bakal lebih kuat dari kemarin." Ucap Tzuyu meyakinkan Mark. Mark menarik nafas, bimbang. Apa ia harus menyetujui keinginan Tzuyu?

"Gapapa Mark. Toh, aku udah gak pakek tas-tas begitu."

Akhirnya Mark mengangguk dan detik itu juga Tzuyu mengecup pipi Mark singkat.

"Tzu, menurut kamu, apa kita perlu undang satu dua orang untuk nyaksiin pernikahan kita?"

Tzuyu tertegun. Ia tidak tahu, apakah itu harus tapi kalau mereka bisa, ia ingin melakukannya.

"Mau undang Minju, tapi gue blok nomernya juga. Mau undang Karina, Doyeon sama Yujin aja."

Mark tertawa melihat bagaimana Tzuyu begitu antusias dengan pernikahan mereka. Mark sudah memutuskan untuk segera menikahi Tzuyu karena ia tahu mungkin kedepannya hubungannya dengan Tzuyu akan memiliki banyak penghalang. Ia hanya mau tunjukan ke dunia, kalau yang ia lakukan dengan Tzuyu bukan hanya sekedar nafsu belaka. Tapi ada cinta diantara keduanya.

"Emang kamu udah cerita ke mereka?"

Tzuyu menggeleng. "nanti, kalau udah deket. Pasti mereka kaget, aku suka kalo mereka kaget." Ucap Tzuyu dengan bahasa aku-kamuan yang sekarang mereka sering ucapkan. Mereka gak sadar kapan kata lo-gue yang sering mereka lontarkan berganti menjadi lebih manis. Apa ini artinya hubungan mereka memang semanis itu?

"Kenapa kamu suruh aku blok nomor Minju, juga? Dia pasti nyariin kita." Ucap Mark. Ini karena waktu awal dulu mereka pergi dari rumah Tzuyu langsung memblokir semua akses untuk keluarganya termasuk Minju, adik kesayangannya.

"Pasti. Minju pasti lagi kebingungan. Haha."

"Dih, kok malah ketawa."

"Minju pasti jadi sasaran Mama Papa. Ditanya ini itu, disuruh tanya ke temen-temen aku atau paling parahnya dia gak boleh balik ke Thailand kalo aku belum pulang."

Mark melotot, "kamu tega sama Minju?"

"No. Nggak Mark. Aku cuma pengen orang tua aku sadar kalau anak-anaknya perlahan tumbuh dewasa. Aku juga pengen lihat Minju dewasa, dia terus-terusan ngikutin kemauan Mama Papa."

Setelah mendengar penjelasan Tzuyu, Mark mengangguk. Apapun itu, ia tahu Tzuyu punya alasan untuk melakukannya.

"Mark, gimana kerjaan kamu? Aku jadi pengen ketemu Xiaojun buat bilang terimakasih karna udah bantu kita." Tzuyu menatap Mark antusias sementara Mark tak tahu harus ber-ekspresi bagaimana. Mark mengerjapkan matanya, memalingkan wajahnya dari mata Tzuyu yang mungkin saja bisa membaca kebohongannya. Tentang ia di pecat dan tak tahu harus apa, ia belum punya nyali untuk cerita.

LIGHT -  [MARK-TZUYU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang