07

219 33 47
                                    


"Its almost done...."





LIGHT






"Aku rasa, pernikahan kita lebih baik gak dihadiri siapapun, Tzu." Mark menatap Tzuyu yang mana gadis itu tengah berbaring di sampingnya karena terus menerus mual sepanjang hari.

"Kenapa?"

"Aku punya firasat buruk sama Papa aku. Dia mungkin nyewa orang buat mata-matain kita."

Tzuyu membelakak, "hah! Sampai segitunya?"

Mark mengangguk. Tzuyu memeluk Mark erat.

"Yaudah. Kita gak usah undang siapa-siapa."

"Tapi pendetanya bilang harus ada dua orang buat jadi saksi."

"Aku bakal ajak Haechan sih."

"Kalo aku ajak Karina terus gak ajak Yujin sama Doyeon, aku takut mereka marah Mark."

Mark mengangguk, kadang cewek emang suka sensitif kalau gak diajak salah satu.

"Kalo kamu bingung, gimana kalo dari temen aku semua? Haechan sama bang Taeyong."

Tzuyu manyun, "kan aku juga pengen ada yang nyaksiin dari pihak aku."

"Hmmm, trus gimana?"

"Tiga, gaboleh ya?"

"Terlalu banyak Tzu. Sebisa mungkin kalo emang ada yang mata-matain kita, aku gamau kalo mereka tau kita mau nikah."

"Trus kita mau nikah jam berapa? Emang kamu tau si penguntit ngaso nya jam berapa?"

Mark menggeleng, "kita nikah di waktu sekiranya orang pada tidur."

"Hah? Jam berapa?"

"Dua dini hari. Kalaupun ia masih ada disekitar kita, kemungkinan dia gak fokus atau bahkan ketiduran besar."

Tzuyu mengangguk menyetujui Mark, tapi masalahnya siapa yang mau menikahkan mereka di jam seperti itu?

"Mark, mau ceritain nggak, kenapa Papa Mama kamu terkesan pilih kasih ke kak Jungkook?" Tanya Tzuyu. Secara garis besar sebenarnya Tzuyu sudah tahu. Bagaimana Mark dan Jungkook berbeda seratus delapan puluh derajat. Kayak Tzuyu dan teman-temannya dulu yang syok kalo Mark Lee adiknya Jungkook Lee.

"Mungkin karena kak Jungkook nurut sedangkan aku nggak." Mark mulai menerawang. Tentang hidupnya dari ia sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.

Waktu itu ia melihat bagaimana Jungkook menangis karena kertas ujiannya dengan angka satu dan nol yang ditulis dengan tinta merah. Sepanjang hari, Jungkook gelisah. Mark yang kala itu tak tau apa-apa soal nilai hanya berusaha mengerti Jungkook dengan pikirannya sendiri. Ia bertanya pada Jungkook kenapa ia menangis dan Jungkook hanya bilang, diam dan jangan bilang Papa Mama. Mark gak pernah membocorkan apapun tapi ketika Papa datang ke kamar Jungkook, ia menemukannya sendiri. Jungkook dimarahin habis-habisan. Jadwal les Jungkook ditambah dan Jungkook hanya bisa menerima. Mark yang semakin hari kian mengerti hanya kasian melihat kakaknya yang terus berkutat dengan buku, buku dan buku. Jungkook bahkan tidak punya teman walau katanya Jungkook populer. Mark kecil tidak mau seperti Jungkook. Ia suka memanjat pagar, main ke rumah tetangga dan puncaknya, ia pernah ikut tawuran waktu SMP.

Gara-gara tawuran Mark dipindahkan sekolah. Ia sekolah di sekolah yang sama dengan Jungkook. Semua mau berteman dengannya ketika mereka tahu dia adik Jungkook. Disitu Mark tahu jika Jungkook sangat pintar dan berbakat. Guru-guru pada awalnya menyanjungnya tapi begitu tau jika otak Mark dan otak Jungkook berbeda jauh, mereka mulai mencemooh Mark. Bahkan guru-guru membandingkan mereka dengan mengadu ke Papa. Papa bertekat mendaftarkan Mark ke banyak les seperti bagaimana ia melakukannya kepada Jungkook. Tapi Mark menolak. Membangkang. Dia gak mau sekolah, kembali bergaul dengan teman-teman di sekolah lama, dan ikut tawuran beberapa kali.

LIGHT -  [MARK-TZUYU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang