09

236 35 41
                                    

Mark membuka pintu rumahnya dengan terburu-buru, ia langsung menuju kamar dan menemukan Tzuyu yang berbaring sambil bermain ponsel. Senyumnya mekar begitu melihat wajah Mark, ia duduk di ranjang lalu merentangkan tangannya minta peluk.

Tentu saja Mark langsung melakukannya. Ia memeluk dan mengecup bertubi-tubi wajah Tzuyu. Wajahnya masih kentara cemas.

"Masih sakit, perutnya?" Tanya Mark. Iya, Mark buru-buru pulang dari kafe Lukas karena Haechan bilang Tzuyu sakit perut. Sampai dirumah, ia lega karena melihat Tzuyu bisa tersenyum.

"Terlalu capek ya? Banyak gerak? Banyak pikiran?" Tebak Mark, Tzuyu menggeleng.

"Iyasih, tapi kata dokter Lukas, bayi empat bulan emang udah bisa bergerak kok. Jadi wajar aja." Ucap Tzuyu menjelaskan. Begitu sakitnya tak kunjung reda tadi, Tzuyu segera menghubungi dokter Lukas dan Lukas bilang itu hal yang wajar.

"Tapi kamu tau gak Mark, dia tiba-tiba gerak karena apa?"

Mark mengernyit, lalu menggeleng.

"Tadi Jaehyun pegang perut aku. Dia bilang ke anak kita buat gak nakal. Eh, langsung perut aku mules."

Mata Mark membola, "Jaehyun!?"

Tzuyu mengangguk.

"Trus kamu ijinin dia pegang-pegang kamu! Ya panteslah anak aku marah! Huh." Mark merajuk, ia menangkupkan kedua tangannya di dada lalu duduk membelakangi Tzuyu. Bibirnya dimajukan khas bayi lima tahun kalo ngambek.

Tzuyu memeluk Mark dari belakang, menggoda suaminya agar tidak marah karena menurut Tzuyu itu bukan hal yang besar.

"Duh. Bayi gede aku ngambek?" Tzuyu menoel-neol pipi Mark. Mark malah kembali menggeser tubuhnya membelakangi Tzuyu.

Tzuyu tertawa, kayak gini nih Mark Lee kalo sifat bocilnya keluar.

"Iya-iya maap. Janji gak lagi."

Mark membuang nafas, berbalik ke arah Tzuyu dan menangkup pipi perempuan itu. Menatapnya lekat.

"Jangan gitu ya, gimanapun kamu udah punya suami. Kalo orang lain liat, pasti bakal jadi bahan gosip. Aku juga gak ada disampingmu, posisinya dia juga pernah suka sama kamu, aku gamau kalo kamu makin stres di kampus." Ucap Mark panjang lebar dan itu membuat Tzuyu tersadar.

"Aku bilang gini bukan karena aku cemburu, eh ya cemburu sih, tapi lebih karena aku kawatir sama kamu."

Tzuyu mengangguk, ia memandang Mark lekat, dalam hatinya ia bersyukur karena Tuhan menjodohkannya dengan Mark. Laki-laki yang benar-benar menjadikannya ratu bukan hanya sebagai pendamping atau pemuas nafsu. Mark tahu bagaimana harus mengendalikan Tzuyu, tanpa melukai atau menyakiti.

Tzuyu sadar, berapa kali ia menyakiti Mark tanpa ia merasa. Ia yang mudah marah, manja, mudah berteriak, mudah termakan omongan orang lain, mudah sakit hati berkali-kali menghancurkan hati Mark. Tapi sehancur-hancurnya Mark, Mark bakal tetap merengkuhnya lalu sama-sama saling menyembuhkan.

Kalau Tzuyu gak sengaja menggoda Mark dulu, dia pasti bakal segera lulus jadi sarjana muda. Bekerja kantoran atau bekerja mapan jauh dari sekarang. Kalau Tzuyu gak egois, Mark pasti bisa raih cita-citanya di usia muda.

Tapi Tzuyu harus egois, karena sekarang hidupnya hanya untuk Mark. Dan anaknya kelak.

"Tapi, beneran perutnya udah ga sakit?" Tanya Mark lagi.

Tzuyu mengangguk. " Iya Papa, Zui udah pintel kok di perut Mama. Soalnya Papa pulang cepet hali iniiii!" Tzuyu mengusap perutnya dan bicara dengan nada seolah-olah itu bayinya yang ngomong. Mana bisa Mark gak senyum. Kalo orang lihat, mungkin mereka bakal bilang kalo itu senyuman Mark Lee paling indah.

LIGHT -  [MARK-TZUYU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang