Part 1

198 34 6
                                    

Kerajaan Louis tahun 2020

Rapat kerajaan tengah dilaksanakan di aula istana bagian barat, semua pemegang kepentingan kerajaan menghadiri rapat tertutup tersebut.

“Putra mahkota saat ini telah memasuki usia 25 tahun, usianya sudah tepat untuk mewarisi tahta."

Perdana menteri menghela nafas mendengar ucapan salah satu menteri, ia memijit pelan pelipis kepalanya sedikit nyeri.

Pria muda yang berdiri tak jauh darinya menatap sumber suara tersebut. “Sifatnya yang angkuh dan sombong, membuatku tak yakin dia akan menjadi pewaris yang adil untuk rakyat kerajaan."

"Tidak ada yang bisa disalahkan terkait watak tuan muda, setidaknya di usia seperti itu dia telah menaklukkan beberapa kerajaan membuat kerajaan kita semakin kuat," jawab pria tua yang diketahui merupakan perdana mentri sekaligus pemegang sementara tahta kerajaan Louis.

"bukankah dia harus segera mencari matenya agar bisa mewarisi tahta ini?"

Perdana mentri kembali tertegun, keponakannya tentu harus segera mencari pengantinnya sebagai salah satu persyaratan menjadi pewaris kerajaan.

***

"Selamat Ulang Tahun Tuan mudaa..."

Pria tampan itu menoleh lalu menatap datar pengawal setianya, tidak ada raut kebahagian di wajah tampannya.

Tidak ada yang membahagiakan menurutnya, kematian kedua orang tuanya tepat di hari perayaan kelahirannya, Tidak mungkin dia merayakannya bukan?

"Putri sellin datang menemui anda tu..."

"Katakan padanya aku sedang sibuk dan tak berminat bertemu dengannya," belum sempat Deril menyelesaikan ucapannya, William sudah memotong perkataan pengawalnya tersebut.

Deril sudah tau pasti tentang jawaban tuannya ini, sebagai putra mahkota kerajaan Louis, William menjadi pusat perhatian seluruh wanita di berbagai kerajaan. Namun sikap dingin sang pewaris menampakkan tak sedikitpun minatnya terhadap gadis-gadis tersebut.

Menjadi pengawal William, Deril tak pernah sekalipun mendengar tuannya ini menyebut nama seorang wanita.

Deril kembali membuka suara, "Maafkan kelancangan saya Tuan…” ujarnya seraya membungkuk, dia menghentikan sejenak ucapannya, takut pria dihadapannya ini marah.

"saya hanya ingin mengingatkan tuan mengenai mate anda tuan, usia anda sudah menginjak 25 tahun," sambungnya kemudian.

William sedikit tertegun mendengar pernyataan Deril, sejenak dia lupa mengenai pengantinnya, dia kemudian tersenyum dengan wajah meremehkan.

“Jangan ikut campur mengenai urusanku! Lagipula… tak ada sedikit niatan untuk bertemu dengannya, tidak sekarang ataupun nanti!”

“Tapi kenapa Tuan?” tanya Deril bingung mengingat menikahi mate adalah salah satu persyaratan seorang pewaris untuk naik tahta.

“Jangan khawatir, tanpa pengantinpun aku bisa naik tahta,” ujar William sarkatis. “Aku tidak akan pernah menikahinya, dia akan menjadi kelemahanku, tidakkah kau paham itu?! Aku tak mau menjadi lemah hanya karena seorang wanita!” sambungnya.

“Tuan muda, kuharap anda menarik kata-kata anda kembali…” ujar Deril mengingatkan.

“Diamlah, kuperintahkan jangan membahasnya lagi!” bentak William tegas. Deril yang diancam seperti itu hanya bisa mengangguk. walaupun dalam hati dia menggeleng tak setuju dengan ucapan tuannya.

Menolak mate sama saja menentang Sang Maha Kuasa.

Drap

Seketika William memegang dadanya, ada rasa sesak yang tak pernah William rasakan sebelumnya, dadanya merasakan rasa nyeri yang luar biasa.

Crown Prince Of Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang