Part 5

77 16 2
                                    

Setelah meminum beberapa darah segar hewan, William mulai merasa lebih baik, nyeri di dadanya mulai berkurang.

Namun, wajah gadis itu terus saja menghiasi kepala William.

Wajah penuh permohonan, wajah sendu yang meminta ditolong.

William mengacak frustasi kepalanya.

"Tuanku ma..maaf sebelumnya, mengapa anda tidak membunuh gadis itu bukankah itu tujuan utama mencari mate anda?, itu akan lebih baik dari pada penderitaan yang akan dialaminya," ucap Deril memberanikan diri, sama seperti William diapun terus memikirkan gadis menyedihkan itu, mengingat fakta bahwa gadis itu adalah calon putri mahkota kerajaan.

Deril tak habis pikir, mengapa tuannya tak punya rasa belas kasih sedikitpun, padahal gadis itu pengantinnya, tadirnya.

Tak menjawab, William lebih memilih diam hatinya kini juga tak tenang.

"Tu...tuan ini belum terlambat!"

***

Mansion

Reina di bawa masuk ke dalam sebuah mansion mewah bernuansa eropa.

“Le..paskan aku! Aku tidak mau! kumohoonnnn” Reina sekuat tenaga memberontak, namun nihil usahanya sia-sia mereka terlalu kuat.

Para pria itu mendorong keras tubuh Reina masuk kedalam ruangan dan segera menguncinya dari luar.

Reina dapat merasakan dinginnya lantai ruangan itu, rasa sakit pada tubuhnya kini semakin terasa.

“Dasar gadis sialan! Kau pikir kau bisa lari kemana Hah? Kau lupa bahwa kau sudah aku beli, Hah!” teriak seorang pria yang baru saja masuk ke ruangan itu. Yah Reina tau pria itu tak lain adalah pria VVIP yang membelinya.

Pria VVIP itu perlahan berjalan mendekati Reina, wajahnya memerah menahan amarah.

Reina memilih duduk meringkuk memeluk kakinya, hatinya begitu kacau, sedih, kecewa, marah semuanya menjadi satu. Keberuntungan seolah tak perna berpihak padanya, usaha Linda untuk menyelamatkannya pun sia-sia.

“Berhenti sok jual mahal gadis murahan!" bentak pria itu kembali, kini mencengram kuat rahang Reina.

“Le..lepaskan aku, kau pria brengsek!” ujar Reina memberanikan diri meludahi wajah pria VVIP itu.

“Gadis sialan, kau mau mati ya? Baiklah kalau itu maumu!” Rupanya sikap Reina berhasil membuat amarah pria itu memuncak.

Dengan cepat pria itu menarik lengan Reina dan menghempasnya ke atas kasur yang berada di dalam ruangan itu.

Reina menggeleng cepat, ia sadar betul apa yang selanjutnya akan dilakukan pria jahat ini padanya.

"To..tolong a...aku tidak mau, hiksss" teriaknya kini berusaha memberontak.

"Berteriak dan memberontaklah, aku suka bermain dengan wanita seperti itu, kau tau itu akan sangat mengasyikkan!" Ujar pria itu seduktif mungkin, senyum jahat terlihat jelas pada wajahnya.

Dengan cepat pria itu kini berusaha menciumi Reina, berusaha menyentuh setiap rinci tubuh gadis cantik itu.

Brak

“LEPASKAN DIA!“

Sebuah suara tiba-tiba menginterupsi perbuatan pria itu.

Reina dan pria VVIP spontan menoleh kesumber suara.

Reina segera terperangah melihat pria itu, dia sadar pria itu adalah pria yang ditemuinya di jalan tadi.

"Siapa kau? bagaimana bisa masuk kesini?" Pria VVIP itu bangkit.

William menatap tajam pria itu lalu tersenyum meremehkan. "Kau pikir mereka bisa menghalangiku?" tunjuknya kearah luar, yang dimaksud tentu para bodygoard yang menjaga di depan. "Mereka tak ada apa-apanya! Tikus-tikus yang sangat lemah," lanjutnya.

“Apa mau mu hah?!” Rahang pria itu mengeras, menandakan kalau dia semakin marah.

William berjalan pelan, “Gadis itu, dia milikku! Sekarang lepaskan dia dari tangan kotormu itu sialan!” bentak William itu.

Reina mengernyit merasa heran, sebelumnya pria itu menolak menolongnya, namun kenapa sekarang ia berubah pikiran?

“Hadapi aku kalau bera…”

Bruk!

Belum sempat pria itu menyelesaikan ucapannya, William terlebih dahulu menghantam wajahnya dengan pukulan keras, tak butuh waktu lama pria itupun jatuh tak sadarkan diri.

energi seorang vampir terlalu besar untuk manusia biasa.

melihat kejadian itu membuat Reina shock, manakala darah segar keluar dari mulut pria VVIP itu, kini dia dibuat semakin ketakutan.

Tubuh Reina bergetar hebat ketika William mulai mendekatinya, pria itu lalu menarik tangan Reina agar bisa masuk kedalam pelukannya.

Deg

Benar saja rasa sesak pada dada William menghilang entah kemana, rasa sesak itu kini berubah menjadi rasa....

Nyaman?

Apa aku sangat membutuhkan wanita ini?

Apa hidupku bergantung pada manusia ini?

William tidak tau pasti ada apa dengan hatinya, yang jelas saat ini dia hanya ingin berada di dekat gadis itu, rasanya sangat nyaman, rasa ingin melindungi semuanya menyatu jadi satu.

Reina membulatkan matanya, dia sungguh tak mengenal pria ini, namun mengapa pria ini memeluknya?

"Si..siapa anda sebenarnya?" tanyanya memberanikan diri, berusaha memberontak melepaskan diri.

William melepaskan pelukannya lalu memegang kedua bahu Reina menatap matanya dalam.

"Aku... calon suamimu!"

Kini rasa takut Reina berubah menjadi rasa heran, dia mengerjapkan matanya tak percaya. "A...apa kau bercanda?" tanya Reina pasti.

William kembali menatapnya lekat. Wajahnya tampak datar.

Deg

Jantung Reina berpacu cepat, dia berusaha mengalihkan pandangannya menatap kelain arah. Dia memegang dadanya entah apa yang terjadi padanya namun tatapan pria dihadapannya begitu menenangkan, seolah rasa takut, kecewa, marah, sedih pada dirinya kini menghilang.

William kembali menarik Reina kedalam pelukannya, menenggelamkan wajah cantik gadis itu pada dada bidangnya lagi dan lagi.

Dalam beberapa detik Reina terdiam menikmati perlakuan pria itu, pelukannya begitu hangat dan memabukkan, pelukan terasa seperti pelukan ayahnya pelukan yang sangat dia rindukan.

Namun ketika kembali tersadar, ada dipelukan siapa dia saat ini Reina menggeleng cepat dengan segera ia mendorong dada laki-laki itu. Namun sayangnya, pelukannya tak bisa terlepas. Malah bisa dirasakannya kalau laki-laki itu semakin mempererat pelukan mereka hingga tubuh mereka kini begitu menempel.

“Ma… maaf, bisa… bisa lepaskan saya?” tanya Reina sedikit gugup.

William menghentikan aktivitasnya, lalu menatap lembut gadis cantik itu. "Maaf karena terlambat menolongmu, maaf karena membuatmu menunggu, dan maaf karena membuatmu menangis," William kini menatap dan mengusap lembut pipi Reina, menghapus jejak tangis di kedua pipi gadis itu.

Seperti terhipnotis, Reina sungguh sangat menyukai perlakuan pria yang menolongnya ini.

"Terima Kasih"

###

Sampai disini dulu jangan lupa vote dan coment agar author semangat updatenya, kasi saran dan kritikan kalian yah, laffyu frenddd🥰

Crown Prince Of Darkness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang