Seperti terhipnotis, Reina sungguh sangat menyukai perlakuan pria yang menolongnya ini.
"Terima Kasih."
***
Reina perlahan membuka matanya berusaha membiarkan matanya terbiasa dengan sinar matahari yang menembus cela-cela jendela yang tertutupi kain gorden, kepalanya masih terasa pening.
Ia menatap sekeliling ruangan yang terasa asing menurutnya, ruangan dengan desain hitam namun terlihat elegant di setiap ukiran pada temboknya.
Reina membulatkan matanya, lalu segera duduk. "Aku dimana? Apa aku sudah tiada? Apa aku sudah mati?" Ucapnya kini bertanya-tanya sangat terdengar polos.
"Selama aku masih hidup, aku tak akan membiarkan orang lain menyakitimu!" Sebuah suara mengagetkan Reina.
Reina memandang ke sumber suara, dia cukup terkejut mendapati sesosok pria duduk tak jaub darinya.
Reina sadar pria itulah yang telah menolongnya semalam, dia kembali merasa takut, bagaimana tidak? Berdua dengan pria di dalam kamar bukankah itu juga mengerikan.
Dengan memberanikan diri ia mulai membuka suara, "Ini di mana? Aapa yang kau lakukan disini?" Tanyanya kemudian walau dengan rasa gugup luar biasa.
William perlahan berjalan mendekati Reina. "Ini rumah persinggahanku, tempat ini kugunakan jika sedang berada di duniamu. Semalam kau pingsan, aku tak tau harus membawamu kemana, jadi kubawa kesini saja."
"Duniaku?" Reina mengerjapkan matanya tak paham akan maksud pria itu, dia memilih diam, anggap saja tadi dirinya salah dengar.
Sekarang pikirannya sangat kalut, setelah semua ini entah dia akan pergi kemana.
Tak punya tempat tinggal,
Tak punya kerabat,
Bahkan dia tak memiliki uang sepeserpun.
Satu lagi, bagaimana jika dia bertemu lagi dengan Madam Nadine.“Ikutlah denganku, aku akan membawamu menjauh dari orang-orang itu,” William kembali bersuara, dia rupanya tau apa yang sedang mengganggu pikiran wanita itu.
Reina mengadahkan pandangannya menatap pria dihadapannya itu, dia masih belum mencerna perkataan William dengan baik.
“Aku akan menikahimu, dengan menikah denganku kau tak akan merasakan kesulitan ini?”
"Jangan bercanda."
“Tentu saja! Aku tak bercanda,” jawab William santai.
Reina menatap pria itu dengan tatapan tak percaya. “Kau aneh, bagaimana bisa kita menikah sementara kita baru bertemu, kita tak saling mengenal. Aku bahkan tak mengenal asal usulmu.”
"Aku sangat berterima kasih karena kau sudah menolongku, namun menikah denganmu? Aku tak bisa melakukannya," lanjut Reina kembali.
Sorot mata lembut dan senyum yang tadinya terlihat di wajah tampan William perlahan memudar.
“Tapi kau harus mau, your mate ku…” William masih mencoba bersabar.Reina kini berdiri dari posisi duduk sebelumnya. “Tidak! Kau tidak bisa memaksaku! Rupanya kau sama saja dengan pria brengsek semalam,” tolak Reina terdengar cukup kasar.
Reina merasa hidupnya sangat sial, baru saja dia terbebas dari peristiwa mengerikan semalam, namun sekarang? Apalagi Tuhan!
“Salah, aku bisa memaksamu dengan caraku!” bentak William tak bisa menahan emosinya lagi. Untuk pertama kalinya seseorang menolaknya dia tak bisa menerima hal itu.
“Kau takdirku, kau milikku dan aku milikmu, Tuhan telah menakdirkanmu untukku!”
“Kita baru bertemu, aku bahkan tak tau namamu,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Crown Prince Of Darkness
RomanceFollow dulu sebelum dibaca yahh. Jangan lupa vote dan coment😊