8.

28.8K 3.1K 6
                                    

•Selamat Membaca•
~part 8~


Nayra keluar dari bawah ranjangnya, Arthur membantunya untuk berdiri. Tubuhnya bergetar, mata nya sangat sembab. Ia masih terus menangis.

Arthur memeluk tubuh matenya itu untuk menenangkannya. Ia membelai dengan lembut rambut Nayra. Ia membawa Nayra keluar dari dalam kamarnya.

"Dimana bibi?" Tanyanya. Namun Arthur dan teman-temannya tidak menjawab.

"Dimana bibi!!!" Tanyanya sekali lagi namun dengan nada yang tinggi.

"Dia sudah pergi, kau harus menerimanya agar dia tenang dialam sana." Jawab Arthur.

-Pov Nayra-
Setelah mendengar perkataannya, kepalaku seperti tersengat listrik, sakit sekali saat mendengar itu, aku benar-benar tidak percaya, tubuhku kaku, kakiku mendadak lemas, dan keringat dingin keluar dari tubuhku.

Dengan setengah kesadaranku, aku mulai terjatuh lemas lalu Arthur dengan sigap menopang badanku agar tidak membentur lantai. Dia menggendongku lalu menidurkanku di sofa..

.

"Alex, cepat ambilkan air untuk Luna mu" perintah Arthur.

Mereka bertiga kaget mendengar perkataan Alpha nya dan saling menatap antara ketiganya.

"Apa kau tuli Alex?" bentak Arthur.

"B-baik Alpha" dengan cepat Alex mengambil air dan memberikannya kepada Arthur, Arthur membangunkan tubuh Nayra dengan perlahan dan menyuruhnya untuk minum.

Ia meneguk habis satu gelas air itu dan berusaha menyadarkan Nayra. Nayra berusaha bangun dari sofa, tatapan kosongnya, kakinya seakan membawanya hendak menuju luar rumah, rasanya tubuhnya ingin kembali dijatuhkan dari atas tebing. Namun Arthur menarik tangannya dan melarangnya keluar rumah.

"Lepaskan aku!"

"Tidak akan, bahaya jika kau keluar."

"Apa perdulimu hah? Memangnya kenapa jika aku keluar?!" Bentakku.

"Kau akan mati jika pergi keluar"

"Baguslah!! Memang itu yang sudah aku lakukan sejak awal! Aku melompat dari atas tebing memang mengharapkan untuk mati!!! Bibi Lisa malah menyelamatkanku! Aku terbangun di dunia aneh ini dengan nasib yang sama buruknya dengan dunia sebelumnya! Sekarang bi Lisa sudah tidak ada, aku sudah tidak perduli dengan hidupku!!" Jelasnya dengan mata berkaca-kaca sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan Arthur yang sedari tadi memegang kuat tangannya.

"Aku tidak akan melepaskanmu, kau adalah mate ku! Hidupmu adalah hidupku! Jika kau mati, jelas aku akan menyusulmu." Perkataan Arthur dengan wajah dinginnya namun tersirat rasa pedih dari tatapannya, Nayra terdiam, ia benar-benar tidak mengerti maksud dari perkataan pria dihadapannya itu.

Setelah tenang, Nayra duduk kembali disofa.
Kami berlima duduk diruang tamu, Jake dan Dean berusaha mencairkan suasana yang hening dengan beberapa gurauan, namun itu hanya berlaku pada mereka bertiga.

Gurauan itu tidak terpengaruh pada Nayra dan juga pada Arthur yang terus memandangi gadisnya itu.

Lamunanku dibuyarkan oleh panggilan Dean...

"Luna!" Panggilnya.

Aku menoleh kearah pemilik suara.

"Kau harus tetap tegar, ada Alpha dan rakyat yang menunggu kehadiranmu. Sudah lama kami menunggu kehadiranmu," dengan senyuman yang terukir diwajah pria itu. Nayra semakin merasa aneh dengan semua perkataan mereka.

"Dengar! Aku pikir kalian salah orang. Aku hanya manusia biasa! dan namaku Nayra, kalian dari tadi memanggilku Luna Luna dan kau selalu menyebutku mate! Aku Nayra bukan mate ataupun Luna!" Ketusnya lalu meninggalkan mereka dan pergi ke kamarnya

•••••

-Pov Nayra-
Pagi hari..aku mencium harum pancake, aku keluar dari kamar dan melihat Dean,Jake dan Alex sedang membuat sarapan. Sedangkan Arthur sedang membaca koran di ruang tamu.

Aku menghampiri tiga laki-laki itu, tak terasa aku terhanyut dengan obrolan hangat mereka, senyuman terukir di wajahku yang bahkan belum ku basuh ini.
Dari ujung mataku, aku sadar bahwa Arthur terus melihat kearahku..

"Alpha sarapan sudah jadi.." ucap Dean.

Arthur duduk disamping ku sedangkan Dean,Jake dan Alex duduk disebrang kami.

Sebenarnya disana hanya ada dua bangku, itu sebabnya sekarang mereka sedang berebut dan berujung Alex yang jatuh tersungkur kebelakang.
Melihat itu kami semua tertawa geli, tidak dengan Arthur dia hanya tersenyum tipis.

Aku berdiri dari tempatku hendak menolong Alex untuk bangun, namun Alex menolak...

"Tidak Luna, jangan sentuh aku..aku masih sangat sayang dengan nyawaku, dan aku masih ingin melihat mate ku" jawab Alex dengan memasang senyum lebar dan memperlihatkan gigi-giginya yang tertata rapih itu.

Aku bingung maksud dari perkataan Alex, aku kan hanya mau membantunya.

masa membantu saja bisa menghilangkan nyawa,batinku.

Selesai sarapan, Arthur menyuruhku untuk bersiap dan pergi bersamanya ke istana untuk tinggal disana. Berkali-kali aku membantah tapi dia selalu mengatakan bahwa aku mate-nya dan aku tidak boleh jauh-jauh darinya.

•••••

Mysterious MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang