KHAWATIR?

262 21 0
                                    

Setelah mendapatkan apa yang ia cari,Fana berjalan kearah dapur rumah Tasya untuk mengambil minum supaya gadis itu merasa tenang dan kembali menghampiri Tasya.

Ia meletakan kotak P3K itu diatas meja yang berada didepan tempat Tasya duduk,dan ia mengambil posisi disampingnya.

"Minum dulu."

"Makasih." Balas Tasya sambil menerima gelas dari Fana dan langsung meminumnya

Sementara Fana mulai meraik kotak yang ia letakkan sebelumnya dan membukanya,ia mengambil kapas dan alkohol yang ada didalamnya lalu dituangnya sedikit diatas kapas,perlahan-lahan dipegangnya tangan kiri Tasya yang terluka dan menempelkan kapas tersebut sembari meniupnya pelan supaya Tasya tidak merasa sakit.

"Awww..." Ringis Tasya saat merasakan perih saat kapas itu menyentuh lukanya

Fana tidak mempedulikan ringisan itu dan terus membersihkan lukanya dengan telaten dan hati-hati,setelah selesai membalut lukanya Fana merapikan kembali peralatan yang ia pakai dan menatap Tasya dengan pandangan yang mata yang sendu tapi dengan ekspresi wajah yang datar.

"Kenapa bisa luka sama rumah berantakan?"

"karna papa."

"udah makan?" Fana mengalihkan pertanyaan karna tidak ingin terlalu ikut campur kehal yang menurutnya privasi

"Gk laper,gua juga gk bisa masak."

"Masih kuat buat nunggu sampai gua selesai masakin?"

Tasya menggelengkan kepalanya pelan "gk usah fan,gua gk laper." Tolaknya lagi

"aku maksa."

"Tapi Fan..." Tasya menghentikan perkataannya karna ia melihat Fana yang menatapnya tajam tapi penuh kekhawatiran yang membuatnya langsung menganggukan kepala

Melihat itu Fana langsung bangkit duduknya dan meninggalkan Tasya yang merasa senang karna dikhawatirkan olehnya,Tasya hanya mengulum senyumnya sambil merebahkan tubuhnya disofa

"Dingin tapi perhatian,cuek diluar tapi didalamnya mudah panik dan khawatir,susah ditebak."

Tasya sangat senang melihat perhatian yang diberikan oleh Fana yang dikenal sebagai pendiam,dingin disekolah itu ternyata bisa sehangat ini kepadanya dan sangat khawatir sama keadaannya.

Setelah cukup lama menunggu akhirnya Tasya melihat Fana datang menghampirinya dengan membawa nampan yang berisi piring serta gelas diatasnya,ntah apa yang dimasak oleh gadis itu didapur tadi.

Fana duduk disamping Tasya tetap dengan muka datarnya yang selalu nyaris tanpa ekspresi,membuat Tasya antar mau senang atau kesal dengan kelakuan Fana saat ini.

"bisa makan sendiri kan?" tanya Fana sambil meletakkan nampan itu diatas meja

Tasya menggeleng pelan,sebenarnya ia hanya bercanda saat ini karna ingin terus diperhatikan oleh Fana pujaan hatinya saat ini.

"aku suapin ya." Ucapnya sambil mulai menyendok nasgor yang ada didalam piring dan meniupinnya pelan supaya tidak terlalu panas saat dimakan Tasya

Tasya memakan suapan demi suapan yang diberikam oleh Fana yang memang terlihat sangat sabar dan tidak lupa juga sesekali Fana memberikan minum kepada Tasya supaya gadis itu tidak keselek saat makan.

Fana cuma diem tanpa ada suara sedikitpun,sangat hening dan canggung itulah yang terjadi saat ini sampai mata Tasya menyadari penampilan gadis dihadapannya itu langsung saja tawanya pecah saat itu juga yang sontak saja membuat Fana menatap bingung kearah Tasya.

"kenapa?" Tanya sambil menaik turunkan alisnya

"Lo tadi mau tidur?" Tanyanya

Fana mengangguk pelan karna memang benar tadi dia baru bangun tidur bukan mau tidur jadi wajar saja kalau dia masih mengenakan celana pendek dan kaos hitam polos saat ini.

Bukan Salah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang