Tasya tidak hentinya menangis dikamarnya saat ini,sepulangnya dari rumah Caca tempat yang ia pikiran setelah pergi dari rumah Fana,ia memutuskan untuk kembali kerumahnya walaupun berat tapi ia sudah memilih jalan ini.
Tasya menemui papa yang tengah berada diruang kerjanya,takut adalah hal pertama ia rasakan karna setelah sekian lama ia akan bertemu papanya lagi.
Sedepannya dipintu ruangan kerja ia mengetuk perlahan pintu yang ada didepannya perlahan tapi masih terdengar dalam ruangan,ia langsung membuka pintu tersebut dan menghampiri papanya.
"Aku mau pindah sekolah pa." Pintanya
Tidak ada jawaban membuatnya menghela kasar napasnya "pa…" panggilnya pelan karna tidak ingin memulai pertengkaran dengan sang Ayah.
"Kenapa?"
"Bosen sama suasana disana,pengen cari suasana baru." Jawabnya sambil tertawa pelan.
Jelas itu hanya alasan Tasya saja karna ia ingin menjauh dari Fana kalau ia masih bersekolah disana pasti makin terasa berat buatnya menjauhi Fana
"Besok papa urus semuanya." Kata pria yang tengah sibuk membolak-balikan kertas yang ada dihadapannya.
Mendengar itu Tasya langsung keluar dari ruangan itu dan kembali kekamarnya,tidak mudah tapi harus ia jalanin,sakit tapi harus ia terima demi bisnis keluarganya yang susah payah dibangun oleh sang Ayah.
Ia mendudukan diri dibalkon setelah tiba dikamarnya,pikirannya saat ini hanya berisikan Fana yang pasti tengah mencarinya sekarang.
Seminggupun berlalu tidak banyak yang berubah Tasya masuk kesekolah barunya seperti siswi biasanya hanya saja ia menjadi lebih menutup diri dibading sebelumnya.
Terkadang ia masih sering menangis secara tiba-tiba saat merindukan Fana atau tanpa sengaja bayangan akan gadis itu masuk tanpa izin kepikirannya.
Saat istirahat tiba Tasya memilih untuk pergi ketaman belakang sekolahnya yang terbilang sepi,ia langsung mendudukan dirinya dibawah pohon rindang dan menyandarkan tubuhnya dipohon tersebut.
Napasnya sesak saat ini serta dadanya terasa sangat sakit,ia tidak bisa menahannya sampai matanya mengeluarkan butiran air yang mulai membasahi pipinya tanpa permisi.
"Sakit Fan." Lirihnya sambil remas kuat baju nya.
Tangisnya semakin menjadi sampai ia menundukan kepalanya sambil memeluk lututnya,suasana taman belakang yang sepi membuat Tasya semakin larut dalam tangisnya.
"Ini sangat sakit Fan,lebih sakit dari pada dipukul papa waktu itu,kenapa harus sesakit ini? Kenapa dada aku terasa sangat sesak sekarang?"
Tasya larut dalam tangisnya yang semakin terisak,sangat sakit yang Tasya rasakan karna harus berpisah dengan Fana gadis yang selalu ada disampingnya,gadis yang selalu memancing amarahnya saat makan,ia merindukan semua hal yang berkaitan dengan Fana.
Flashback off
Tasya berada dikamarnya saat ini ditemani Caca yang baru pulang dari rumah sakit tempat Fana dirawat,Caca tau betul keadaan kedua sahabatnya yang sama-sama kacau saat ini.
"Udah Sya jangan nangis lagi ya." Ucapnya sambil mengusap pelan pundak Tasya yang sudah menangis selama 15 menit lamanya.
"Fana memang masih belum sadarkan diri tapi kondisi dia stabil kata dokter Sya."
Tasya menatap sayu Caca yang sedari mencoba menenangkan tangisnya,ia merutuki semua yang ia lakukan,menyesal karna tidak bisa memilih untuk tetap bersama Fana sambil menjaga bisnis keluarganya.
Tangis semakin menjadi sampai mata gadis itu menjadi sembab dan tentu saja hidungnya sudah sangat memerah bahkan banyak tisu yang berserakan didekatnya duduk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Cinta
Romance"aku tulus sayang sama kamu tapi apa itu saja sudah cukup sya? Akan banyak rintngan yang harus kita hadapin termasuk dari keluarga besar aku yang sangat menentang hubungan kita." Lirihnya Gadis itu hanya terdiam sambil mengelus tangan gadis dihadapa...