Sakit & Panik

254 16 0
                                    

Malampun tiba namun Fana masih belum bangun dari tidurnya membuat Tasya khawatir melihatnya saat ini,bagaimana tidak muka Fana terlihat sangat pucat dibanding saat disekolah tadi.

Tasya mengulurkan tangannya dan menyentuh kening Fana untuk mengecek suhu tubuhnya,panas itu yang tangannya rasakan saat telapak tangannya telah menyentuh kening Fana.

"Fan." panggilnya pelan

"Fan bangun udah malam." Panggilnya lagi tapi Fana tidak kunjung bangun

"Fana bangun,temenin aku makan." kini tangannya mengelus pelan pipi Fana.

Fana tak juga bangun yang membuat Tasya semakin khawatir dengan keadaan Fana,dimana bibir dan muka nya semakin pucat saat ini.

Tasya meraih ponselnya dan menghubungi Caca untuk mencari tau cara membangunkan Fana saat ini

"Ca.. Fana panas." Ucapnya lirih

"Udah dikasih obat?" Tanya Caca diseberang sana.

"Dia belum bangun Ca." Suara Tasya terdengar menahan tangis

Caca yang berada diseberang sana menghela napasnya kasar "coba lo periksa nadi nya sya."

"Nadinya?"

"Iya,mukanya pucet gk?"

Tasya mengangguk dan mulai memeriksa nadi ditangan kiri Fana yang masih tidur,air matanya langsung jatuh tanpa permisi saat ia tidak merasakan deyutan nadi Fana ditangannya

"Sya.. Tasya lo gk papa?" Tanya Caca yang mendengar suara tangis Tasya

"Gk ada Fan,udah gk ada." Tangisnya semakin pecah

"Sya..gk papa,Fana baik-baik aja jadi tenang dulu ok."

Tasya sedikit merasa kesal mendengar penuturan Caca yang bilang kalau Fana baik-baik saja padahal denyut nadinya tidak terasa saat ini.

"Nadi nya gk ada Ca,gimana bisa gk papa hah!" Suara Tasya sedikit menaik dan mengeras.

"Sya.. Fana emang gitu,habis minum obat yang ada disamping tempat tidurnya Fana bakalan baik-baik aja." Jelas Caca masih mencoba menenangkan Tasya

"itu cuma replika Ca bukan yang asli."

Caca menepuk jidatnya pelan,karna gk habis pikir kenapa Fana harus berbohong soal obat-obatan itu kepada Tasya,sambil memijat pelipisnya pelan mau gk mau Caca memberitahu Tasya kebeneran tentang obat-obatan itu.

"Itu bukan replika tapi itu obat nya Fana,obat yang harus dia minum setiap hari nya,bahkan ada yang dosisnya dua kali lipat untuk berjaga-jaga kalau kondisi Fana makin parah habis turnamen."

"Fana semangat banget minum obatnya baru beberapa bulan terakhir ini Sya,tepatnya pas dia mulai lihat lo disekolah."

Tasya terkejut saat mendengar penuturan Caca tentang Fana yang punya semangat buat sembuh sejak ketemu dirinya.

"dia gk mau keliatan lemah didepan lo makanya dia milih berbohong soal obat-obat itu,jadi gua minta setelah ini lo bersikap seperti biasanya didepan Fana."

"sekarang lo kasih dulu obatnya ke Fana,ganti bajunya sama yang lebih tipis,matiin Ac nya terus diganti sama kipas angin yang ada disamping meja belajar."

Tasya dengan cepatnya mencatat apa saja yang Caca bilang barusan supaya tidak ada yang tertinggal satu pun karna ia merasa bertanggung jawab atas sakitnya Fana saat ini.

"ntar kabarin gua kalau belum ada perubahan sama kondisi Fana ya Sya."

"pasti Ca,thanks ya buat informasinya jadi gua bisa tau apa yang harus gua lakuin sekarang."

Bukan Salah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang