Harapan

248 12 1
                                    

Seperti biasanya dr.Indra melakukan pemeriksaan rutin setiap paginya diruangan Fana,seperti yang dilakukan saat ini.

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan seperti keteter yang terpang apakah mengeluarkan kotoran dengan lancar,selang ventilator sudah terpasang dan tidak pergeseran yang bisa mengganggu pernapasan pasien,dan infus pasien apa menetes sesuai dengan prosedur yang tersedia.

Merasa semua tidak ada kendala dan Fana masih dalam keadaan stabil dr.Indra meminta perawat untuk mencatat semua hasil pemeriksaan yang baru aja dilakukan,sampai salah satu melihat ada pergerakan dijari-jemari Fana.

"Dok,coba lihat sepertinya jari pasien memberikan respon Dok." Ucap salah satu perawat yang ada diruangan itu

Mendengar hal itu dr.Indra langsung mendekati kearah tangan Fana yang bergerak,ia mengeluarkan penlight dari dalam saku nya dan langsung memeriksa pergerakan retina mata Fana.

Terlihat seperti ada respon disana yang membuat dr.Indra langsung melepaskan stetoskop yang sedari tadi berada dilehernya lalu dipakainya dan langsung diletakannya bagian diaphragm stetoskop kedada Fana untuk mendengarkan suara mengi yang dihasilkan oleh paru-parunya.

Bisa dr.Indra dengar jelas melalui Earpieces yang terpasang dikedua telinga suara paru-paru Fana terdengar sangat stabil bahkan dikatakan tidak seperti sebelumnya.

"Sus saya minta untuk melakukan pemeriksaan berkala kepada pasien,sepertinya tidak lama lagi pasien akan sadar dari komanya." Ucapnya sambil mengalungkan kembali stetoskopnya dileher

"Perhatikan juga aliran infus pasien serta keteter nya,saya akan menghubungin pihak keluarga pasien secepatnya,karna sepertinya ada harapan untuk dia pulih kembali." Sambungnya sambil meninggalkan para perawat yang menemaninya.

"Baik Dok."

Setelah memberitahukan keadaan Fana yang mengalami kemajuan yang sangat luar biasa dan ada kemungkinan akan sadar dalam dekat.

Seperginya dr.Indra dari hadapan Ibu Raisa selaku keluarga pasien karna yang sekarang hanya dia saja.

Ibu Raisa memasukin ruangan ICU perlahan dan duduk disamping tempat tidur Fana,ia terdiam sejenak sambil mengusap lembut tangan anak sematawayang itu.

"Syafa bangun ya sayang,Bunda janji kalo Syafa bangun Bunda akan merestui hubungan kamu sama Tasya sayang."

"Bunda juga akan bantu kamu buat yakinin Oma."

"Syafa sayang sama Tasya kan? Bunda lihat sendiri kalau Tasya juga sayang banget sama kamu."

Ia menghela napasnya mencoba menangkan diri sendiri.

"Itu Tasya datang,Bunda suruh dia masuk ya." Ucapnya sambil melihat kearah luar dan seperkian detik langsung berdiri dan berjalan keluar ruangan menghampiri Tasya yang melihat mereka dari balik kaca.

Tasya langsung memeluk Ibu Raisa berusaha memberikan kekuatan kepada wanita itu padahal diri nya sendiri juga membutuhkan kekuatan itu sendiri.

"Syafa udah nunggu kamu sayang." Ucapnya sambil melepaskan pelukan Tasya

"Gimana keadaan Fana tan?"

"Kata dokter Syafa sempat menggerakan tangannya dan ada kemungkinan akan sadar dalam waktu dekat."

"Terus ajak Syafa cerita ya karna itu bisa bantu dia Sya." Jelas Ibu Raisa yang berharap penuh kenapa Tasya.

Tasya hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban,sampai sekarang ia cuma berdua saja bersama Fana.

Entahlah sudah berapa banyak air mata yang ia tumpahkan tapi anehnya matanya selalu memiliki stock air mata yang berlimpah yang siap tumpah kapan saja setiap melihat Fana yang belum sadarkan diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan Salah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang