5

2.8K 299 55
                                        

Selamat Membaca...
.
.
.

***

Dari sejak Sasuke berkata dengan lembut harapan pria itu pada Sakura. Wanita cantik berambut pink itu merasakan hal aneh dalam dirinya. Hatinya tetiba sakit setiap melihat senyum Sasuke yang terlihat selalu dipaksakan.

Seperti saat ini, Sakura melihat Sasuke yang sedang berkutat didapur. Tubuh kekarnya berbalut celemek. Sakura selalu dimanjakan dengan masakan Sasuke. Semua keturunan Uchiha itu mandiri sejak dini jadi bukan hal baru baginya.

Sasuke, pria itu juga bekerja. Yang Sakura tau, Sasuke bekerja disalah satu cafe didekat Apartemen mereka. Pria itu selalu berangkat pagi dan pulang sore hari. Sebelum berangkat Sasuke selalu menyiapkan sarapan dan makan siang untuk Sakura, lalu setelah pulang bekerja ia akan memasak makan malam.

Sasuke baik, itulah yang selalu terlihat oleh Sakura. Namun mengapa hatinya tidak bisa membalas perasaan Sasuke padanya. Apakah seperti ini yang dirasakan Naruto padanya? Mau dipaksa seperti apapun hati, jika tidak cinta ya tidak cinta.

Sakura memperhatikan lebih dekat, Sasuke yang memasak terlihat lucu dimata Sakura.

"Sasuke..." Panggilan dari Sakura membuat tubuh Sasuke menegang. Pasalnya selama hidup berdua di negara orang ini, baru kali ini Sakura memanggil namanya tanpa bentakan.

"Kau memasak apa?" Tanya Sakura pelan.

"Ah, aku memasak sup ayam, semoga kau suka ya," jawab Sasuke dengan senyum bahagia. Tentu saja bahagia, boleh kan jika Sasuke berharap Sakura sudah maj mencoba menerimanya?

"Naruto juga suka memasakan itu untukku, dan rasanya sangat enak," mendengar itu hati Sasuke sakit. Lagi-lagi Naruto.

"Benarkah? Aku tidak tau," jawab Sasuke. Sakura mengangguk.

"Naruto itu pandai dalam segala hal," lagi, Sakura memuji Naruto didepan Sasuke.

"Kau pasti tau itu kan?" Sasuke mengangguk saja.

"Sayang sekali, Naruto bukan jodohku."

"Aku lupa membeli sesuatu, aku keluar dulu ya," ujar Sasuke lembut. Berjalan pelan menuju pintu, tangannya menghapus air mata yang jatuh. Sungguh rasanya sangat menyakitkan apabila dibanding-bandingkan seperti ini. Sasuke kira, Sakura sudah mulai menerimanya tapi ternyata Naruto masih menjadi pemenang dihati wanitanya.

***

"Hai papa memew," ejek Hinata pada Naruto. Lelaki yang beranjak dewasa itu berdecak. Hinata sering kali mengejeknya seperti itu. Rasanya sangat menyesal ia sampai kelepasan mengatakan ha itu didepan Hinata.

"Jika kau memiliki panggilan untuk milikku maka aku juga mau menamakan milikmu,"

"Sudah berhenti Hinata," malu, Naruto sangat malu hingga saat ini.

"Ah, bagaimana kalau Titiw saja,"

"Tidak,"

"Elegant sekali,"

"Ayolah Hinata," istri Naruto itu tertawa kencang.

"Titiw nanti malam berkunjung pada memew ya..." Naruto meninggalkan Hinata yang masih terbahak di ranjang.

Harga dirinya sudah hilang jika didepan Hinata. Ini semua gara-gara memew. Seminggu ini, dirinya diejek habis-habisan oleh sang istri.

"Hei kau...! Terima diberi nama Titiw?" Tanya Naruto melirik miliknya sendiri saat duduk disofa.

Sial... Dia pasti sudah gila saat ini. Meraup wajahnya kasar.

"Dasar Hinata..." Tak lama Naruto terkekeh, memang lucu juga jika dipikir-pikir lagi. Mereka memiliki panggilan yang khas untuk milik mereka masing-masing.

ExtraOrdinary LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang