12

3.9K 282 158
                                    

Selamat Membaca...
.
.
.

***

Pernyataan Hinata yang ingin ikut mengurus Sarada, selalu terngiang dalam benak Naruto. Apa maksud dari perkataan Hinata tersebut,  menjadi Ibu sambung bagi Sarada? Namun, hal yang dipikiran Naruto ternyata prasangka buruknya terhadap sang istri. Hinata memang ingin merawat Sarada, hanya sampai Sakura mengakui bayi mungil itu. Dan ternyata, belum sampai Hinata turun tangan merawat Sarada, Sakura sudah sadar akan kesalahannya.

Kini pasangan baru itu sudah berada di Konoha sejak satu bulan yang lalu. Mereka semua hadir dipemurnian pernikahan Toneri dan Shion. Hinata sangat gemas dengan Sarada, wanita hamil itu bahkan tidak peduli pada orang sekitar yang takjub saat melihatnya yang berperut buncit berjalan bersama para Namikaze. Terlebih, Hinata pun acuh saat Khusina dengan entengnya berkata jika Hinata adalah menantunya. Geger. Itulah yang terjadi setelah Khusina mengumumkan siapa Hinata. Karena setau publik, Namikaze belum menggelar pesta pernikahan putra tunggalnya.

Wanita hamil itu malah asik menggoda Sarada yang tidur dipelukan Sakura. Bahkan Hinata akan mengekori Sakura saat Ibu baru itu menepi pada salah satu ruang untuk menyusui Sarada. Sepeti saat ini misalnya.

"Tidak sakit kah, Sakura?" Tanya Hinata polos saat melihat Sarada yang dengan kuat menghisap puting Sakura. Ibu baru itu tersenyum lucu melihat wajah Hinata yang polos saat bertanya. Sakura kini percaya dengan apa yang dikatakan Ino bahwa Hinata itu baik, lembut dan juga lucu disaat bersamaan. Wanita yang dulu sangat ia benci karena merebut Naruto dari dirinya, nyatanya sangat berjasa dalam hidupnya. Wanita yang tengah sibuk mengelus lembut surai hitam milik Sarada ini lah yang menyadarkannya betapa berharganya Sasuke dan Sarada.

"Tidak sesakit saat Sasuke menghisapnya," wajah Hinata memerah mendengar jawaban dari Sakura. Tentu melihat reaksi Hinata, Sakura pun terkikik.

"Kau ini." Hinata memukul pelan bahu Sakura. Ia malu jika ada yang berkata mengarah ke sana.

"Hinata, terimakasih unt-" ucapan Sakura terhenti saat telapak tangan Hinata terangkat.

"Jangan selalu mengucapkan maaf dan terimakasih padaku. Ayolah, aku bosan mendengarnya," tutur Hinata dengan malas. Terhitung sudah banyak kali, Sakura berkata maaf dan terimakasih, hingga Hinata rasanya bosan. Sakura menggenggam erat tangan Hinata, "sungguh, aku benar-benar meminta maaf dan terimakasih padamu. Berkali-kali aku rasa masih saja kurang." Sakura menatap Hinata lekat dengan pancaran mata tang teduh. Hinata menumpukan tangannya pada telapak tangan Sakura.

"Sakura, mari lupakan masa lalu yang keruh. Hanya sesekali melirik kesana ketika kita merasa akan jatuh pada hal yang sama. Karena disanalah, pengalaman berharga dalam hidup kita tersimpan. Masa lalu, jadikanlah sebagai spion semata, yang hanya sesekali dilirik agar kita tidak jatuh pada kesalahan yang sama di masa depan," ujar Hinata dengan lembut. Sakura mengangguk, selain Ino Yamanaka kini Hinata masuk dalam orang yang Sakura percayai.

"Sayang," itu suara Naruto. Dua kepala dengan surai berbeda pun menoleh pada sosok tampan itu. Hinata sedikit kesusahan saat akan berdiri karena perut yang memang sudah sangat besar. Naruto melihat itu tentu membantu istrinya. Mengulurkan tangannya sebagai tumpuan bagi Hinata. Sakura tersenyum melihat itu. Membenahi gaun khusus untuk ibu menyusui itu setelah Sarada selesai menyusu sedari tadi. Jangan berpikiran bahwa Naruto melihat tetew Sakura.

"Ada apa?" Tanya Hinata pada Naruto, "Tidak ada apa-apa. Hanya rasanya ada yang kurang saat kau tidak disampingku," jawab Naruto.

"Hilih, gombal sekali," itu adalah ejekan dari Sakura. Namun Naruto tidak menanggapi, pria itu mengulurkan kedua tangannya pada Sakura. Meminta mengambil alih Sarada yang tertidur pulas dari dekapan Sakura. Dengan senang, Sakura memberikan Sarada pada Naruto. Sarada, akan sangat tenang berada dalam gendongan Naruto maupun Sasuke.

ExtraOrdinary LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang