Bismillahirrahmanirrahim
Happy reading
_________________________
Ceklek
Pintu kamar Ayyana terbuka. Menampakkan wanita paruh baya yang mengintip di di balik pintu.
Melihat menantu dan anaknya tengah terlelap dengan pelukan di atas ranjang. Membuat senyum wanita tersebut mengembang sempurna.
Itu artinya, menantu kesayangannya berhasil meluluhkan hati putrinya. Segera ia menutup kembali pintu kamar anaknya dan kembali menghampiri suami serta besannya.
Mata lentik Ayyana terbuka perlahan. Ia mengernyitkan dahinya menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.
Merasakan beban berat di pinggangnya, membuat Ayyana melirik ke bawah. Ia melihat tangan kekar seseorang yang tengah memeluknya erat, wangi maskulin menyapa indra penciuman Ayyana.
Awalnya ia tersentak kaget, namun setelah sadar dan nyawanya terkumpul. Ayyana menghela nafas lega. Dengan perlahan, ia menyingkirkan tangan kekar kakak kelasnya agar tidak membangunkannya.
Setelah terlepas, Ayyana duduk menyender dan menatap wajah damai Arlan yang tengah tertidur lelap.
Fakta yang baru saja dia dengar masih membuatnya bingung. Dia seperti tengah bermimpi. Ia mengusap wajahnya dan melangkah turun menuju kamar mandi untuk mencuci muka.
Tak lama setelah Ayyana berada dalam kamar mandi. Ia kembali keluar dengan wajah lebih segar. Melirik ke arah tempat tidur yang mana masih terdapat Arlan di sana.
Ayyana mengusap wajahnya dengan handuk kecil. Matanya tak sengaja melihat sebuah cincin perak yang ntah kapan sudah terpasang cantik di jarinya.
Ia melepaskan cincin tersebut dan meneliti setiap inci nya. Arlan, nama yang tertera di cincin tersebut.
"Lo suka?"
Suara serak khas bangun tidur laki-laki dibelakangnya mengagetkan Ayyana. Ia membalikkan badannya melihat ke arah Arlan yang tengah menatapnya juga dengan badan yang menyender pada punggung ranjang.
Ayyana kembali memperhatikan cincin di genggamannya. Ia melangkah mendekati Arlan dan duduk di ujung kasur.
"Cincinnya bagus. Simpel, Ala suka. Tapi sejak kapan Ala pakai cincin ini?"
Arlan tersenyum, ia bersyukur jika istrinya mau langsung menerimanya. Ia mendekat ke arah Ayyana dan kembali merebahkan tubuhnya dengan paha Ayyana sebagai bantalnya.
"Sebelum gue, Ami dan Aba ke sini. Gue udah lebih dulu nerobos masuk lewat balkon pas Lo lagi tidur lagi."
Mata Ayyana membulat sempurna. Ia mencubit pinggang Arlan lumayan keras. Arlan yang dicubit mengaduh kesakitan.
Cubitan istrinya tidak main-main. Walaupun badannya mungil, tapi kalo soal mencubit sangat sakit.
"Argggggghhh sakit, sayang."
"Kayak maling tahu gak. Kalo ada yang lihat terus kita di grebek gimana? Mau tanggungjawab?"
"Gue udah tanggungjawab, gue kan udah nikahin Lo," jawab Arlan acuh.
"Kapan sebenarnya kita menikah?"
Belum jadi Arlan menjawab. Ketukan pintu membuat atensi remaja tersebut teralihkan. Ayyana mengangkat kepala Arlan perlahan dan memindahkannya ke kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imamku Badboy
Novela JuvenilDia badboy, tapi bertanggungjawab. Dia nakal, tapi dia paham agama. Dia cuek, tapi dengan Ayyana dia perhatian. Dia itu dingin, tapi dengan Ayyana dia manja. Dia tempramental, tapi dengan Ayyana dia selalu sabar. Jika marah, tidak akan ada yang...