Selamat membaca!!!
::::::::::
Ruang keluarga ini sunyi. Ah tidak, sebenarnya ada suara televisi terdengar. Tapi, tidak dihiraukan oleh kedua manusia yang saling berdampingan ini.
Yang lelaki sibuk menatap Ibunda dengan memohon. Tak lupa tangannya mengatup sambil memejamkan mata menunjukkan ketulusan.
"Beneran? Kamu kuat? Kalo sampe-
"Ngga, janji. Aku bakal pas-pas an nggak berlebihan. Aku janji kok, Bunda."
Seekor wanita atau bisa disebut perempuan perjaka keluar. Dengan training dan kaos kusut serta mata yang dilapisi kacamata radiasi yang sudah memerah. Dia berjalan, ikut duduk didepan televisi. Mengangkat salah satu kaki keatas sofa agar nyaman.
"Abang ngapain?" Kala bertanya.
Genta menoleh. Memberi isyarat dengan telunjuk dimulut. Kemudian kembali menatap Bunda. "Ya bun? Persiapannya kurang 3 minggu lagi."
Bunda yang sedari tadi diam, menoleh, tersenyum manis. "Kamu kan tau nih ya ta, berapa lemari udah kamu habisin buat ngisi plastik troffi. Kamu tau kan?"
"Oh mau ikut lomba lagi?" Kala menarik kesimpulan. Kemudian geleng geleng malas. "Kala tuh heran lo sama abang. Otaknya tuh gacapek apa dipake mikir soal olimpiade. Kala aja nih, yang disuruh mikir kenapa Akabe bisa ngebikin mesin waktu, udah ngebul."
"Gimana?" tidak menghiraukan Kala, Bunda kembali bertanya.
Genta menegak. Lalu menunduk. "Tapi Bunda... Aku udah daftar..." cicit Genta sangat pelan.
"Nah ya itu, kebiasaan. Pasti ngomong ke Bunda kalo udah beres semua. Ya gausa izin kalo gitu."
"Loh loh Bunda kok malah ngambek. Ala Bunda..."
Bunda melirik malas. "Terserah kamu, Terserah."
Karena merasa kalah. Genta berusaha mendapatkan keyakinan dari sang adik. Eh, ternyata mendapatkan sebuah kata 'kapok' tanpa suara.
"Bunda gaseru ah, ngambek an," Genta bangkit. Berlalu menuju pintu utama depan. Bunda yang memperhatikan gerak gerik Genta mendengkus.
"Tuh abang kamu mau ngadu, kamu gamau ikut?"
Kala menggaruk leher sebentar. "Nanti aja ah. Jam segini si Nila belum pulang pasti. Bosen ngedengerin cowok ngomong."
"Dasar ngadunya ke tetangga," cicit Bunda kesal.
::::::::::
"Ko! Ada rumah kagak?!" Jika kalian ingin tau, teriakan itu terdengar dari teras Genta. Dan masih berlanjut hingga teras tetangga. Ya tetangga sebelah. Ga peduli kalau tetangga samping lain akan terganggu.
"Ko! Ada rumah kagak!?"
"Woy ko!"
"Buset! Ada ta ada! Lo emang keturunan budek ya!? Gue jawab 5 kali sumpah!" nah kalau teriakan ini dari jendela atas. Menandakan kalau kamar Koko-yang dipanggil tadi, ada diatas.
Genta menaiki tangga memutar diluar rumah Koko, dengan menghentakkan kaki. Rumah Koko memang sepi, jadi Genta tidak perlu repot-repot menyapa keluarga Koko yang memang belum ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTA
Spiritual"Gue lagi ulang tahun, tapi gue kasih lo kado. Dimakan ya nasinya, yang ini khusus gue masak buat lo." Aneh. Siapa orang aneh yang justru memberi kado sebuah buku dihari ulang tahunnya? Yang bahkan mataku saja tidak melihat adanya nama disurat itu...