Embun dingin, kicauan burung, musik klasik, dan suara goretan kertas. Ciri khas pagi hari yang sejuk. Berwadah angin semilir pembisik malas sekolah.
Lambat laun, suara bertambah dengan candaan polusi suara. Kelas yang semula engap, berangsur hangat.
Sehangat anak ini, yang tersenyum jelas kepada perempuan yang bahkan masih baru saja duduk dihadapannya.
"Nilaaaam, biasa ya laam."
"Ga."
"Loh kok gitu lam? Sedekah ih, masa gamau, sedekah pagi lam," lelaki ini, masih pagi telah merusak keindahan kepagiannya Nilam saja. Bahkan dia baru saja menundukkan pantat dikursi.
"Berusahalah," meski malas, Nilam menuruti. Secarik kertas penuh angka dia serahkan kehadapan Eja. Agar sang penerima, tidak memohon lebih lama.
"Hehehe, kan tadi malem ad-
"Alesan terus," Nilam mencebik sebentar. Memutar mata melihat keluar kelas.
Perlu diingat, gaya bicaranya antara Eja dan Rika memang berbeda. Dan sangat berbeda.
Walau memang Eja itu sudah dicap sebagai teman dadakannya karena Rika yang SKSD, berujung Nilam ikutan. Tapi Nilam tetap memberlakukan Eja seperti cowok lainnya.
Sejak dirinya mengalami insiden sekolah menengah dan hijrah, Nilam menjadi lebih 'sensitif' kepada cowok. Bukan karena tidak mau, tapi menurut riset yang Nilam baca.
Wanita yang baik adalah wanita yang cuek kepada lawannya dan baik kepada sesama. Entah Nilam salah atau benar, tapi Nilam yakin kalau maksut darinya adalah pergaulan itu sendiri.
Jadi, Nilam memutuskan untuk menjadi cuek kepada lelaki dan ramah kepada perempuan. Meskipun itu "teman"nya sendiri.
"Aelah lam, salah terus gue dimata lo, masih pagi loh dahal," Eja mengakhiri. Sambil mencontek, Eja juga tetap nyerocos tidak karuan.
"Sendirian aja lo? Ga nebeng Rika? Tumben," Eja bertanya dengan mata yang melompat-lompat ke arah dua kertas.
"Ga masuk," Nilam berusaha memutus pembicaraan, dengan membaca buku.
"Oh, kenapa?"
"Gatau."
"Lo sendirian dong duduknya?"
"Hm," sebatas dehem dari Nilam.
"Terus, soal mak-
"Bisa diem ga? Kerjain cepet, gausa banyak ngomong," ucap Nilam hampir membentak. Siapa tidak risih jika lawan pembicara, berbicara hampir dekat dengan telinga? Dengan posisi salah satu lawan bicara tidak mau diajak bicara.
"Hemm, Padahal gue mau tanya soal 1 minggu lalu. Yang surat sama makanan, jadi siapa yang ngasih? Gue ikutan kepo masa," Eja masih tetap mengerjakan tugasnya. Tanpa menengok atau melirik.
Sedangkan Nilam jadi terdiam, melirik Eja dengan sewot. Betul juga. Kenapa bisa dia tiba-tiba lupa? Sedangkan pada saat itu dia hampir 2 hari susah tidur karena itu?
"Belum nemu," jawaban akhir Nilam, masih datar.
"Dih, cari lah, jangan difikir doang. Katanya 2 hari ga tidur buat mikirin itu, dih ga usaha loh," ini Nilam boleh ga sih nyentil kepala Eja dengan keras?
Tak menghiraukan, Nilam kembali membaca buku.
"Lo beneran udah ga kepo lagi? Ga mungkin sih kata gue. Lo tuh tipe orang kepoan. Udahlah cari aja, masa berani mikir ga berani cari?"
"Udah belum sih? Nyerocos aja, gausa nyontek deh ah!"
Dengan gesit Eja menindih kertas Nilam dengan tangannya yang besar, sebelum Nilam berhasil mengambilnya. "Lo ga akan bisa ngambil ni kertas tanpa nyentuh gue kan? Lo mau nyentuh gue?"
Nilam mendengkus. Memang, dari tadi pun dia tidak benar-benar melihat Eja. Dia membelakangi Eja dengan menyembunyikan matanya dengan tangan. Intinya, membentengi pandangannya.
"Udahlah lam, lo kan orangnya kepoan, mending dicari aja. Kayaknya sih yang ngasih cowok," untuk kali ini Eja sesekali melirik.
"Ya gue tau lo batesin diri lo sama cowok, tapi kalo lo kepo? Malah jadi beban pikiran, ntar lo sakit karena stres kepanjangan," Eja berdiri, memutar kursi dengan mudah.
"Nih udah, makasih banyak ya, lo selalu jadi penolong dipagi hari gue," Eja mengembalikan kertas putih ukuran besar itu ke sebelah kiri Nilam. Yang terhalang tangan yang menyangga kepala.
Nilam masih tetap pada posisinya, membaca buku, yang kebetulan adalah pemberian orang itu.
Dan mendadak, karena Eja, dia menjadi teringat kembali dengan misterius itu.
Sial, Nilam kepo lagi!!
::::::::::
"Nilam, jadi ke ekstra rohis apa ndak?" Seorang perempuan dengan kertas dan bulpoin menghadang pergerakan Nilam. Nilam mendongak dengan tersenyum.
"Jadi kak, syaratnya cuman isi formulir kan? Kemarin udah aku taruh di meja kak Ihsani kok."
Yang disebut kak Ihsani tersenyum juga. "Alhamdulillah, pertemuannya kalo ga nanti besok ya, udah masuk grub kan?"
"Udah kak."
"Oke, jumpa lagi ya," kak Ihsani pergi, dari kelas Nilam sambil memancarkan senyum keseluruh orang.
"Lo gamau ikut banjari aja lam? Kita bisa narengan," lagi, Eja mengganggunya. Tau begini, mending dia melarang Rika pergi bersama keluarganya.
"Ga," jawab Nilam mengalihkan pandangan. Meraih bekal ditas untuk dimakan.
"Yah gaseru, btw gue ada info kalo minggu lalu tuh ada yang ultah dirayain disekolah, kelas 12," agak menarik, Nilam berhenti bergerak.
"Gue ga denger pasti sih namanya, tadi cuman ada yang gosipin di kantin, mending lo cari aja deh biar ga kepo," Eja menambahi, kemudain berlalu menuju meja belakang, tempat para lelaki berkumpul.
"Kakel 12?" bisik Nilam tak percaya.
Heran. Semakin bingung Nilam memikirnya. Bingung antara siapa dan kenapa. Iya, kenapa orang itu bisa suka padanya.
Dibilang cantik? Nilam merasa dirinya biasa saja. Mau bilang jelek pun tidak boleh kan, jadi dia anggap biasa. Untuk kehidupannya juga tidak menarik sama sekali. Berada dikelas biasa, tidak ada riwayat olimpiade, kemenangan lomba atau apapun itu. Bahkan untuk sosialisasi, sudah dibilang kan Nilam itu cuek jika ke laki+laki?
Jadi, bagaimana bisa dia disukai orang? dan, SIAPA SIH ORANG ITU!?
KENAPA NGGAK LABGSUNG BILANG AJA? KENAPA HARUS PAKE KODE SEGALA?!
Dikira Nilam bakal bodoamat dan diam aja gitu? Ya nggak lah, Nilam bakal cari! Iya! Cari!
Tapi... Nilam hanya dikenal orang bukan kenal orang... Bagaimana dia bisa mendapatkan informasi?
"Bantu Nilam ya allah, Nilam capek kepikiran terus," hati Nilam berkata, seraya mengusap muka dengan kasar.
::::::::::
Maaf ya cuman segini, lagi boring tapi keinget youta, jadi bikin deh part 6 ini.
Always, thanks yang udah baca!!!
Dan selamat menunaikan ibadah puasa ya!
TBC
4 april 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTA
Spiritual"Gue lagi ulang tahun, tapi gue kasih lo kado. Dimakan ya nasinya, yang ini khusus gue masak buat lo." Aneh. Siapa orang aneh yang justru memberi kado sebuah buku dihari ulang tahunnya? Yang bahkan mataku saja tidak melihat adanya nama disurat itu...