3- Perpindahan

3 0 0
                                    

Selamat membaca!!

::::::::::

Selamat ulang tahun!!

Hari ini. Bertambah satu tahun usia lelaki Bunda. Umur 18 telah tersemat didalam hatinya hari ini. Hari dimana mulai pagi, Bunda telah direpotkan karena keinginan sang penerus tahtanya itu.

Genta juga ikut andil. Mulai dari sepertiga malam, dengan terpotong sholat shubuh, dia sudah berkutat didapur dengan Bunda. Ya meskipun dia lebih banyak merepoti dibanding membantu.

"Tambahin lagi, nanti gaada rasanya," Bunda ikut memegang tangan Genta yang memegang sendok. Menjelaskan ukuran satu sendok teh dengan sendok makan.

"Nanti asin Bunda. Ini udah banyak banget loh."

"Katanya mau bantu, ya diem," Genta menutup rapat mulutnya. Dimarahi ibu negara itu rasanya sampe ke hati rek.

"Enak kan?" tanya Bunda saat Genta mencicipi, ternyata enak!!. Genta kira, itu akan asin karena terlalu banyak garam. Tapi ternyata jinja nampol!.

"Ta, masih sisa banyak. Gimana kalo kita kasih ke tetangga, sedekah," Bunda bersiap mengambil tempat makan 2. Untuk Koko dan Nila. Tetangga terbaik mereka.

"Bpleh, tapi Genta pesen 1 Bunda, dihias yang cuantiiik banget," Bunda menyipitkan mata sebentar. Tanpa bertanya, dia akan meraih sebuah kotak makan lagi. "Eh bentar bun!"

Genta membuka lemari atas, lalu mengeluarkan kresek hitam. Didalamnya ada sebuah kotak makan yang unik. Terbuat dari plastik, lengkap dengan sendok dan garpu berwarna hijau hitam.

"Pake ini ya, Bunda," Genta tersenyum snagat lebar. Sebenarnya dia sendiri pun malu untuk memberikan kotak bekal itu.

Bunda hanya mengangguk, karna dirinya juga masih sibuk jadi tidak menatap Genta sama sekali. Bunda fikir, itu untuk bekal Genta sendiri, jadi tidak mencurigai apapun.

Sedangakn Genta? Ya pasti sudah salting. Kan dia nak osis gampang baper. Padahal, hanya rencana memberi bekal, tapi saltingnya sampai ke hati terdalam.

Lagi-lagi, Kala si wibu keluar ketika dua orang ini sibuk sendiri. Kala tuh anaknya emang lebih suka dikamar, istilahnya introvert. Kecuali jika Nila-adik Koko mengajaknya nobar, dengan semangat 86 dia akan mengumpulkan sensori dan motorik untuk keluar kamar.

"Kok Kala mencium bau-bau percintaan disini, jadi mual gimanaaa gitu," Kala sudah siap, meskipun sambil membawa hp yang miring, bersuara anime.

"Sttttt, diem deh," Genta berbisik, dengan jari didepan mulutnya.

"Oke.... Btw..... Mabruk ya bang Gentaa, barakallah fii umrik. Semoga semua yanh disemogakan tersemogakan."

Genta tersenyum sambil mengangguk. "Terimakasih banyak, kalo kamu tanya abang pengen apa, abang cuman pengen kamu sehat, la, sama Bunda."

"Tapi Kala ga tanya sih," jawab Kala dengan datar. Sudah bersiap untuk makan.

"Untung lo adek gue la, masih pagi juga ah elah," Genta sedikit tersulut emosi. Tolong ya, ini hari baik Genta, jangan buat Genta badmood.

"Iya abangku tercwintah, Kala sama Bunda bakal sehat buat abang, udah kan? Puas?" Kala sudah duduk kembali, berucap tanpa menghadap Genta.

"Makasih, dek," Genta mengacak pelan kerudung Kala, lalu berlalu menuju kamarnya sendiri. Ya karena dia masih memakai baju tidur dan berbau H+.

::::::::::

"Wah Genta!!! HBD bro!!!"

Segala ucapan happy birtday dengan segala bahasa dan logat, Genta dapatkan ketika masuk kelasnya. Tidak heran kenapa semua ingat hari ulangtahun ini, karena Genta telah memasang woro-woro di tweeternya semalam.

YOUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang