Haiii balik lagi sama al!!!
Enjoyyy!!
::::::::::
"Assalamualaikum."
Salam tersebut berasal dari dua orang yang bersamaan. Keduanya pun sama sama berseragam. Bedanya, yang satu langsung masuk kedalam rumah ketika baru saja membuka pintu. Yang lain, duduk dikarpet diantara sofa dan meja.
"Rika mau Ramyeon ndak? Ini tinggal dua, kemarin Mama beli," tawar perempuan itu selaku pimilik rumah.
Yang dipanggil Rika mengangguk. "Mau lah, gue ikut masak ya?"
Nilam mengangguk, dirinya telah melepas kerudung dikamar tadi, jadi lebih terlihat berbeda. "Yuk ke dapur!"
Keduanya sekarang bersama kedapur. Nilam mendahului untuk merebus mie nya dahulu. Sedangkan Rika, berkutat di bagian pelengkap.
"Mama lo kemana lam? Ada arisan lagi?" Rika bertanya karena bosan tidak bisa membantu Nilam.
"Nggak," Nilam mengaduk ngaduk panci. "Kayanya ikut Papa ke kantor, kenapa?"
"Gapapa."
Menit berlalu, Ramyeon mereka telah jadi. Terlihat, uap panas keluar dari dua mangkok yang berbeda ukuran. Setelah membereskan dapur, keduanya makan didepan, diruang tamu, lesehan diatas karpet.
"Bisa pake nasi ga si rik?" tanya Nilan mengaduk ngaduk Ramyeon. Sedangkan Rika menyerngit, "karbo sama karbo, gabaik buat tubuh."
"Ohhh," Nilam mengangguk.
"Lo mau nonton film?" Nilam menggeleng, "Otakku masih panas, keinget kimia tadi."
Berlalu diam, keduanya sibuk menikmati ramyeon dengan backsound kicauan burung dirumah Nilam. Dan suara Aquarium filter dari aquarium pojok ruang tamu.
"Gue mau tanya, tapi lo jangan kesinggung ya lam," Rika sebenarnya dari tadi diam berfikir, sambil terus mencari topik dengan Nilam. Pasalanya anak ini jika tidak diajak bicara ya tidak ngomong.
Nilam melirik sebentar, lalu meniup pelan mie kemudian mengangguk. "Aku usahain."
"Lo... beneran mualaf? Nggak islam dari.. lahir?" Rika semakin pelan. Ucapannya semakin menjadi cicit.
Sedangkan Nilam, langsung mengangguk mantap. "Beneran, masih 2 tahun lalu."
Rik mengangguk paham. "Mama Papa lo? Adik lo?"
Nilam diam sebentar, berfikir. "Dek Arhan masih ga mau sih, soalnya kan dia masih bingung apa definisi Tuhan itu. Tapi Mama Papa, 1 tahun lalu."
Rika mendelik kemudian. "Bentar bentar, lo masih 2 tahun islam?" Jeda karena Nilam mengangguk. "Dan lo udah kaya gini?"
"Kaya gini?" Nilam meraba dinding rumah dengan mata, berfikir apa salahnya dia. "Gimana?"
"Ya gini. Gue yang islam dari nenek moyang aja ga sebagus lo lam, dan lo?" Rika melebarkan telapak tangan dihadapan Nilam, menunjukkan diri Nilam kepada Nilam.
"Bagus gimana rik? Emangnya islam ada yang jelek?"
Rika melemas, menghela nafas terpanjangnya. "Gue bukan mau sok religius ya, tapi, gue bisa 5 waktu satu kali seminggu aja rasanya udah alim. Terus, gue juga ga selembut elo, ga se sensitif elo, ga bisa kitab kuning. Apalagi, lo juga udah tamat 30 juz kan?"
Nilam menggeleng cepat. "Masih 26 juz. Insyaallah tahun ini genap 30 juz," Nilam agak malu mengucapkan, terlebih ada senyum yang ditutupi, karena niatnya tidak mau riya'.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUTA
Spiritual"Gue lagi ulang tahun, tapi gue kasih lo kado. Dimakan ya nasinya, yang ini khusus gue masak buat lo." Aneh. Siapa orang aneh yang justru memberi kado sebuah buku dihari ulang tahunnya? Yang bahkan mataku saja tidak melihat adanya nama disurat itu...