5. Rey dan lukanya

480 62 6
                                    

Apakah gue harusnya cukup mengagumi lo aja? Sebab untuk memiliki,
sepertinya cukup sulit

Maher Alreyga Kalayoltra
°
°
°

Rey mendesis kala kapas yang telah dibasahi obat merah itu mendarat dilutut yang terdapat luka cukup lebar yang masih basah.

"Sakit banget, Ma, sumpah." Rey merem melek sambil memegangi tangan Elyara yang hendak mengobati lukanya lagi.

"Jangan pegang tangan Mama dong, Rey, jadi susah nih mau ngobatin luka kamu. Mesra banget kamu pegang-pegang mulu," cetus Elyara dengan nada polos seperti biasa.

Tadi Rey sempat terjatuh ketika turun dari balkon kamar Ayala akibat takut Choki keluar dari rumah lalu memarahinya, padahal Rey sudah cukup hati-hati, tapi berhubung hujan deras yang membuat lantai balkon itu menjadi licin sehingga Rey tergelincir dan terjatuh di atas kerikil.

Tapi cowok ini berbohong pada Mama dan Papa nya dengan mengatakan dia terjatuh di sekolah ketika bel pulang lalu berlari berdesak-desakan sehingga dia terjungkal karena tak sengaja terdorong oleh temannya.

"Udah." Elyara mengemasi kembali kotak obatnya lalu membuang kapas bekas obat merah itu ke dalam plastik dan mengikatnya rapat-rapat.

"Kok nggak diperban, Ma?" tanya Rey sambil meneliti lukanya yang terlihat menjijikan dimatanya.

"Besok aja sambil nunggu sedikit kering, nanti kalau diperban sekarang lepasinnya sakit karena masih basah luka kamu."

Rey hanya mengangguk sambil meratapi nasibnya, untuk selonjoran saja rasanya sangat kaku dan perih.

"Kayak bocah aja lukanya di dengkul," cibir Alzer dengan wajah datarnya.

Bibir Rey bergerak-gerak menirukan ucapan sang Papa tanpa suara dengan mata yang dijulingkan membuat Alzer geram.

"Besok kalau udah waktunya pulang sekolah jangan main ya, Rey, kamu ikut Mama dan Papa ke rumah Kakek nengokin bayi nya Tante Leara sama Om Lukman," tutur Elyara sambil mengusap rambut anak lelakinya yang masih basah karena baru selesai keramas setelah hujan-hujanan.

Rey menggeleng, "lagian Rey di rumah kok, nggak berangkat sekolah, kaki Rey sakit."

"Jangan manja!" bentak Alzer membuat tubuh Rey terlonjak kaget.

Rey sudah terbiasa dengan bentakan itu, sedari kecil memang telinganya sudah terbiasa mendengar nada keras dari Alzer, Rey memakluminya karena memang dasarnya sifat Alzer seperti itu, tapi Rey juga tidak terima dibentaki terus.

Mengapa Mama nya ini mau menjadi istri dari Alzer, laki-laki dingin dan keras kepala, padahal banyak Duyung tampan di lautan. Pikir Rey.

"Kenapa sih Papa bentak-bentak Rey terus? Giliran sama Kak Aya aja ngomongnya lembut, Rey ini anak Papa loh!"

"Reyga." Elyara merangkul lengan cowok itu guna menenangkan, pertengkaran antara Papa dan anak laki-laki tunggalnya ini memang kerap terjadi.

"Karena kamu nakal!"

"Dulu Papa juga nakal!" balas Rey tak kalah lantang, "untung aja dulu Kakek nggak ngurusin Papa, jadi dia nggak perlu nanggung malu datang ke BK karena ulah bejat anaknya."

"Tutup mulutmu!" desis Alzer sambil menunjuk wajah Rey penuh emosi.

Kenangan pahit hidup tanpa orang tua kembali mengoyak isi hatinya, dia teringat bagaimana kerasnya berjuang sendirian demi menghidupi kedua adiknya dan menyekolahkannya hingga tamat. Kenangan sialan itu harus terputar kembali dari bibir putranya sendiri.

BRUTALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang