6. Rey ke laut

569 75 9
                                        

Rey menelan salivanya susah payah melihat sang Papa berdiri di teras rumah dengan wajah dingin, dia melepaskan helm dan berjalan dengan kepala tertunduk, masih dengan celana selutut dan kemeja Osis yang melekat ditubuh Rey, sepertinya Alzer sudah tau bahwa putranya itu telah dipulangkan oleh guru BK.

"Kamu mau buat Papa malu lagi, Rey?" Nadanya rendah, namun mengintimidasi.

Rey melirik Elyara yang baru keluar dari rumah, dilihat dari busananya, sepertinya mereka hendak pergi.

"Rey, kamu kok pulang cepat? Kebetulan nih Mama sama Papa mau ke rumah Kakek nengokin bayi tante Leara sama om Lukman-."

"Nggak usah!" potong Alzer, "Papa ambil semua kunci motor kamu, masuk ke kamar sekarang!"

"Maaf, Pa, kaki Rey sakit."

"Al, jangan marah-marah, kasihan Rey." Elyara menengahi.

"Kamu itu jangan terlalu manjain dia, El. Lihat, dia jadi manja dan brutal begitu." Alzer menatap istrinya.

Elyara berdecak kesal setiap mendengar perdebatan mereka yang kerap kali terjadi, dia menggandeng tangan Rey menuju mobil tanpa memperdulikan tatapan tajam sang suami.

"Ma, Rey takut Papa marahin Mama." Rey berbisik sambil menengok ke belakang dimana Alzer menyusul mereka dengan langkah lebar.

"Elyara." Panggilan Alzer mengurungkan tangan Elyara yang hendak membuka pintu mobil, "sekarang kamu gak mau dengerin aku?"

Tangan Rey mengepal disisi tubuh mendengar perkataan Alzer, rasanya ia ingin mengajak Papa nya duel namun takut Elyara sedih.

"Rey tetap ikut, setelah pulang dari rumah Ayah Ronald, aku akan kirim dia ke laut."

Keputusan Elyara membuat dua laki-laki itu terdiam dengan tatapan tidak percaya, bahu keduanya merosot dan saling tatap, mereka memang tidak bisa akur, namun mereka juga tidak bisa berjauhan apalagi berpisah antara dua dunia.

Keduanya sama-sama tidak ada yang membuka suara, mereka masuk ke dalam mobil dengan Alzer yang mengendarai. Siapa tau keputusan Elyara bisa berubah nanti.

Selang beberapa menit mereka telah tiba di mansion mewah yang dihuni oleh Ronald, Satria dan istrinya, Lukman dan Leara yang baru saja mempunyai bayi.

Omong-omong, Arly dan Tero juga sudah menikah, mereka menikah tepat sehari setelah pernikahan Lilly dan Satria. Sangat mendadak memang, mereka membeli rumah sendiri tak jauh dari sini.

"Ayah," sapa Elyara melihat mertuanya sedang duduk di sofa ruang tengah sambil membaca koran.

"Eh kalian." Ronald tersenyum lebar, menyisihkan koran lalu membiarkan keluarga kecil Alzer mencium punggung tangannya.

"Kakek sehat?" tanya Rey.

"Seperti yang kamu lihat, ya walaupun kadang darah tinggi Kakek naik kalau lihat kelakuan Satria yang gak berubah sejak dulu," jawab Ronald terkekeh.

"Leara sama bayi nya di kamar ya? Aku ke sana dulu ya," pamit Elyara sambil merangkul lengan Alzer.

"Iya, ada Choki sama Ayala juga."

"Oh ya?" Wajah Rey langsung sumringah, dia bergegas menyusul Mama dan Papa nya menuju kamar Leara.

Benar saja ada Ayala sedang memangku bayi perempuan dengan didampingi oleh Leara dan Choki, perempuan itu tampak antusias mengajak ngobrol bayi itu walaupun si bayi masih belum bisa menjawab.

"Mama?" Ayala menyapa Elyara riang.

Elyara menyunggingkan senyum dengan mengecup keningnya sekilas lalu melakukan cepika-cepiki pada Leara dan Choki selaku Kakak seibu namun beda Ayah.

BRUTALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang