01. Reynanza Damara

332 85 134
                                    

Pagi ini seorang pria tengah berjalan seorang diri di jalan yang masih sepi kendaraan.

Ia harus mengikuti upacara bendera di sekolahnya. Namun, sudah pukul 7 lebih ia masih setengah perjalanan.

Padahal di sekolahnya upacara bendera telah berlangsung. Dan bahkan semua teman-temannya yang bertugas sebagai penjaga gerbang sekolah pun sudah melaksanakan tugasnya. Sedangkan ia?

Hanya tuhan yang tahu kapan ia sampai kesekolah.

"Sepi banget nih jalan kayak hati gue," gumamnya berjalan santai.

Reynanza Damara. Anak dengan sejuta tingkah konyol dan ke barbaran-nya akan membuat siapapun yang berurusan dengan anak itu pasti akan mengalami darah tinggi mendadak.

Pria itu sudah terbiasa datang terlambat. Dan jika pun ia datang lebih awal, ia akan tetap memperlambat jalannya. Agar datang terlambat.

Biar apa coba?

Biar keren.

Menurut pemikiran Reynan; Datang terlambat ke sekolah itu adalah sesuatu yang keren. Kenapa keren?

Karena tidak semua orang yang mau melakukannya.

Itulah dia.

Setelah sampai di sekolah waktu menunjukkan pukul 08.35.

What the fucekk?!!

Upacara bendera pun sudah lama selesai. Dan bahkan penjaga gerbang sekolah pun sudah memasuki kelas.
Sedangkan dia? Dia baru saja datang.

Biar apa coba?

Biar keren!

Sehingga wali kelas pun menyuruhnya untuk menemuinya di ruang guru.

Ia tidak menolaknya ataupun mengiyakan. Ia hanya mengiyakan apa yang ia inginkan. Dan sekarang ia ingin keruang guru.

Biar apa coba?

Langkahnya berhenti ketika melihat seorang gadis di depan ruang guru itu.

Reynan tertegun melihat gadis itu.
Tanpa ia sadari dirinya sedang menatap bodoh gadis di depannya.

"Cantik euy,"

Namun selang beberapa detik ia kembali menggelengkan kepalanya. Mencoba mengacuhkan gadis di depannya itu.

Reynan kembali melangkah memasuki ruang guru.

"Permisi," salam Reynan.

"Jangan duduk!" ketus pak Yono.

"Elah pak pelit banget! Pegel nih kaki 2 kilo jalan,"

Pak Yono yang berhadapan dengan murid satunya ini hanya bisa merapalkan kata sabar berkali-kali di dalam hati.

"Bersihkan toilet sana!"

"Harus pak?"

"Ya iyalah! ini hukuman buat kamu!"

"Gak bisa nego pak?"

"Gak ada! cepat sana!!'

"Bapak ganteng deh ..."

"Jangan rayu saya! kowe lanang!!" ucap pak yono menatap Reynan kesal.

Reynan hanya tertawa kecil melihat gurunya emosi karenanya. Hal itu tentu menjadi salah satu kesenangannya.

Pria itu pasrah. Dengan malas, ia menyeret langkahnya keluar dari ruang guru.

Memang langkah pria itu tertuju pada toilet. Namun, tentu saja Reynan tidak menjalankan tugasnya.

TITIK KOMA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang