12. Mimpi buruk

48 10 17
                                    

Tubuh itu perlahan bergerak dengan gusar. Peluh bercucuran dimana-mana menandakan pria itu tidak betah dalam tidurnya.

Reynan melengguh begitu pilu, seakan dirinya mendapat sebuah hantaman besar pada salah satu tubuhnya, menahannya begitu apik kemudian menggelinjang seperti seseorang yang dipaksa untuk tetap diam dalam ikatan besar yang mengunci tubuh tegapnya.

"Kalau Abang bisa memilih, apa yang Abang mau lakukan?"

"Aku mau tidak ada"

"Mati?"

"Bukan, hanya menjadi tidak ada."

"AKU BILANG BERHENTI MENYAKITI REYNAN!!"

"Rayan, cepat pergi ke kamarmu!"

"Ayah tolong jangan sakiti Reynan lagi.. hiks! ini salah Rayan.."

Reynan memalingkan wajahnya ke arah kiri kemudian berganti cepat ke arah kanan. Dan terus terulang beberapa kali hingga peluh itu semakin deras membasahi wajah tampannya.

"Rey jangan makan itu!"

"Kenapa? Abang mau?" Ejeknya pada sang Kakak. Karena hanya ia yang mendapat cokelat dari Ayah dan Ibunya.

Rayan menarik paksa cokelat itu dari genggaman Reynan. Membuat sang empu mencerucutkan bibirnya kesal.

"Balikin Bang!" Pintanya. Namun Rayan justru memakan nya dengan lahap.

"ABANG!!!" Yang di teriaki hanya mengangkat bahunya acuh.

"Nanti Abang ganti yang baru." Ucapnya mengusap sayang kepala adik kecilnya.

BRUK!!

"ABANG!!!"

"Apa yang terjadi dok?"

"Kami menemukan racun di dalam tubuhnya. Syukurlah Bapak dan Ibu tepat waktu membawanya ke rumah sakit. Jika tidak akan sangat bahaya untuk nyawanya." jelas dokter.

"Akh panas! Ayah ampun!" Dirinya hampir menggila menahan rasa sakit luar biasa saat besi panas itu menempel pada kaki mungilnya.

"Ayah Rey mohon... ampun..."

Kali ini bayangan kejadian saat Rayan mengalami keracunan saat setelah memakan cokelat miliknya terputar di otaknya. Kejadiannya sudah lama, namun kenapa harus terbayang lagi sekarang?

Sialnya, Rayan ternyata mengetahui kalau cokelat itu telah di beri racun oleh Ayah dan Ibunya yang sengaja akan di berikan pada Reynan. Dia sengaja merebut dan memakannya agar sang Adik tidak mengalami hal yang buruk.

"Abang.. maaf..." Reynan terisak dalam tidurnya. Kini air matanya juga melesak melewati pipi mulusnya.
Ia mulai tertekan mendalami mimpi buruk tersebut. Kini seprai berwarna abu muda itu sudah tak terbentuk lagi. Begitu kuatnya remasan tangan Reynan menahan gejolak yang mampu mencekat nafasnya sesaat. Reynan sudah tidak tahan lagi.

"TOLONG! TOLONG! AYAH!"

"AYAH DADA REY SAK- Hah.. hah..."

"ABANG TOLONG REY!"

"BUNDA!! TOL-"

Dari kejauhan ia melihat tiga orang yang sedang bercanda ria itu nampak tak mendengar teriakannya di tengah gelombang air laut ini.

TITIK KOMA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang